Air Mata Orang Tua (Bagian 3)

air mata orang tua 3

Air Mata Orang Tua (Bagian 3) – Sungguh sebuah perpisahan yang menyulutkan kekhawatiran di kemudian hari. Karena, bakti kepada kedua orang tua itu tidak ada kata usang. Peristiwa hidup yang silih berganti memberikan puluhan bukti kepada kita setiap arinya bahwa durhaka kepada kedua orang tua merupakan kejahatan yang hukumannya di segerakan di dunia sebelum di akhirat. Kejadian hidup yang mengingatkan kita agar tidak terseret oleh arus kehidupan yang jauh dari pelabuhan ridha dua dada tercinta yang dulu pernah mendekap kita setelah kita dewasa dan menjadi pemikul tanggung jawab. Peristiwa hidup juga mengingatkan kita agar tidak lalai, mencari-cari alasan, dan menyepelekan aib lepas tangan dan tidak peduli terhadap kedua orang tua sehingga kita kelak menyesal pada saat penyesalan tiada lagi membawa guna.

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam kitabnya :

وَقَضَى رَبُّكَ اَلَّا َتَعْبُدُ اِلَّا اِيَاهَ وَبِلْوَلِدَيْنِ اِحسنَا ِامَّا يَْبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الكِبَرَ أَحَدَهُمَا فَلاَ أَوْ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْماًَ

Artinya: “Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu dan bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaan-mu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (Q.S Al-isra’ [17] :23).

Dampak Buruk Durhaka kepada Orang Tua

Sungguh para orang tua kita tidak akan mendapati seorang pun yang sudi memikul beban duka derita masa tua dan merenungkan kesengsaraan isi rumah. Tidak terdengar desah nafas mereka, setelah sebelumnya rumah itu penuh aktivitas dan kehidupan. Semua anak tenggelam dalam kehidupan tidak bernilai berarti jika dibandingkan dengan saat-saat mereka mendengarkan doa ridha dari mulut yang baik dan gigi-giginya sudah rontok setelah bertahun-tahun menjalani kesengsaraan panjang.

Dan sungguh sebuah masalah berbahaya yang telah merajalela dan kini kita menyaksikan setiap saat, peristiwa yang menusuk jantung dan memutus tali hati. Ini sepeti yang pernah di sampaikan oleh Rasulullah ﷺ, bahwa ketika muncul lima belas hal di tengah-tengah umat beliau, maka tunggulah angin kencang berwarna merah, gempa bumi, tanah longsor atau ambles, perubahan raut muka, hujan batu dari langit, dan sejumlah tanda-tanda kebesaran lain.

Dan di antara lima belas tersebut adalah

وَأَطَاعَ الرَّجُلُ اِمْرَأَتُهُ وَعَقَ أمَّهُ وَأَدْنَى صَدِقَهُ وأَقْصَى أبَاهُ

Artinya: “Dan, suami istri menuruti istri dan mendurhakai ibu, mendekati kawan dan menjauhi ayah”. (HR.Tirmidzi)

Betapa banyak fenomena seperti ini di zaman sekarang. Seseorang datang bersama istri dan ibu yang menggendong cucu untuk membeli emas dari pedagang emas. Istri masuk mengambil emas seharga 20 ribu riyal, sementara ibu hanya berdiri terdiam menggendong sang cucu. Setelah itu si ibu maju untuk mengambil sebuah cincin seharga 80 reyal. Si anak kemudian membayar emas yang di ambil istrinya. Namun saat pedagang emas meminta 80 reyal lagi, ia bertanya, “untuk apa?” si penjual emas menjawab, “Harga emas yang di beli ibu Anda.” Ia langsung marah dan berkata, “orang tua tidak lagi memerlukan emas.” Akhirnya si ibu mencopot cincin dan ia kembalikan kepada si penjual. Bahasa kondisional si ibu mengatakan, “sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.”

Si ibu keluar sambil menggendong sang cucu hendak masuk mobil. Si istri seakan marah dengan tindakan suami tersebut sambil berkata, ‘siapa nanti yang momong anak kita, berilah dia cincin.”

