Bercanda Menurut Pandangan Islam

bercanda menurut pandangan islam

Rasulullah juga bercanda – Sebagai manusia biasa Rasulullah juga kadang kala juga bercanda. Beliau sering mengajak istri, para sahabat untuk bercanda dan bersenda gurau. Namun, canda beliau tidaklah berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa beliau tidak melampaui batas, hanya tersenyum. Begitu pula, dalam keadaan bercanda beliau tidak berkata kecuali perkataan yang benar.

Dituturkan Aisyah:

ما رأيت رسول الله مستجمعا قط ضاحكا حتي ترى منه لهواته إنما كان يتبسم

“Aku belum pernah melihat Rasululllah tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun beliau hanya tersenyum”

Abu Hurairah menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah:

“Wahai Rasulullah! Apakah engkau bersenda gurau bersama kami?”

Rasulullah menjawab:

نعم! غير أني لاأقول إلا حقا

“betul, hanya saja aku selalu berkata benar”

Beberapa contoh canda nabi

  1. Anas menceritakan salah satu bentuk candanya Rasulullah. Ia berkata, rasulullah pernah memanggilnya dengan sebutan:

يا ذا الأذنين!

“wahai pemilik dua telinga”

  • Anas mengisahkan, Ummu sulaim memiliki seorang anak yang bernama Abu ‘Umair. Rasulullah sering bercanda dengannya setiap kali beliau datang. Pada suatu hari beliau datang menemuinya untuk bercanda, namun tampaknya anak itu sedang sedih. Mereka berkata, :wahai Rasulullah! Burung yang biasa diajaknya untuk bermain sudah mati”, lantas Rasulullah bercanda dengannya, beliau berkata:

يا ابا عميرما فعل النغير

“wahai Abu ‘Umair, apakah geranagn yang di kerjakan oleh burung kecil itu?”

  • Anas bin malik bercerita, ada seorang pria dusun yang bernama Zahir bin Haram. Rasulullah sangat menyukainya, hanya saja tampangnya yang jelek.

Pada suatu hari, Rasulullah menemuinya dan ia sedang berdagang dagangannya. Tiba-tiba Rasulullah memeluknya dari belakang, sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Zahir bin Haram pun berseru: “Lepaskaan Aku! Siapakah ini?”

Setelah menoleh iapun mengetahui, bahwa yang memeluknya adalah Rasulullah. Maka iapun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya kedada Rasulullah. Rasulullah lantas berkata: “sipakah yang sudi membeli hamba sahaya ini?’

Dia menyahut: “Demi Allah, wahai Rasulullah. Jika demikian maka aku tidak akan laku dijual”

Rasulullah membalas: “justru disisi Allah engkau sangat mahal harganya”.

  • Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwasannya seorang laki-laki datang pada Nabi dan berkata: “wahai Rasulullah bawalah Aku?”, Rasulullah menjawab: “kami akan membawamu diatas anak onta”, laki-laki itu berkata: “apa yang bisa aku lakukan dengan anak onta?”, maka beliau berkata: “bukankah onta yang melahirkan anak onta”.
  • Rasulullah juga sering kali bercanda dan menggoda Aisyah. Suatu kali beliau berkata kepadanya: “aku tahu kapan kau suka kepadaku dan kapan kau marah padaku,” Aku (Aisyah) menyahut: “darimana engkau tahu?” beliau berkata: “tidak demi Rabb Muhammad,’ dan kalau kau marah padaku kau akan mengatakan, “tidak, demi Rabb Ibrahim”. Aku (Aisyah) menjawab: “benar, demi Alah! Tidaklah aku menghindari melainkan namamu saja”
  • Abu Hurairah menceritakan: “Rasulullah pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan hasan bin ali. Iapun melihat nerah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira”.

Canda yang dibolehkan

Adakalanya kita mengalami kelesuan dan ketegangan setelah menjalani kesibukan. Atau muncul rasa jenuh dengan berbagai rutinitas dan kesibukan sehari-hari. Dalam kondisi seperti ini, kita butuh penyegaran dan bercanda. Kadang kala kita bercanda dengan keluarga atau sahabat. Hal ini merupakn suatau yang manusiawi dan dibolehkan. Begitu pula Rasulullah juga melakukannya. Maka harus memperhatikan hal yang penting dalam bercanda.

