Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Dunia Sebentar Dan Hanya Sedikit

dunia sebentar dan hanya sedikit

Dunia Sebentar Dan Hanya Sedikit – Orang tua kita selalu mengingatkan kita agar kita menggunakan masa muda dan sehat untuk melakukan yang bermanfaat, beribadah dan bekerja, atau aktifitas yang bermanfaat baik untuk dunia terlebih untuk akherat. Mereka mengatakan bahwa “selama 60 tahun berlalu, tetapi terasa baru kemarin sore atau baru pagi tadi. Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, inilah realita kehidupan yang ada, kenyataan bahwa didunia hanya sebentar dan semua yang telah dimiliki hanyalah sedikit meskipun mendapatkan semua yang kita inginkan. Hal ini karena Allah telah menyebutkan hakekat kehidupan dunia yang hanya sebentar dan kenikmatanya yang sangatlah sedikit.

Ikhwati fillah semoga Allah curahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Berikut beberapa ayat dan hadits yang menunjukkan kehidupan di dunia hanya sebentar saja, dan kenikmatanya sangatlah sedikit dibandingkan dengan kenikmatan di syurga.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ ٱنفِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱثَّاقَلْتُمْ إِلَى ٱلْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُم بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا مِنَ ٱلْءَاخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah: 38)

Ketahuilah bahwa banyak ayat di dalam surat yang mulia ini turun pada perang Tabuk, ketika Nabi menyiapkan kaum Muslimin untuk memerangi Romawi, sementara waktu itu adalah musim panas, bekal minim dan kehidupan sulit, maka sebagiam kaum Muslimin meresa berat yang membuat Allah menegur dan mendorong mereka, Dia berfirman, “Hai orang-orang yang beriman”, tidakkah kalian tahu tuntunan keimanan dan sebab keyakinan adalah bersegera melaksanakan perintah Allah dan berlomba-lomba menuju ridhaNya, berjihad melawan musuhnya dan memenangkan agamamu? “ Apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu, ‘berangkatlah untuk berperang di jalan Allah,’ kamu merasa berat dan ingin tinggal ditempatmu?” yakni, kamu bermalas-malasan, cenderung dan condong kepada keselamatan dan enak-enakan. “Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?” yakni keadaanmu tidak lain kecuali sama dengan keadaan orang-orang yang rela dengan dunia dan mengejarnya tanpa peduli terhadap akhirat, seolah-olah dia tidak beriman kepadanya. “padahal kenikmatan hidup di dunia ini”, yang kamu condong kepadannya dan kamu dahulukan atas akhirat “hanyalah sedikit.” Segala urusan, mana yang lebih berhak untuk di dahulukan? Bukankah dunia dari awal sampai ujung tiada bandingannya dengan akhirat? Bepakah umur manusia yang sangar pendek itu sehingga dia menjadikannya tujuan akhir, sehingga seluruh usahanya, pikirannya, tindak tanduknya,yang ambisinya tidak lebih kecuali untuk dunia yang pendek yang penuh dengan polusi yang sarat dengan marabahaya? Dengan dasar apakah kamu mementingkannya di atas kehidupan akhirat, yang padanya terdapat seluruh nikmat, yang padanya terdapat seleluruh apa yang di inginkan oleh jiwa dan di nikmati oleh mata dan kamu pun kekal di dalamnya? Demi Allah, tidak akan mendahulukan dunia di atas akhirat orang yang imannya mantap di hatinya, pikirannya matang di kepalanya, yang termasuk sebagai Ulil Albab (orang-orang yang berakal). (Tafsir As-Sa’di).

Kaum Muslimin Yang Semoga Dirahmati Allah Ta’ala.

Dalam surat Al’mukminum ayat 112-114, Allah ta’ala berfirman;

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ (112) قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ (113) قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: “Allah bertanya, “Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, “Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.”