Si anak kemudian membelikan ibunya cincin, namun si ibu melemparkan cincin itu lalu menangis dan berkata, “Demi Allah, aku tidak akan mengenakan emas selamanya. Cukuplah Allah sebagai penolongku, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.

Banyak ayah-ayah yang tidak dipedulikan, banyak ibu-ibu yang mengadu! Betapa sangat melukai jiwa, menyayat hati dan membuat dahi berkeringat saat kamu mendengar dan bahkan melihat sebagian anak mendurhakai, menyakiti, memperlakukan kedua orang tuanya secara tidak baik, berkata-kata buruk,

Ada yang mengatakan, “Mudah-mudahan Allah mengistirahatkan kami darimu  agar tidak repot-repot mengurusmu, semoga Allah segera melenyapkanmu, wahai orang tua sial!” ungkapan kata-kata yang bahkan iblis pun malu untuk mengucapkannya, namun di ucapkan oleh sebagian di antara para pemuda kita karena lupa atau pura-pura lupa.

Peringatan dalam Al-Qur’an tentang Berbakti kepada Orang Tua

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَاعْبُدُوْا اللَّهَ ولا تشركوبه شيأً‘ وبلولدين احسنا….

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan –Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua… “ (Q.S An-nisa’ [17] ; 23-24)

Allah mengancamkan siksa pedih dan perjumpaan yang berat bagi siapa yang durhaka kepada kedua orang tua, karena kemaksiatan ini amat besar dan buruk, juga kejahatan yang sangat buruk. Seorang mukmin akan merinding ketika melihat seorang anak kala semakin beranjak dewasa melupakan jasa-jasa kedua orang tua, padahal kedua orang tuanya telah menghabiskan usia indah dan masa muda demi merawatnya, keduanya rela begadang agar ia tidur, keduanya rela lapar agar ia kenyang, keduanya rela keletihan agar ia nyaman. Namun, saat keduanya beranjak tua, lemah, kian dekat dengan kuburan, punggung mereka berdua, membungkuk dan tidak berdaya lagi, si anak mengingkari jasa-jasa mereka berdua, membalas semua perlakuan orang tua dengan kata-kata dan sikap tidak kasar, mengingkari hak mereka berdua, menempatkan keduanya di tempat hina yang hanya diketahui Rabb bumi dan langit.

Allah menjadikan hukuman orang yang durhaka kepada kedua orang tua sangat besar dan berat. Allah menyandingkan hak-Nya dengan hak kedua orang tua. Allah menyandingkan hak-Nya dengan hak kedua orang tua. Allah menyandingkan berbakti kepada orang tua dan menyambung tali silaturahmi sebagai salah satu ibadah.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَقَضَى رَبُّكَ اَلَّا َتَعْبُدُ اِلَّا اِيَاهَ وَبِلْوَلِدَيْنِ اِحسنَا

Artinya: “Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak…” (Q.S Al-isra’ [17] 23-34)

Allah memerintahkan agar jangan ada yang  disembah selain-Nya. Selain beribadah kepada-Nya, diharuskan untuk berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekeluargaan, berbuat baik kepada mereka, dan secara khusus Allah memerintahkan untuk memperlakukan kedua orang tua dengan baik.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

ووصينا الانسن بولديه حملته امه,وهنا على وهن…..

Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah…” (Q. S Luqman [31]; 14)

Kelemahan di atas kelemahan, beban berat di atas beban berat saat hamil dan saat melahirkan, juga saat mengasuh, dilanjutkan dengan menyusui dan menyapih dalam dua tahun. “Bersyukurlah kepada-ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku tempat kembalimu.” (Q.S Luqman [31] : 14).

