Al-Qur’an Adalah Kalam Allah Atau Mahluk Allah?
Segala puji bagi Allah, dan semoga Allah memberikan shalawat atas nabi dan manusia pilihan-Nya; Muhammad, keluarganya, shahabatnya, juga pengajar Al-Qur’an beserta pecinta Al-Qur’an. Kami bersaksi tiada Ilah yang patut di sembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Segala bentuk ibadah tidak akan di terima oleh Allah kecuali telah di penuhi dua syarat: ikhlas hanya kepada Allah dan sesuai dengan Sunnah Nabi-Nya Muhammad.
Kitab terakhir yang Allah turukan untuk menjadi petunjuk bagi seluruh manusia, pedoman, serta sumber dari segala aspek adalah Al-qur’an. Pengertian Al-qur’an sendiri menurut Bahasa adalah bentuk Masdar, seperti al-qira’ah. Anda mengungkapkan,
قرأت الكتاب قراءة قرآنا
Diantara penggunaannya adalah:
{إن علينا جمعه وقرءانه}
’’Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya ( di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya”. (QS. Al-Qiyamah: 17)
Qur’anahu maksudnya adalah qiratahu. Kemudian masdar ini dinukil dan di jadikan sebagai nama atau sebutan bagi kitab yang di turunkan kepada Nabi Muhammad, dan menjadi nama yang baru baginya.
Di sebut Al-Qur’an kerna ia mencangkup inti (buah), kitab-kitab Allah kesemuanya, sebagaimana firman Allah: “Dan kami turunkan kepadamu al-kitab(Al-qur’an), untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”(An-Nahl:89)
Sedangkan menurut istilah, al-Qur’an itu adalah Kalam Allah yang mu’jiz (yang melemahkan dan menundukan orang-orang yang menentangnya) yang di turunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad dalam bentuk wahyu, yang di tulis di dalam mushaf dan di hafalkan di dalam dada, yang dibaca dengan lisan, dan di dengar oleh telinga dan dinukil kepada kita secara mutawatir, tanpa ada keraguan, dan membacanya bernilai ibadah.
Al-Qur’an adalah Kalam Allah
Madzhab umat terdahulu dan ulama salaf mengatakan “Sesungguhnya al-Qur’an adalah Kalam Allah dengan lafazh dan maknanya, di turunkan dan dia bukan makhluk, di dengar oleh Jibril ‘alaihis salam dari pada-Nya kemudian ia menyampaikan kepada Nabi Muhammad, lalu Nabi Muhammad menyampaikan kepada para shahabatnya. Dialah yang kita baca dengan lisan kita, yang kita tulis dalam mushaf kita, dan kita hafal dalam dada kita serta kita dengar dengan telinga kita. Karena firman Allah Subhanahu Wa’ala,
{ وإن أحد من المشركيناستجارك فأجره حتى يسمع كلام الله }
Artinya: ”Dan jika seseorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah.” (QS. At-Taubah: 6)
Dan hadist yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, muslin dan lainnya dari Ibnu Umar radhiyallahu ’anhu,
”bahwasannya Rasulullah melarang membawa al-Qur’an ke negri musuh.” (HR. al-Bukhari, muslim dan lainnya dari Ibnu Umar)
زينوا القرآن بأصواتكم
Artinya: ”hiasilah oleh mu al-Qur’an dengan suara-suaramu.” (HR. al-Bukhari, 4/68 dan Muslim, 3/1490-1491)
Di dalam ayat yang mulia tersebut Allah menyebutkan atau menamakan apa yang di dengar yaitu apa yang di bacakan dihadapan orang-orang musyrik oleh Rasulullah sebagai “Kalam Allah.”
Dalam hadist pertama baginda Nabi menyebut apa yang ditulis itu adalah al-Qur’an. Kemudian dalam hadist kedua Rasulullah menamakan apa yang di baca sebagai al-Qur’an. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
نزل به الروح الأمين, على قلبك لتكون المنذرين,بلسان عربي مبين
Artinya: “Dia dibawa turuh oleh ar-Ruh(Jibril), kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantra orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’ara”: 193-195)
Dalam ayat tersebut terdapat nash dan pernyataan yang jelas bahwa al-Qur’an itu diturunka dari sisi Allah. Tidak sah perkataan bahwa al-Qur’an dan kitab-kitab Allah adalah makhluk , karena kitab-kitab itu adalah perkataan Allah (Kalam Allah), sedangkan Kalam Allah adalah sifatNya , dan sifatNya bukan makhluk.
Iman kepada segenap apa yang kita paparkan di atas tentang al-Qur’an adalah wajib, sebagaimana wajibnya mengimani bahwa ia adalah kitab yang paling akhir di turunkan dari sisi Allah, yang dating untuk membenarkan dan mendukung kebenaran yang telah dating dalam kitab-kitab Allah terdahulu, juga untuk menjelaskan perubahan dan pemalsuan yang terjadinya padanya. Sebagaiman firman Allah Subhanahu Wata’ala.
“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang di turukan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.” (Al-Maidah: 48)
Dan dia datangan dengan syarat yang universal, umum berlaku untuk setiap zaman dan tempat, menghapus syariat-syariat sebelumnya, dan ia wajib diikuti oleh setiap orang yang mendengar kabarnya sampai Hari Kiamat. Allah tidak menerima agama dari siapapun selainnya setelah ia di turunkan, sebagaimana disabdakan oleh baginda Rasul, ”Demi Allah yang jiwa Muhammad ada berada di tanganNya, tidak seorangpun dari umat (manusia) ini yang yang mendengar tentang aku, seorang yahudi ataupun Nasrani, kemudian ia mati dan tidak berfirman kepada ajaran yang aku bawa, melainkan ia adalah termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim, 1/134)
Hadist ini sangat jelas pernyataannya bahwa syariat Nabi Muhammad menghapus syariat-syariat sebelumnya.
