Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

BERIBADAH HANYA KEPADA ALLAH

beribadah-hanya-kepada-ALLAH

Beribadah hanya kepada Allah, membahas tentang ibadah berarti membahas tentang hak Allah yang paling besar yang wajib ditentunaikan oleh seluruh makhluk, yaitu beribadah kepada Allah sajadan tidak mensyirikkan-Nya. Inilah yang disebut dengan tauhid uluhiyah atau bisa disebut juga tauhid ibadah. Apa urgensinya pembahasan tentang ibadah?

Panji dakwah para Nabi dan Rasul

Para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah tiada lain untuk menegakkan panji tauhid, panji ibadah hanya kepada Allah saja. Simaklah ayat Al-Qur’an berikut ini:

ولقد بعثنا في كل أمة رسولا ان اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت

Dan sungguh Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah taghut itu. (QS. An-Nahl : 16)

Semua Rasul memuliakan dakwahnya dengan perintah tauhid uluhiyah kepada umat mereka, sebagaimana ucapan Nabi Nuh, Hud, Salih, Syu’aib tatkala berkata:

يقوم اعبدالله ما لكم من اله غيره

“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekalikali tak ada ilah bagimu selain-Nya.” (QS. Al-A’raf : 59)

Kewajiban pertama bagi seorang hamba

Manusia tidaklah diciptakan oleh Allah kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman:

وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون

Dan Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. adz- Zariyat : 56)

Allah juga mengabarkan bahwa hikmah dari penciptaan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, dan Allah tidak butuh ibadah dari mereka, bahkan manusialah yang butuh ibadah kepada Allah. Allah juga berfirman:

قل إني أمرت ان أعبدالله مخلصا له الدين

Katakanlah : “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepad-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. Az-Zumar : 11)

Kebahagiaan dunia dan akhirat tergantung pada tauhid ibadah

Syaikhul islam ibnu Taimiyah mengatakan “Ketahuilah, bahwa seorang hamba untuk beribadah kepada Allah dan tidak mensyirikkan-Nya tidak ada tandingannya yang semisal. Sesungguhnya hakikat seorang hamba adalah dengan hati dan rohnya. Hati dan roh ini tidak akan baik kecuali dengan kebaikan dari Allah yang tidak ada sembahan kecuali Allah saja. Hati tidak akan tenang kecuali mengingat-Nya. Andaikan seorang hamba mendapatkan kebahagiaan dan kelezatan pada selain Allah maka tidak akan lama, bahkan akan selalu berpindah dari satu jenis kejenis yang lainnya, dari satuorang ke orang lainnya.adapun Allah penciptaanya, maka pasti kebaikan itu akanada disetiap keadaan,setiap waktu, dimana pun dia berada pasti Allah akan bersamanya.

MAKNA IBADAH

Ibadah secara bahasa adalah ketundukan dan perendahan diri.

Al-Imam Raghib al-Asfahani berkata, “ubudiyah ( peribadahan) adalah menampakkan penghinaan diri. Dan ibadah maknanya lebih mendalam lagi, karena ibadah itu puncaknya adalah perendahan diri dan hal ini tidak ada yang berhak kecuali Dzat yang telah mencapai puncak keutamaan yaitu Allah.

Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mengatakan, “ibadah adalah nama yang menyeluruh untuk segala apa sajayang Allah cintai dan ridhai dari ucapan, perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi.”

Ada yang mengatakan juga, ibadah kepada Allah adalah taat kepada-Nya dengan mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang.”

Al-Imam al-Munawi mengatakan: “ ibadah adalah perbuatan yang dikerjakan oleh seorang mukalaf yang menyelisihi hawa nafsunya karena mengagungkan Rabbnya. Dan ibadah ini lebih khusus dari ubudiyah yang maknanya adalah perendahan diri secara mutlak.”

