Bimbingan Islami Saat Gempa Bumi Dan Tsunami

bimbingsn islam gempa tsunami

GEMPA DAN TSUNAMI DALAM CATATAN SEJARAH

Peristiwa bencana gempa bumi dan tsunami tidak hanya ada pada zaman sekarang, namun telah ada semenjak dahulu kala sebagaimana dipaparkan secara detail tempat dan tanggal kejadiannya oleh imam jauzi dalam al-mudahisyi dan as-suyuthi kasyfu sholsholah’an wasfi zalzalah.

Jumadil ula, 460 H. bumi membela, memuntahkan isi perutnya. Guncangannya dirasakan hingga di kota Rohbah dan kufah. Air laut menyusut sejauh jarak perjalanan satu hari, terserap oleh bumi sehingga terlihatlah permukaan bumi dasar laut yang bertabur permata dan berbagai bentuk batu unik lainya. Orang-orang pun berhamburan untuk memungut batu unik yang tampak. Tanpa diduga, teryata tiba-tiba air laut kembali pasangdan menyapu mereka hingga sebagian besar mereka tergulung dan meninggal dunia.

Apakah yang dapat kita petik dari kisah diatas?! salah satu diantaranya agar kita tidak tertipu dengan dunia yang menipu!!

Di indonesia sendiri, gempa bumi akhir-akhir ini sering terjadi. Masih segar di dalam ingatan kita tsunami Aceh pada 26 DESEMBER 2004 yang menewaskan 131.028 jiwa, gempa di Yogyakarta pada 27 mei 2006 yang menewaskan 6.324 jiwa. Selanjutnya gempa di Padang Pariaman pada tanggal 30 September yang menewaskan 1.115 jiwa dan sebagainya.

 

FAKTOR PENYEBAB GEMPA

Seringkali kita membaca komentar para penulis dan ilmuan dan media pasca kejadian gempa bumi dan tsunami yang mengatakan bahwa faktor penyebab gempa bumi hanyalah faktor alam dan letak geografis daerah yang terkena bencana dekat dengan laut. namun, benarkah hanya sekedar itu sebagai faktor penyebab terjadinya gempa?! tidakkah ada faktor lain yang lebih dominan yang lebih dominan dari pada itu?!

Gempa pertama pada masa Islam terjadi pada zaman umar bin khothob رضي عنهsimaklah ucapan shofiyyah رضي االله عنها “ pernah terjadi gempa bumi di Madinah pada masa umar رضي الله عنه. sehingga beberapa pagar roboh, lalu Umar berkhotbah:

يا أهل المدينة، احدثتم، والله لئن عادتْ لأفعلنّ

Artinya: ‘wahai penduduk madinah, alangkah cepatnya kalian berubah. Demi Allah, seandainya gempa terulang lagi maka saya akan keluar dari kalian ( karena khawatir menimpa dirinya juga). “  (Al-Istidzkar, Imam Ibnu Abdil Bar).

Perhatikanlah alangkah cerdasnya femahaman khalifah umar! Tatkalah beliau mendapati peristiwa aneh yang belum terjadi dimasa Nabi, maka beliau mengetehwi bahwa umat ini telah membuat hal yang baru yang menjadikan allah mengubah keadaan bumi.

Syaikhul islam ibnu taimiyyah رحمه الله berkata, “ gempa termasuk tanda kekuasaan Allah yang Allah timpakan untuk menimbulkan ketakutan pada hamba-Nya, seperti halnya gerhana matahari dan bulan dan peristiwa-peristiwa dahsyat lainya. Kejadian-kejadian tersebut memiliki sebab dan hikmah. Salah satu hikmahnya untuk menimbulkan ketakutan. Adapun faktor penyebabnya, diantaranya adalah meluapnya uap dalam bumi sebagaimana air dan angin yang meluap dari tempat yang sempit. Kalau meluap, tentunya mencari tempat untuk keluar sehingga bumi terpecah dan terjadilah gempa bumi disekitar.

Syaikh Muhammad bin sholih al-utsaimin رحمه الله berkata, “sesungguhnya kebanyakan manusia menganggap bahwasanya musibah yang menimpa mereka baik di dalam bidang perekonomian, keamanan atau politik disebabkan karena faktor-faktor dunia semata. Tidak ragu lagi bahwasanya semua ini merupakan kedangkalan pemahaman mereka dan lemahnya iman mereka serta kelalaian mereka dari merenungi al-quran dan sunnah nabi.

