Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Kerusakan karena Kasmaran kepada Idola

kerusakan karena kasmaran kepada idola

Kerusakan karena Kasmaran kepada Idola – Cinta membutakan mata hati dari melihat kejelekan dan aib yang dicinta, sehingga tidak dapat dilihat. Telinga hatipun menjadi tuli dari mendengar aib itu, sehingga tidak dapat didengar oleh indera telinga. Rasa suka yang sangat menutup segala aib. Orang yang berhasrat terhadap sesuatu tidak dapat mampu melihat aib-aib sesuatu itu, hingga hasratnya sirna. Ketika itu, barulah dia melihat aib tersebut. Kuatnya hasrat menjadi penutup mata sehingga mencegah darinya melihat sesuatu menurut realitas atau kenyataan yang sebenarnya.

Sungguh, cinta terhadap idola benar-benar merusak hati. Jika hati sudah rusak, niscaya rusaklah kehendak, ucapan, dan amal perbuatan. Selain itu rusak pula pos tauhid. Allah mengabarkan bahwa penyakit mabuk asmara atau kasmaran ini hanya timbul dari dua golongan manusia, yaitu pelaku homoseks dan wanita. Allah mengabarkan tentang kasmarannya isterial-Aziz kepada Yusuf, berikut rayuan serta tipu dayanya. Allah pun mengabarkan kesabaran dan ketakwaan Yusuf terkait hal ini. Padahal, siapa pun tidak akan bersabar dalam menghadapi ujian (cobaan zina) tersebut, kecuali orang-orang yang diberi kesabaran oleh Allah.

Terjadinya perbuatan tergantung dari kekuatan yang mendorong seseorang melakukannya dan hilangnya sesuatu yang menghalangi. Dalam kisah Yusuf, faktor pendorong yang mengarah kepada zina berada pada puncaknya (tidak terdapat lagi penghalang). Hal ini didasari dengan sejumlah alasan, seperti uraian berikut:

  1. Tabiat pria yang Allah ciptakan untuk cenderung kepada wanita, seperti halnya kecenderungan orang yang haus terhadap air dan orang yang lapar terhadap makanan. Sungguh sebagian orang mampu bersabar untuk tidak makan dan minum, tetapi mereka tidak mampu bersabar dari wanita. Ketidaksabaran ini tidaklah tercela apabila diletakkan pada tempatnya yang halal, bahkan menjadi terpuji
  2. Yusuf masih muda, yang gejolak syahwatnya lebih kuat.
  3. Yusuf seorang bujangan, tidak mempunyai isteri dan budak agar meredam nafsu syahwatnya.
  4. Yusuf adalah perantau asing yang tinggal di negeri tersebut. Dorongan untuk melampiaskan syahwat pada diri orang yang merantau di negeri lain lebih besar daripada orang yang berada di tengah keluarga dan masyarakat yang dikenalnya.
  5. Isteri al-Aziz memiliki kedudukan terhormat dan cantik jelita. Satu saja dari dua perkara ini adalah pendorong untuk melakukan zina.
  6. Wanita tersebut tidak menolak dan tidak pula enggan berzina.

Banyak orang yang hasratnya terhadap seorang wanita menjadi lenyap karena wanita itu menolaknya dan tidak suka kepadanya, bahkan menyebabkan orang tadi merasakan hinanya ketundukan dan permohonan. Namun, banyak juga jenis orang yang karena penolakan dan keengganan wanita membuatnya semakin cinta dan berhasrat kepadanya.

Tabiat orang berbeda-beda. Sebagian orang semakin mencintai wanita ketika yang dicintai juga berhasrat dan suka kepadanya, namun cinta tersebut sirna seketika saat wanita itu menolaknya. Ada hakim yang mengabarkan padaku bahwa hasrat dan syahwat seorang suami hilang sewaktu isteri atau budaknya enggan atau menolak bersetubuh dengannya. Ia pun tidak mencoba untuk merayunya lagi. Bagi sebagian orang, cinta dan hasrat itu bertambah besar saat cintanya ditolak. Kerinduannya bertambah setiap kali menerima penolakan. Ia merasakan nikmat keberhasilan setelah ditolak, juga nikmatnya usaha yang terkabulkan setelah berjuang keras untuk mendapatkan pujaan hatinya.