BEDA ANTARA IBADAH DAN TAAT

Al-Imam Abu Hilal al-Asykari berkata, perbedaan antara ketaatan dan ibadah, bahwasanya ibadah itu puncaknya adalah perendahan diri, dan ini tidak berhak diberikan kecuali kepada yang telah memberikan kenikmatan yaitu Allah.oleh karena itu tidak boleh beribadah kepada selain Allah,dan ibadah itu tidak terlaksana kecuali dengan mengenal dzat yang diibadahi. Sementara itu, ketaatan adalah perbuatan yang terjadi sesuai dengan keinginan yang menginginkannya dan ini bisa terjadi kepada Allah dan manusia. Dan ketaatan juga tidak diiringi dengan niat untuk mengikuti, sepertiorang yang mentaati setan; sekalipun ia tidak berniat mentaati setan, hanya dengan mengikuti seruan dan keinginannya sudah dikatakan taat kepada setan.

PEMBAGIAN IBADAH

Al-Imam Ragib al-Asfahni mengatakan, “ibadah itu ada dua bentuk:

Pertama: ibadah berupa ketundukan, yaitu untuk manusia, hean, dan tumbuhan.

Kedua: ibadah dengan kehendak pilihan sendiri; dan iniibadah untuk bisa berbicara, dan inilah yang diperintahkan dalam firman-Nya:

 يأيها الناس اعبدوا ربكم

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu.” (QS. Al-Baqarah : 21)

Berhubungan dengan bentuk kedua, terbagi lagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Perasaan takut, harap, cinta, dan tawakal adalah ibadah hati. Tasbih, tahlil, takbir, tahmid, dan syukur dengan hati dan lisan adalah ibadah lisan dan hati. Sementara itu shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badan dan hati.  Maka ibadah itu cakupanya sangatlah luas, mencakup seluruh perbuatan seorang mukmin jika diniatkan untuk ibadah atau membantu untuk ibadah seperti makan, minum, tidur, jual beli, nikah, mencari rezeki maka hal-hal semacam ini akan bernilai ibadah jika niatnya baik dan saleh. Maka ibadah itu tidak hanya terbatas pada syariat-syariat yang jelas.

HAKIKAT IBADAH

Al-Imam al-Qurtubi mengatakan, “Asal ibadah adalah perendahan diri dan tunduk, dinamakan dengan tugas-tugas syariat bagi seorang mukalaf berupa ibadah-ibadah, karena mereka harus melaksanakannya dan mengajarkannya dengan penuh perendahan diri kepada Allah.

Al-Imam al-Qoyyim mengatakan, “Hakikat ibadah adalah melazimi untuk beribadah kepada-Nya dengan penuh perendahan diri, tunduk dan kembali kepada-Nya. Selalu merasa butuh kepada Allah, bersandar kepada-Nya, meminta pertolongan, dan tawakal kepada-Nya.”

RUKUN IBADAH

Pilar dan rukun ibadah ada tiga: al-hubb (kecintaan), al-khouf (takut), al-raja’ (harapan). Allah berfirman: يحبهم ويحبونه

Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (QS. Al-Maidah: 54)

Allah juga berfirman:

إنهم كانوا يسارعون في الخيرات ويدعوننا رغبا ورهبا وكانوا لنا خاشعين

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. (QS. Ai-Maidah: 54)

Sebagian salaf berkata, “Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan kecintaan saja maka dia orang zindik (munafik), dan barang siapa beribadah kepada Allah dengan rasa harap saja maka dia seorang haruriyyah (khawarij). dan barang siapa yang beribadah kepada Allah kecintaan, takut, dan harap maka dia adalah orang mukmin yang bertauhid.” Al-Imam Ibn  al-Qoyyim mengatakan, “ibadah akan terkumpul dua perkara yang pokok; puncakkecintaan dan puncak perendahan diri dan tunduk kepada-Nya. Barangsiapa mencintai-Nya tetapi tidak tunduk kepada-Nya maka tidak dikatakan beribadah kepada-Nya. Dan barangsiapa tunduk tetapi tidak mencintai-Nya tidak dikatakan orang yang beribadah kepada-Nya sampai dia beribadah dengan kecintaan dan ketundukan.