“Allah bertanya” dalam rangka untuk mencela dan menetapkan bahwasaannya mereka itu orang-orang yang dungu, dalam waktu yang sejenak saja mereka sudah membukukan setiap kejelekan yang mendorong mereka menuju kemurkaan dan hukumanNYa. Mereka tidak menghasilkan kebaikan yang diperoleh oleh kaum Mukminin yang mengantarkan mereka menuju kebahagiaan abadi dan keridhaan Rabb mereka, “berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” mereka menjawab,”kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari.” Jawaban mereka ini berlandaskan pada anggapan mereka begitu pendeknya masa tinggal mereka di dunia. Pernyataan ini, sudah memperlihatkan sebuah manfaat. Akan tetapi, tidak menunjukkan kadar sebenarnya dan tidak menentukannya. Karena itu, mereka berkata, “maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung,” yaitu orang-orang yang benar-benar menguasai hitungannya. Adapun mereka, berada dalam kesibukan yang sangat merepotkan dan siksa yang melupakan tentang hitungannya. Maka Allah berkata kepada mereka, “kamu tidak tinggal (dibumi) melainkan sebentar saja,” baik kalian telah menetapkan jangkanya atau tidak “kalau kamu mengetahui” (Tafsir Assa’di)

Firman Allah Ta’ala :

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَىٰهَا

Artinya: “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari”. (An-Nazi’at; 46)

“Kamu hanya memberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari kebangkitan),” yakni ancamanmu hanya berguna bagi orang yang takut akan datangnya Hari Kiamat dan takut berdiri di hadapan Allah. Mereka adalah orang-orang yang perhatiannya tertuju untuk mempersiapkan diri menghadapinya dan beramal untuk menyongsongnya. Adapun orang yang tidak beriman pada Hari Kiamat, ia tidak mempedulikannya karena sikap pembangkangannya berdasarkan kedustaan dan pembangkangan. bila sifatnya sudah seperti ini, maka jawaban atasnya adalah sia-sia Yang Mahasuci Allah lagi Yang Mahabijaksana dari hal itu. (Tafsir As-Sa’di)

Firman Allah Ta’ala:

يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُۥٓ أَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ

Artinya : “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. As-sajadah; 5)

“Dia mengatur urusan” yang bersifat taqdiri dan urusan yang bersifat syar’i, semuanya Dia-lah semata yang Esa mengaturnya, pengaturan-pengaturan semua itu turun dari sisi Dzat Yang Maharaja lagi Mahakuasa, “dari langit ke bumi,” lalu dengannya Dia membahagiakan dan menyengsarakan, menjadikan kaya dan menjadikan fakir, memuliakan dan menghinakan, menjadikan terhormat dan menjadikan terhina, mengangkat derajat suatu kaum dan mengugurkan martabat yang lain, dan Dia menurunkan rizki, “kemudian ia (urusan itu) naik kepadaNya” maksudnya, perintah (urusan) turun dari sisiNya dan naik kepadaNya, “dalam satu hari yang kadar lamanya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu,” ia naik kepadaNya dan sampai kepadaNya dalam sesaat. (Tafsir As-Sa’di)

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits qudsi yang cukup panjang, Allah ta’ala berfirman;

يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

Artinya: “Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut. (HR. Muslim)

Makna hadits; “Apabila mereka semua berada di satu tempat yang terhampar, sebab semakin banyak perkumpulan manusia semakin berpeluang doa itu terkabul.

مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

Makna hadits ; “Tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.” Ini adalah ungkapan mubalaghah (menunjukkan amat sangat), artinya bahwa apa yang ada pada sisi Allah tidak akan berkurang, dan mustahil akan berkurang. Dan  kita semua mengetahui memahami permisalan ini.

Pembaca yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wata’ala, beberapa ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa dunia sangat sebentar sekali, dan kenikmatanya sangat amat sedikit dibandingkan dengan kenikmatan di akherat. Mari kita renungkan bersama, agar kita mampu merasakan bahwa dunia bukan tempat kita tinggal dan menetap, tetapi hanya persinggahan sementara, dan tempat mencari bekal perjalanan yang panjang setelah kematian, semoga akhir yang baik bagi setiap insan yang beriman, bertakwa dan beramal shalih.

Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah kepada kita untuk dapat istiqamah di jalan yang Allah ridhai, yang sesuai dengan Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

 

Ditulis oleh: Birru Ninda Hamidi (Pengajar Di Rumah Tahfidzh Umar Bin Al-Khaththab Prabumulih)

Sumber:

  • Alquran Al Karim
  • Syarah Arbai’in An-Nawawi, Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-‘Utsaimin, Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Ketiga 2010.
  • Taisir Kalamirrahman Fii Tafsiir Kalamil Mannan. Al‘Allamah Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa’di. Cetakan Pertama, Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Cetakan Pertama, Tahun 2002 M / 1423 H.

 

BACA JUGA:

Hukum Jual Beli dengan Uang Muka
kumpulan berbagai ceramah singkat dan kajian Islam

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.