 

HIKMAH DIBALIK GEMPA

Sesuatu yang terjadi di muka bumi ini pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Oleh karenanya, hendaknya kita pandai-pandai mengambil pelajaran dari peristiwa gempa bumi dan tsunami.

Lantas, bagaimana kiranya dengan peristiwa besar seperti ini?! ada beberapa hal yang dapat menjadi renungan bagi kita, diantaranya:

  1. Peristiwa ini menjadikan seorang muslim semakin beriman dan yakin akan kekuasaan allah ta’ala. Seorang muslim yakin bahwa allah lah mengatur alam ini sesuai dengan kehendak-Nya, dan memutuskan apa yang diinginkan.
  2. Peristiwa ini dapat menumbuhkan rasa takut dalam jiwa hamba-hamba-Nya sehingga mereka memperbaiki diri dari segala dosa menuju jalan yang lurus.
  3. Peristiwa ini mengingatkan kita akan nikmat Allah ta’ala berupa menetapnya bumi. Jika bumi ini berguncang dalam sekejap saja telah demikian akibatnya, antas bagaimana kiranya jika berguncang sehari penuh, apa yang akan terjadi pada manusia dipermukaanya?!
  4. Peristiwa ini mengingatkan kita akan guncangan besar kelak di akhirat yang menjadikan seorang ibu yang meyusui bayinya lalai dari bayinya dan wanita hamil keguguran, semua itu karena sangat dahsyatnya. Dengan demikian kita akan segera bertobat bersemangat di dalam beramal shalih, dan tidak tertipu dengan dunia.

 

AMALAN-AMALAN KETIKA TERJADI GEMPA

Ketika gempa bumi menyapa, bila tsunami menghampiri manusia, ketika para korban berjatuhan meninggal dunia, ketika bangunan hancur berkeping-keping menjadi tanah, ketika para wanita menjadi janda dan anak-anak kehilangan orang tuanya pada saat itu hendaknya kita semua lebih mendekatkan diri kepada Allah mengingat akhirat, segera bertobat, bersemangat di dalam beribadah, dan tidak tertipu dengan dunia yang fana. Berikut ini beberapa amalan yang hendaknya dilakukan ketika gempa dan tsunami terjadi:

  1. Taubat kepada ALLAH
  2. Banyak berdzikir,do’a kepada Allah
  3. Membantu para korban bencana
  4. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar

JANGAN MENAMBAH BENCANA DIATAS BENCANA

Sebagian orang bertindak konyol, ingin menolak balak dari mereka, tetapi alih-alih balak tersebut berkurang, justru semakin parah dan bertambah. Sebabnya tidak lain banyak sekali amalan tolak bala yang bertentangan dengan agama. Diantara amalan yang perlu kami ingatkan disini adalah:

 

  1. KIRIM TUMBAL DAN SESAJEN

Ini adalah adat jahiliah yang masih bercokol pada tubuh sebagian kaum muslimin. Ketika terkena bencana, mereka mengirim sesajen dan tumbal dengan berharap dapat menolak bala, namun anehnya hal itu justru memperparah bencana.

Adat kirim tumbal dan sesajen bukanlah dari ajaran Islam. Justru Islam telah membatalkan hal ini. Alangkah menariknya apa yang dikisahkan oleh imam ibnu Katsir bahwa pada suatu saat, sungai di Mesir pernah kering tidak mengalir air. Maka penduduk Mesir mendatangi Amr bin Ash رضي الله عنه. seraya mengatakan, “wahai amr (gubernur), sungai nil kita ini memiliki suatu musim untuk tidak mengalir kecuali dengan tumbal.” amr bertanya, “pada tanggal 12 dibulan seperti ini, biasanya kami mencari gadis perawan, lalu kita merayu orang tuanya lalu memberinya perhiasan dan pakaian dan mewah, kemudian kita lemparkan dia ke sungai Nil ini. “mendengar hal itu Amr mengatakan kepada mereka, “ini tidak boleh di dalam agama Islam. Islam telah menghapus keyakinan tersebut.”

Beberapa bulan mereka menunggu, tetapi sungai Nil tetap tidak mengalir sehingga hampir saja penduduk setempat nekat memberikan tumbal. Maka Amr menulis surat kepada Umar bin al Khoththob رضي الله عنه tentang masalah tersebut lalu beliau menjawab, ”sikap mu sudah benar. Dan bersama ini saya kirimkan secarik kertas dalam suratku ini untuk kamu lemparkan ke sungai Nil.” Tatkala surat itu sampai, maka Amr mengambilnya, ternyata isi surat itu sebagai berikut:

Dari hamba Allah ta’ala, Umar Amirul mukminin kepada Nil, sungai penduduk Mesir. Amma ba’du. Bila kamu mengalir karena kehendakmu sendiri maka kamu tidak perlu mengalir karena kami tidak butuh kepadamu, tetapi kalau kau mengalir karena Allah yang mengalirkanmu maka kami berdo’a agar Allah mengalirkanmu.