  1. Isterial-Aziz yang meminta, berhasrat, menggoda, dan berusaha hingga Yusuf tidak perlu meminta dan merendahkan diri. Pihak wanitalah yang berada pada kerendahan itu, sedangkan beliau berada pada posisi yang tinggi serta menjadi pihak yang diinginkan atau objek sasaran.
  2. Yusuf berada di rumah wanita ini dan di bawah kekuasaannya. Jika beliau tidak menuruti permintaan si wanita, dikhawatirkan ada tindakan yang bukan-bukan. Oleh karena itu, terkumpullah antara dorongan hasrat dan kekhawatiran.
  3. Yusuf tidak perlu khawatir bahwa wanita itu akan menyebarkan berita buruk tentangnya, karena dia sendiri yang meminta dan berhasrat kepada beliau. Ditambah lagi, si wanita telah mengunci semua pintu dan tidak akan membiarkan seorang pun masuk.
  4. Dilihat secara zhahir, Yusuf adalah budak di sana. Beliau keluar masuk bertemu dengan majikannya itu tanpa ada yang mencela. Telah ada kedekatan di antara mereka, sebelum wanita tersebut merayunya. Kedekatan termasuk faktor pendorong yang paling kuat dalam menyebabkan terjadinya zina. Salah seorang wanita yang mempunyai kedudukan terhormat 469 ditanya: “Apa yang membuatmu ingin berzina?” “Dekatnya bantal pria itu dengan bantalku dan ada banyak kesempatan,” jawabnya.
  5. Wanita menggunakan segala makar dan tipu daya, yaitu dia memperlihatkan Yusuf kepada para wanita lain seraya mengeluh akan kondisinya, tidak lain agar mereka membantunya untuk mendapatkan hati pemuda ini. Maka Yusuf meminta bantuan kepada Allah untuk menghadapi mereka:

قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Artinya: “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”.[1]

  1. Istri al-Aziz mengancam Yusuf dengan penjara serta kehinaan. Ini salah satu bentuk pemaksaan, apalagi kuat dugaan bahwa ancaman tersebut akan terlaksana. Oleh sebab itu, terkumpullah dorongan syahwat serta keinginan selamat dari kehinaan dan sempitnya penjara.
  2. Suami wanita yang merayu Yusuf tersebut tidak menampakkan kecemburuan dan kewibawaan dalam memisahkan keduanya. Sikap tegas al-Aziz saat menghadapi istrinya hanya berupa seruan kepada Yusuf:

يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَا ۚ وَٱسْتَغْفِرِى لِذَنۢبِكِ ۖ إِنَّكِ كُنتِ مِنَ ٱلْخَاطِـِٔينَ

Artinya: “(Hai) Yusuf: “Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah”.[2]

Padahal, kecemburuan dari pihak suami termasuk faktor terkuat dalam mencegah perselingkuhan. Namun, suami wanita tadi tidak menampakkannya. Meskipun faktor pendorong zina tadi sangat banyak, Yusuf tetap mengutamakan ridha dan takut kepada Allah. Kecintaan kepada-Nya membuatnya memilih penjara dibandingkan harus berzina.

Beliau menyadari ketidakmampuannya menghindari tipu daya. Sekiranya Rabbnya tidak menjaga dan memalingkan makar mereka, niscaya Yusuf cenderung mengikuti ajakan mereka, sesuai tabiatnya sebagai manusia, sehingga akhirnya dia termasuk orang-orang bodoh. Ini bukti kesempurnaan ilmu beliau terhadap-Nya dan diri sendiri. Di dalam kisah tersebut terdapat faedah, pelajaran, dan hikmah +70 yang jumlahnya lebih dari seribu.  Golongan kedua yang Allah ceritakan berkaitan dengan kasmaran adalah pelaku homoseks.

Allah subhanallahu ta’ala berfirman:

وَجَاءَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ يَسْتَبْشِرُونَ (67) قَالَ إِنَّ هَؤُلاءِ ضَيْفِي فَلا تَفْضَحُونِ (68) وَاتَّقُوا اللَّهَ وَلا تُخْزُونِ (69) قَالُوا أَوَلَمْ نَنْهَكَ عَنِ الْعَالَمِينَ (70) قَالَ هَؤُلاءِ بَنَاتِي إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (71) لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ (72

Artinya: “Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena kedatangan tamu itu). Dia (Luth) berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka jangan kamu mempermalukan aku Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina. (Mereka) berkata: “Bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia? Dia (Luth) berkata: “Mereka itulah putri-putri (negeri)ku (nikahlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat. (Allah berfirman): Demi umurmu (Muhammad), sungguh, mereka terombang-ambing dalam kemabukan (kesesatan).”[3]