SYARAT DITERIMANYA IBADAH

Wahai saudaraku, kita semua mendambakan amaln saleh yang kita kerjakan diterima disisi Allah. Kita semua mengharap pahala dan ganjaran-Nya, namun sudahkah kita memenuhi syarat-syarat diterimanya sebuah amalan? Telah menjadi kaedah yang mapan,bahwa ibadah asalnya adalah haram, kecuali ada dalil yang memerintahkannya. Dari sini jelaslah bahwa ibadah harus tauqifi berlandaskan dalil. Ketahuilah, syarat diterimanya amalan ibadah ada dua:

Yang pertama: ikhlas

Yang kedua: mutaba’ah kepada Nabi.

Barangsiapa yang ibadahnya tidak dibangun diatas dua asas ini maka amalannya sia-sia belaka tidak bernilaidisisi Allah. Sangat banyak dalil-dalil yang menerangkan dua syarat ibadah ini, diantaranya Allah berfirman:

فمن كان يرجوا لقاء ربه فليعمل عملا صالحا ولا يشرك بعبادة ربه أحدا

Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya. (QS. Al-Kahfi: 110)

Al-Hafidz Ibn Katsir mengatakan, “Firman-Nya ‘hendaklah ia mengerjakan amal saleh’ yaitu apa yang sesuai dengan syariat Allah. Dan firmannya ‘janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya’ yaitu orang yang beribadah hanya mengharapkan wajah Allah semata tidak mensyirikkan-Nya. Inilah dua rukun amalan yang diterima, harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan syariat.

Firman Allah yang lain:

ليبلوكم أيكم أحسن عملا

Supaya Dia menguji kamu diantara kamu yang lebih baik amalnya. (QS. Al-Mulk : 2)

Fudhail ibn Iyadh menafsirkan ayat diatas dengan perkataannya, “Maksud ayat ialah yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat.” Kemudian ditanyakan kepadanya apa yang dimaksud dari paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat,beliau menjawab, “ Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak sesuai dengan syariat, maka tidak diterima. Demikian pula apabila sesuai dengan syariat tetapi tidakikhlas maka tidak dierima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat. Rosulullah bersabda:

من عملا عملا ليس عليه أمرنا فهو  رد

“Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak termasuk urusan kami maka tertolak.” (HR Muslim)

Berkata Al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali, hadist secara kontekstual menunjukkan bahwa setiap amalan yang tidak ada perintah syar’i didalamnya, maka amalan tersebut tertolak. Sebaliknya dapat dipahami pula bahwa setiap amalan yang ada contohnya maka amalan tersebut diterima, maksud ‘contoh’ disini adalah agama dan syariat. Al-Syaikh Muhammad ibn Salih al-Utsaimin berkata, “ketahuilah bahwa mutabaah tidak akan terwujud kecuali jika amalan itu sesuai dengan tuntuna syar’i pada enam perkara:

Pertama, SEBABNYA; hebndaklah amalan itu sesuai pada sebabnya. Apabila ada yang melakukan ibadah karena suatu sebab yang bukan dari syariat, maka ibadahnya tertolak. Misalnya ada orang menguap maka diabertaawudz.

Kedua, JENISNYA. Misal ada orang yan berkurban dengan kuda, maka ibadah kurbannya tertolak tidak diterima, karena kurban dengan jenis kuda menyelisihi syariat. Ibadah kurban hanya pada unta, sapi dan kambing.