Setelah surat Umar رضي الله عنه tadi dilemparkan ke sungai Nil, dalam sehari semalam saja Allah telah mengalirkan sungai Nil sehingga berketinggian enam belas hasta!!

 

  1. UNDANGAN DO’A BERSAMA

Sebagian orang melakukan ritual ibadah do’a bersama-sama untuk tolak bala dengan analogi seperti shalat istiqa’(meminta hujan) yang jelas disyariatkan di dalam agama Islam. Namun apakah hal ini dibenarkan?

Al-Hafizh ibnu Hajar al-asqolani رحمه الله mengatakan,”pada asalnya, do’a untuk menghilangkan wabah tidaklah terlarang. Namun, berkumpul berdo’a seperti pada shalat istisqa’ maka ini termasuk bid’ah (perkara baru) dalam agama.

Pada zamansekarang, wabah tho’un pertama kali muncul di Kairoh pada 27 rabi’ul akhir tahun 833 H, korban yang meninggal tidak lebih dari 40 orang. Kemudian mereka keluar ketanah lapah pada jumadil Ula setelah dianjurkan untuk puasa seperti dalam istisqa’, mereka berkumpul dan berdo’a bersama lalu pulang. Belum selesai bulan jumadil Ula, teryata jumlah korban semakin banyak sehingga setiap hari jumlah korban lebih dari seribu. seandainya hal itu disyariatkan, tentu tidaklah samar bagi salaf dan bagi para ulama sepanjang zaman, n tidak dinukil dari mereka hadits atau atsar satu pun.

 

MASALAH-MASALAH SEPUTAR GEMPA BUMI

  1. Shalat ketika gempa bumi

Pendapat yang kuat adalah bahwa disyariatkan shalat secara sendirian berdasarkan perbuatan ibnu Abbas رضي الله عنه dan hudzaifah bin yamanرضي الله عنه serta agar dia tidak termasuk orang yang lalai. Inilah yang dikuatkan oleh al-’Ajluani ketika mengatakan,” ketahuilah bahwa menurut kami disunnahkan shalat dua raka’at ketika gempa dan semisalnya. Seperti shalat sunnah sebelum subuh, tetapi secara sendirian menurut pendapat yang kuat dalam pandangan kami. “berhenti namun dia belum shalat maka tidak perlu diqadho’ sebab dishalat yang memiliki sebab yang luput ketika sebabnya hilang, seperti shalat gerhana apabila gerhana telah pergi.”wallahu a’lam.

  1. Masalah ini diperselisihkan oleh para ulama’ dalam beberapa pendapat:
  • Shalat ghoib tidak disyari’atkan secara mutlak, karena shalat ghoib yang dilakukan oleh nabi adalah khusus untuk beliau. Ini mazhab Abu Hanifah, MALIK, dan sebuah riwayat dari Ahmad.
  • Shalat ghoib disyariatkan secara mutlak, dengan dalil shalatnya nabi pada najasyi.ini mazhab syafi’i dan pendapat yang masyhur dari imam Ahmad.
  • Tidak disyariatkan kecuali kepada orang yang memiliki jasa besar.
  • Tidak disyariatkan kecuali mayat diketahui belum ada yang menshalatkanya. pendapat inilah yang paling kuat, karena banyak para sahabat nabi yang meninggal dunia pada zaman beliau tapi tidak dinukil bahwa beliau menshalati mereka.
  1. Qunut Nazilah

Syaikh ibnu utsaimin رحمه الله mengutarakan masalah ini dan menjawab. Apabila kaum tertimpa suatu bencana yang tidak ada kaitannya dengan anak adam seperti wabah, tsunami, gempa bumi. Apakah seseorang hendaknya melakukan qunut atau tidak? Jawabannya: tidak qunut sebab bencana seperti ini sering menimpa di zaman nabi namun beliau tidak melakukan qunut. Dan setiap hal yang faktor penyebabnya sudah ada pada zaman Nabi tetapi beliau tidak melakukannya padahal tidak ada yang menghalanginya maka itu tidak disyariatkan.

 

REFERENSI:

NAMA: DANDI PRATAMA

MERINGKAS DARI: MAJALAH AL-FURQON 109 EDISI TH.KE-10

MUHARROM 1432/DESEMBER/2010

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.