Pemeliharaan Allah terhadap al-Qur’an
Al-Qur’an yang diturunkan kepada penutup para Nabi adalah kitab Allah yang paling akhir diturunkankepada manusia. Ia menghapus berlakunya syariat-syariat sebelumnya.
Karena itu ia datang dengan lengkap, mencakup semua yang di butuhkan manusia dalam kehidupan dunia hingga Hari Kiamat , serta membawa mereka ke taman kebahagiaan di akhirat manakala mereka mengikuti ajaran-ajarannya dan berjalan di atas manhajnya. Allah menjamin memeliharanya agar bia mejadi hujjah atas umat manusia. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
إن نحن نزلنا الذكر وإناله لحافظون
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Qur’an Ketika al- Qur’an itu dating kepada mereka, (mereka itu pasti celaka), dan sesungguhnya al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak dating kepadanya (al-Qur’an) lebathilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang di turunkan dari Tuhan Ynag Maha Bijaksana lagi Mah Terpuji.” (QS. Fushilat: 41-42)
Dan kesempurnaan pemelihara al-Qur’an mengharuskan pemeliharaan tafsirnya yaitu Sunnah Rasul.
Jadi al-Qur’an yang berada di tangan kita sekarang adalah al-Qur’an yang di turukan kepada Rasul kita Muhammad dengan keseluruhan dan rincianny, tidak dinodai dengan tangan-tangan jahil dan tidak akan tersentuh olehnya, bahkan akan tetap (tidak berubah) sebagaimana ia diturunkan sampai diangkat diakhir zaman nanti, di dalamnya terdapat penjelasan atas hidayah dan nur, sebagai rujukan manusia dalam aqidah dan syariatnya. Dari nash-nashnya saling beristinbat (mengambil kesimpulan) untuk menentukan segala hukum bagi segala yang mereka temui dan kehidupannya. Dialah kata akhir (kata pemutus), dia adalah hablullah (tali Allah) yang kuat, dzikrullah yang penuh hikmah dan jalannya yang lurus. Dengannya hawa nafsu tidak akan tersesat dan dengannya pula lisan tidak akan terpeleset.
Rasulullah telah menjelaskan al-Qur’an ini pada manusia dengan sabda-sabdanya, perbuatan dan ketetapannya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Dan Kami turunkan kepada mu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunka kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (QS. An-Nahl: 44)
Menantang dengan al-Qur’an
Allah telah menjadikan banyak bukti kebenaran para nabi sesuai apa yang terkenal di kalangan kaumnya. Oleh karena tersohornya sihir dalam masyarakat mesdir pada zaman Fir’aun, maka datanglah Nabi Musa alaihi salam dengan mukjizat bisa mengubah tongkat menjadi seekor ular besar dan mengeluarkan dari tangannya sinar putih mengkilau setelah dia memasukannya ke sakunya.
Sedangkan Rasulullah, penutup para Nabi, di utus ditengah-tengah umat yang mencurahka perhatiannya di bidang sastra, maka sangatlah tepat kedatangan beliau dengan membawa kitab suci ini, karena itu satu jenis dengan keahlian mereka. Al-Qur’an adalah Bahasa arab yang nyata. Lebih dari itu, ia adalah puncak dalam kefasihan dan balaghah, bahkan berada jauh di atas kemampuan mereka semua , sehingga mereka meyakini ia bukan bikinan manusia, karena ia dia luar jangkauan mereka. Di samping itu al-Qur’an mempunyai pengaruh luar biasa dalam jiwa mereka Ketika mendengarnya, akan tetapi, karena kebathilan sudah mandarah daging dalam tubuh mereka, membuat mereka bersikeras untuk tidak mendengarnya serta melarang Rasulullah membacanya di hadapan orang banyak dalam perkumpulan-perkumpulan dan acara-acara resmi.
Itu semua di kerenkan kefasihan dan balghah al-qur’an yang diluar kemampuan makhluk unuk mendatangkan yang semisalnya. Maka dia adalah mukjizat yang kekal abadi, melemahkan orang-orang yang memilki puncak kefashihan dan balaghah. Lalu bagaimana lagi dengan orang-orang yang berada di bawah kemampuan mereka.
Di samping itu, al-Qur’an juga memuat bukti-bukti yang banyak sekali yang sulit di hitung selain mukjizat tantangan tersebut. Di antaranya, kandungan al-Qur’an yang berisi kabar-kabar ghaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang, hukum-hukum yang praktiknya aka mewujudkan kebahagian di dunia dan di akhirat, menjadikan menusia merenungkan alam(semesta) dan segala isinya, juga merenungkan dirinya berikut penciptaannya yang semua itu berasal dari Dzat yang Mahabijaksana dan Maha Mengetahui, tidak ada yang samar dariNya, Dia Maha kuasa atas segala sesuatu, dan di Tangan-Nyalah segala Kebaikan, Dialah Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui.
Sebab itulah tidak patut seseorang mengatakan bahwa al-qur’an itu makhluk dan sungguh dia termaksud orang-orang tersesat.
Referensi : KITAB TAUHID 2,Tim Ahli Ilmu Tauhid, cetakan XV,J. Darul haq, Jakarta Juni 2012 M/Tsaniah 1433 H.
Diringkas oleh: Mayang Fitria Rizki
Baca juga artikel:
Leave a Reply