Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Kejayaan Hanya Milik Islam

kejayaan hanya milik islam

Kejayaan Hanya Milik Islam – Segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam, marilah kita selalu memuji-Nya dan meminta pertolongan, ampunan dan petunjuk-Nya. Dan berlindung kepada Allah dari kejahatan dan keburukan amal kita. Barang siapa mendapat petunjuk dari Allah maka tidak ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak di ibadahi dengan benar melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah Hamba dan Rasulnya.

KEJAYAAN HANYA MILIK ISLAM

Dali-dalil yang menunjukkan bahwa kejayaan hanya milik Allah Subhanahu wata’ala, Rasul-Nya dan Kaum Muslimin serta Islam banyak sekali, Firman Allah Subhanahu wata’ala :

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Padahal kekuatan itu bagi  Hanyalah Allah, bagi Rasulnya dan orang-orang beriman tetapi orang-orang Munafik tidak mengetahui. (QS.al-Munafiqun : 8)

Ayat ini menegaskan bahwa kejayaan hanya milik Allah, Rasulnya dan kaum Mukminin.

فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ

Artinya: “Janganlah kamu merasa lemah dan meminta perdamaian, padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad : 35).

Dan sudah diketahui bagi orang yang mendalami al-Qur’an , ia menetapkan bahwa kalimatullah adalah palimh tinggi, sedangkan kalimat orang kafir berada dalam tingkat yang rendah. Jadi kebesaran milik Islam dalam kitabullah. Demikian juga, hal ini ditegaskan oleh rasulullah salallahu ’alaihi wasallam dan juga pernyataan dari generasi salaf. Sabda Nabi sallallahu ’alaihi wasallam: yang artinya: “Tidak selayaknya seorang mukmin menghinakan dirinya”. (HR. Ahmad).

Ini dalil agar setiap muslim merasa mulia dengan agamanya. Karena Islam mengajarkan al’izzah kepadanya. Perhatikan dialog antara Abu Sufyan yang masih dalam kekufuran pada waktu itu dengan Umar bin Khattab, tatkala kaum musyrikin mendapatkan kemenangan dalam perang Uhud. Abu sufyan berkata : “Agungkanlah Hubal”, kemudian nabi memerintahkan Umar untuk menyanggah dengan (perkataan) : “Allah lebih besar dan lebih tinggi.”

Ini merupakan sebagian dalil dari al-kitab dan as-Sunnah yang Menunjukkan bahwa izzah (kebesaran) hanya milik Allah subhanahu wata’ala, Rasul-Nya dan Islam.

Apabila kita telah mengetahui bahwa kebesaran itu milik Islam, apakah yang dimaksud dengan izzah dalam Islam, dan bagaimana Islam mengangkat kaum muslimin dari konsep kebesaran jahiliah menuju konsep izzah iman. Renungkanlah ayat ini kita lihat dan kita bandingkan  : “padahal kekuatan hanyalah bagi Allah, bagi  rasul-nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik tidak mengetahui”. (QS. AL-munafiqun ayat : 8).

Sedangkan izzah dalam konsep jahiliah,  membanggakan diri, membanggakan kedudukan, sosial dengan nasab, nenek moyang, golongan, banyaknya pengikut, banyaknya harta dan tingginya pangkat.

Barang siapa yang konsisten dengan akidah yang benar dan tauhid yang lurus. Niscaya Allah akan memuliakannya dengan akidah dan agama ini. Dan barang siapa menyimpang darinya, hendaknya tidak mencela kecuali dirinya sendiri saja .

Faktor lain yang juga bisa mewujudkan ‘izzah adalah manhaj. Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal sholeh dan berkata : “sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri .” (QS. Fushilat : 33).

Lihatlah, setelah ia berpegang dengan manhaj dan dakwah, kemudian mempunyai rasa bangga dengan agama. Dia mengumandangkan suaranya, bahwa ia seorang muslim, termasuk yang termasuk yang bertauhid kepada Allah dan Mengikuti Allah dan Rasul-nya

Kemudian adapun syarat diterimanya amalan shalih, ada syarat sah dan syarat kamal (kesempurnaan). Tentang syarat sah diterimanya amal adalah ikhlas bagi Allah dan ittiba’ kepada nabi. Sedangkan syarat kesempurnaan amal ialah ;

Pertama : seseorang harus menggenggam agamanya dengan kuat. Allah Subhanahau Wata’ala berfirman :

يَايَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا

Artinya: “Hai , yahya ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” (QS. Maryam : 12).