Ketiga, KADAR dan ukurannya. Misalnya seorang berwudhu dengan membasuk setiap anggota wudhu empat kali, maka yang keempat tertolak,karena dia telah menambah kadar dan ukuran yang seharusnya (tiga kali)

Keempat, TATA CARANYA. Andaikan ada orang yang shalat dan ia sujud dahulu sebelum rukuk maka shalatnya batil tidak diterima karena ia tidak mengikuti tuntunan syariat dalamtata cara ibadah.

Kelima, WAKTUNYA. Andaikan ada yang shalat sebelum masuk waktunya maka shalatnya tidak diterima karena ia beribadah pada waktu yang tiidak ditentukan oleh syariat.

Keenam, TEMPATNYA. Andaikan seorang melakukan ibadah itikaf bukan dimasjid,semisal itikaf disekolahan, rumah,maka itikafnya tidak sah karena tidak mencocoki syariat dalam tempatnya.

SEBAB-SEBAB YANG MENGHAPUSKAN AMALAN IBADAH

Syirik kepada Allah

Orang yanb berbuat syirik, amalanya tidak diterima manfaat sedikitpun. Camkanlah ayat-ayat berikut ini:

ولقد أوحي إليك وإلى الذين من قبلك لئن أشركت  ليحبطن عملك ولتكونن من الخسرين

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelumnya: “jika kamu mempersekutukan (Tuhan ), niscaya akan hapuslah amalmu dan tetntulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS.az-Zumar : 65) Dan Allah juga berfirman yang artinya; “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan-amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-An’am: 88)

Ria

Ria (ingin amalannya dilihat orang lain) tidak diragukan lagi membatalkan dan menghapus amalan seseorang. Dasarnya ialah hadist qudsi:

أنا أغنى الشركاء عن الشرك  من عمل عملا أشرك معي فيه غير  تركته وشركه  

Allah berfirman, “Aku paling kaya tidak butuh tandingan dan sekutu, barangsiapa beramal menyekutukan-Ku kepada yang lain,maka Aku tinggalkan amalannya dan tandingannya.”

Menerjang keharaman Allah tatkala sendiri

Betapa seringnya kita merasa aman dari siksa Allah tatkala sepi menyendiri, seolah-olah tidak ada satupun yang menegetahui perebuatan kita, banyak diantara kita yang berani menerjang keharaman Allah utamanya saat sepi dan tidak ada yang tahu, padahal Allah lah dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Orang yang tetap nekad menerjang keharaman Allah disaat sendiri, akan menghapus amalannya.

Menyebut-nyebut amalan salehnya

Berdasarkan firman Allah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manuasia dan tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu bagaikan batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu ditimpqa hujan lebat, lalu menjadila dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqoroh: 264)

Mendahului Rasulullah dalam perintahnya

Maksudnya, janganlah seorang muslimmengerjakan amalan yang Rasulullah tidak memerintahkannya, karena hal itu termasuk perbuatan lancang terhadap beliau. Ditambah lagi bahwa syarat diterimanya amalan adalah sesuai dengan petunjuk beliau, tidak menambahi dan tidak mengurangi. Allah berfirman:

يأيها الذين ءامنوا لا تقدم بين يدي الله ورسوله واتقوا الله إن الله سميع عليم

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendahulukan Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Hujurat: 1)

Bersumpah atas nama Allah untuk mendahului ketentuan Allah

Al-Imam muslim meriwayatkan dari jundub ibn Abdillah bahwasanya Rasululah bersabda: ada orang yang berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan”, maka Allah berkata, “Siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa aku tidak akan mengampuni si fulan, padahal aku telah mengampuninya dan membatalkan amalanmu!” kita memohon kepada-Nya agar amalan yang kita kerjakan dinilai sebagai amalan yang saleh yang diterima disisi-Nya. Amiin

Diringkas oleh : Ayesa Artika Aprilia

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qurthubi, Bundel Majalah Al-furqon”

 

Baca juga artikel berikut:

KESALAHAN-KESALAHAN PENUNTUT ILMU

HUKUM MENDEPOSITOKAN UANG DI BANK

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.