Beginilah kondisi umat yang menderita penyakit kasmaran atau sedang dimabuk asmara. Allah mengisahkan kasmaran dari dua golongan. Setiap mereka kasmaran kepada hal-hal yang Allah haramkan. Mereka tidak peduli dengan mudharat yang ditimbulkan oleh kasmaran tersebut. Inilah penyakit yang para dokter kesulitan untuk menemukan obatnya. Demi Allah, ia termasuk di antara penyakit kronis dan seperti racun yang mematikan. Jika ia telah terkait dengan hati, maka orang-orang akan kesulitan untuk melepaskan belitannya. Demikian pula, jika ia menyala di relung kalbu, maka para makhluk akan kewalahan untuk membebaskan diri dari kobarannya.

Kasmaran dikategorikan ke dalam kekufuran jika pelakunya menjadikan apa yang dicintainya sebagai tandingan bagi Allah. la mencintai tandingan itu sebagaimana mencintai Allah. Maka, bagaimana pula jika kecintaan orang tersebut lebih besar dibanding kecintaannya kepada Allah? Pelaku kasmaran semacam ini tidak akan diampuni-Nya sebab perbuatannya termasuk kemusyrikan terbesar. Sebab, Rabb k tidak akan mengampuni perbuatan syirik, kecuali dengan taubat yang dengannya Dia mengampuni dosa besar lainnya. Tanda kasmaran yang termasuk perbuatan syirik dan kekufuran adalah pelakunya mengutamakan keridhaan orang yang dicintainya di atas keridhaan Rabbnya. Jika terjadi pertentangan antara bagian dan hak orang yang dicintainya dengan hak Rabbnya serta ketaatan kepada-Nya, maka ia mengutamakan hak dan ridha orang yang dicintai dibandingkan hak dan ridha Allah. Ia memberikan miliknya yang paling berharga kepada orang yang dicintainya, sedangkan ia memberikan miliknya yang paling buruk kepada Allah, itu pun kalau ia mau memberikannya. Ia berusaha sekuat tenaga dan mencurahkan seluruh waktunya untuk mendapatkan ridha orang yang dicintai, menaatinya, serta mendekatkan diri kepadanya, sedangkan sisa waktunya diberikan kepada Rabbnya, itu pun kalau ia menaati-Nya.

Hal itu sebagaimana dinyatakan pelaku kasmaran bejat lainnya, bahwa kedatangan yang dicintai lebih diinginkan olehnya daripada curahan rahmat Rabbnya-Ya Allah. Tidak diragukan lagi, kasmaran yang demikian termasuk syirik yang paling besar. Banyak orang yang sedang kasmaran secara jelas menyatakan bahwa di hatinya sama sekali tidak tersisa satu tempat untuk selain orang yang dia cintai. Kekasihnya itu telah menguasai dan memperbudak hatinya dari segala sisi hingga membuatnya seperti hamba sahaya. Bahkan, dia ridha dengan peribadahan (penghambaan) terhadap makhluk yang semisal dirinya, padahal seharusnya hal itu hanya diberikan kepada Sang Pencipta. Peribadahan itu adalah kesempurnaan cinta dan ketundukan. Orang yang mencurahkan seluruh kekuatan cinta, ketundukan, dan kehinaan dirinya kepada sesuatu yang dicintai berarti telah memberi hakikat peribadahan. Kerusakan perkara dahsyat di atas tidaklah dapat dibandingkan dengan kerusakan zina, yang merupakan dosa besar bagi pelakunya, karena kerusakan yang ditumbulkan kasmaran tersebut termasuk kerusakan dalam tataran perbuatan syirik. Semoga Allah jauhkan kita dari perbuatan-perbuatan yang melemahkan iman dan taqwa kita kepada Allah subhanallahu ta’ala. Aamiin.

 

Referensi:

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. 2018. Ad-Daa’ wa ad-Dawaa’ (Macam-macam Penyakit Hati yang Membahayakan dan Resep Pengobatannya. Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i.

Diringkas oleh: Shofwah Siska (Pengajar Ponpes Darul Quran Wal Hadits OKU Timur)

[1] QS. Yusuf: 33

[2] QS. Yusuf: 29

[3] QS. Al-Hijr: 67-72

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.