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ

Artinya: “Pegangilah dengan teguh apa yang kami berikan kepadamu”. (QS. al-Baqarah : 63)

Dan yang dimaksud dengan quwwah dalam ayat di atas berbangga diri dengan Agama Islam

Kedua, tidak malas beramal shalih dan menyegerakan diri dalam mengerjakan amal kebaikan maupun ketaatan. Sumber kemuliaan Islam yang lai yaitu menjadi seorang muslim yang mempunyai ciri khas tersendiri dalam aqidah, manhaj, cara-cara beribadah, penampilan lahiriyah ataupun batiniah. Dalam seluruh aspek seorang muslim memiliki ciri khas tersendiri. Umat Islam memiliki nilai istimewa dengan menonjolkan kebaikannya dan mereka menjadi saksi-saksi Allah dibumi. Lihatlah nilai istimewa yang dimiliki kaum muslimin dalam Ayat :

(5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

Artinya: “Tunjukkanlah kami jalan yang lurus.(yaitu) jalan-jalan yang telah engkau anugerahkan kenikmatan kepada mereka, bukan jalan yang dimurkai Allah (yaitu : yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (yaitu ; nasrani) “. (QS. al-Fatihah : 6-7).

Artinya, tunjukilah kami ya Rabb ke jalan yang benar dan lurus, bukan jalan-jalan yang dimurkai Allah yaitu kaum yahudi. Juga buka orang-orang yang berada di jalan yang sesat yaitu Nasrani seorang muslim berbeda dengan yahudi dan nasrani. Penganut agama dan golongan yang lain. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam Melarang umat-nya dari tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang kafir, larang itu tertuang dalam nasehat beliau yang sangat mengagumkan : Aku diutus dengan pedang, saat hari kebangkitan sudah dekat, supaya Allah saja yang disembah, ditimpahkan kehinaan dan kerendahan pada orang yang menentang perintahku rezekiku ditetapkan berada di ujung tombak. Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, niscaya iya termasuk dari mereka (HR. Ahmad).

Bagaimana kita mengetahui bahwa Islam itu besar dimata Manusia atau sebaliknya ? atau bagaimana kita mengetahui bahwa kaum muslimin itu agung atau lemah ?

Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa agama Islam memiliki kemuliaan yang pertama, semaraknya dan tersebarnya panji-panji Islam yang menyebar begitu luas, jika anda ingin melihat dan menyaksikan tegaknya izzah Islam ditengah kaum muslimin, maka perhatikanlah, apakah syi’ar-syiar agama, seperti adzan, shalat, pelaksanaan rukun Islam, Amal makruf nahi mungkar terlihat jelas di masyarakat kaum muslimin ? Apakah berwasiat dalam kebaikan dan kesabaran ada ditengah kaum muslimin ? kalau anda melihat nilai-nilai ini ada, melihat amal shalih, ilmu yang bermanfaat ada jika Anda menyaksikan kondisi seperti ini dan akhlak yang shahih ada berarty manusia dalam keadaan baik dan agama Islam masih dalam keadaan mulia.

Kita terkadang mengatakaan cinta kepada Rasulullah sallallahu ’alaihi sallam Tapi pembelaan kita yang hakiki kepada rasul adalah Membela sunnah Rasulullah dan menghidupkan sunnah-Nya. allah menjanjikan pertolongan Kepada orang yang menolong Agama-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

Artinya: Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) nya. sesungguhnya allah maha benar-benar kuat lagi maha perkasa . (QS. al-Hajj : 40).

Tanda kemuliaan umat Islam ialah adanya sikap mandiri, tidak bergantung pada umat lain, sebagai ummat yang merdeka dari aqidah, manhajnya, ekonominya, kebudayaannya, tidak meniru barat, ummat kafir atau ummat lainnya. Bukan berarti kita tidak boleh mengambil manfaat dari produk ilmu-ilmu mereka ilmu terkonogi dan juga bukan memonopoli mereka saja, milik siapa saja, bisa di raih oleh siapa saja. Dan umat Islam diperintahkan menyatukan dua kebaikan dunia dan  akhirat.

Dan carilah pada apa yang di anugerahkan allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (QS. al-Qashash).

Jadi, seorang mukmin beramal untuk akhirat dengan amal shalih dan beramal untuk dunia dengan membangunnya, oleh karena itu lihat hadits nabi sallallahu alaihi wasallam : agama ini akan selalu mulia selama umatku tidak menunggu terbitnya bintang dalam berbuka puasa.

 

REFERENSI:

Ditulis oleh : syeikh Salim bin ‘Id al Hilali

Diringkas oleh : ARI IBRAHIM

Dinukil dari : Majalah As-Sunnah edisi 2006M

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.