  1. Meluruskan tujuan

Bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita memperoleh gairah baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.

  • Jangan melewati batas

Sebagian orang sering kebablasan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Dia mempunyai maksud buruk dalam bercanda, sehingga bisa menjatuhkan wibawa dan martabatnya dihadapan manusia. Orang-orang akan memandangnya rendah, karena ia telah menjatuhkan martabatnya sendiri dan tidak menjaga wibawanya. Terlalu banya ber-canda akan menjatuhkan wibawa seseorang.

  • Jangan bercanda dengan orang tidak suka bercanda

Terkadang ada orang yang bercanda dengan orang yang tidak suka ber-canda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita bercanda.

  • Jangan bercanda dalam perkara yang serius

Ada beberapa kondisi yang tidak sepatutnya bagi kita untuk ber.canda. Misalnya dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim, ketika memberikan persaksian, dan lain sebagainya yang semisal.

  • Hindari perkara-perkara yang dilarang Allah saat bercanda

Tidak boleh bercanda atau bersenda gurau dalam perkara yang dilarang oleh Allah, diantaranya sebagai berikut:

  1. Menakut-nakuti seorang muslim saat bercanda

Ada orang yang bercanda dengan memakai sesuatu untuk menakut-nakuti temannya. Misalnya, seperti memakai topeng yang menakutkan pada wajahnya, berteriak dalam kegelapan, atau menyembunyikan barang milik temannya, atau yang sejenisnya.

  • Berdusta saat bercanda

Banyak orang yang dengan sesuka hatinya ber-canda, tak segan berdusta dengan alasan bercanda. Padahal ber-canda ini tidak diperbolehkan. Rasulullah bersabda yang artinya:

“aku menjamin dengan sebuah istana dibagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada dipihak yang benar, sebuah istana dibagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana dibagian atas surga bagi orang yang memperbaiki akhlaknya”

  • Melecehkan sekelompok orang tertentu

Misalnya ber canda dengan melecehkan orang-orang tertentu, penduduk daerah tertentu, atau profesi tertentu, atau menyebut aib mereka dan membuat orang kain tertawa.

  • Canda yang berisikan tuduhan dan fitnah terhadap orang lain

Kadang kala ini juga terjadi, terlebih bila canda itu sudah lepas kontrol. Sebagian orang ber canda dengan temennya lalu ia mencela, menfitnahnya, atau menyifatinya dengan perbuatan keji. Seperti ia mengatakan kepada temannya, ‘hai anak hantu’, dan kata-kata sejenisnya untuk membuat orang tertawa. Sangat disayangkan, hal seperti ini sering terjadi ditengah orang kebanyakan dan jahil. Oleh karna itu, hendaklah kita jangan keterlaluan dalam ber canda, sehingga melampaui batas.

  • Hindari bercanda dengan aksi dan kata-kata yag buruk

Banyak orang yang tidak menyukai ber canda seoerti ini. Dan jiga sering berkembang menjadi pertengkaran dan perkelahian. Sering kita dengan kasus perkelahian yang terjadi berawal dari canda.

  • Tidak banyak tertawa

Banyak orang yang tertawa berlebihan sampai terpingkal-pingkal oleh ber canda. Ini bertentangan dengan sunnah. Nabi telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, beliau bersabda yang artinya:

“janganlah kalian banyak tertawa, karena tertawa dapat mematikan hati”.

  • Bercanda dengan orang yang membituhkannya

Seperti dengan kaum wanita dan anak-anak. Itulah yang dilakukan oleh Nabi, yaitu sebagaimana yang beliau lakukan kepada Aisyah dan Hasan bin Ali. Serta seorang anak kecil yang bernama Abu ‘Umar.

  • Jangan melecehkan syiar-syiar agama dalam bercanda

Umpamanya celotehan dan guyonan para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat al-qur’an dan syiar-syiarnya.

Disusun oleh : Ustadz Abu Ihsan al-Atsari

Diringkas oleh : Inayah Isti Aditya

Referensi : Majalah as-Sunnah, Penerbit Yayasan Lajnah Istiqamah Surakarta

BACA JUGA :

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.