Rasulullah ﷺ dan Perintah Berbakti kepada Orang Tua

Al-musthafa Shallallahu Alaihi Wasallam mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua sebelum berjihad di jalan Allah. Di sebutkan dalam sebuah hadist dengan sanad jayyid : Seseorang berkata, “Wahai Rasulullah aku ingin tetap berjihad tapi aku tidak mampu.’ Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya :

هل بقي من والدك احد حي؟ قال: نعم أمي:قال بل الله ببرها فان فعلت فانت حج ومعتمر ومجاهد

Artinya: ‘Apakah ada salah satu di antara kedua orang tuanya yang masih hidup?’ ‘Ya, ibuku,’ jawabnya. Beliau bersabda, ‘Temuilah Allah dengan berbakti kepadanya. Jika kau melakukan(nya), engkau (seperti) orang yang berhaji dan berumrah dan berjihad. “ (HR. Abu Ya’la dan thabrani)

Demi Allah, bangsa arab di masa jahiliyyah sebelum Islam tiba, menangis, sedih, marah, mengadukan sikap durhaka terhadap kedua orang tua kepada sang pencipta.

Dalam sirah disebutkan, seorang badui datang menemui seorang penguasa sambil menangis. Penguasa bertanya, “Kamu kenapa?’ si badui menjawab, ‘Aku tertimpa musibah yang lebih besar dari seluruh musibah terkait anakku. “ Apa musibahnya?’ tanya penguasa. ‘Dulu aku merawatnya, aku rela begadang agar ia tidur, aku memberinya makan hingga kenyang sementara aku sendiri kelaparan , aku rela letih agar dia nyaman. Serta punggungku membungkuk, ia pun mengingkari hakku, ‘ kata badui itu sambil menangis pilu.

 Ia pun mengungkapkan bait-bait syair :

Aku merawatnya, hingga ketika aku meninggalkannya pada kerabat ia tumbuh dewasa dan berkumis

Iapun mengingkari hakku secara zalim, ia membengkokkan tanganku

Semoga Allah membengkokkan tangannya. Dia pasti mengalahkannya.

Disebutkan dalam sirah dengan sanad-sanad yang perlu dikaji lebih jauh lagi yang intinya demikian : Seseorang datang kepada Rasuluullah sambil menangis, beliau bertanya, “kamu kenapa?’ Aku dizalimi, wahai Rasulullah,’jawab orang itu. ‘siapa yang menzalimimu padahal kau sudah tua renta dan miskin seperti ini?’ tanya beliau. ‘Anakku yang menzalimiku?’ tanya beliau. ‘Aku dulu merawatnya, kemudian setelah ia besar, setelah pandanganku melemah, tulangku rapuh dan ajalku kian mendekat, ia mengingkari hakku, menzalimiku, memperlakukanku dengan kasar, ia juga mengambil semua hartaku, ”kata orang itu. Kedua mata Nabi mencucurkan air mata.

Hati yang lembut dan air mata yang bening ini patut menangis karena tragedi yang ada di dalam negeri Islam ini, tragedi yang membuat hati kedua orang tua mengadukan kezaliman mengerikan dan kejahatan buruk ini kepada sang pencipta. Adakah yang lebih zalim, lebih besar dosanya dan lebih buruk melebihi sikap durhaka anak kepada yang telah merawatnya, namun setelah anaknya menjadi kuat dan masuk di barisan pemuda, kala anak mengorbankan masa muda, usia terbaik dan perasaan diri, anak justru membalas kebaikan dengan keburukan, bersuara keras di rumah, tidak memenuhi panggilan orang tua, tidak melaksanakan perintah orang tua, tidak merendahkan diri di hadapan orang tua, lebih menuruti istrinya namun mendurhakai diri di hadapan orang tua, dekat dengan temannya namun jauh dari orang tua.

Amalan apapun tidak akan membawa guna jika disertai durhaka kepada orang tua, entah sholat, zakat, haji, ataupun puasa. Disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan Imam Thabrani dan Ibnu Abi Ashim dalam kitab As-sunnah dengan sanad hasan, dan dinyatakan hadist hasan oleh syaikh A-Albani dalam As-silsilah Ash-shahihah, dari hadist Abu umamah, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :

ثلاثة لا يقبل الله منهم صرفا ولاعدلا: عاق ومنان و مكذب بالقدر

Artinya: “(Ada) tiga orang, Allah tidak akan menerima amalan nafilah maupun fardhu mereka; orang yang durhaka kepada orang tua mereka, orang yang mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yang mendustakan takdir.” (HR. Ahmad dan Hakim)

Kita harus mengamati anak yang durhaka kepada orang tuanya dan kita katakana kepadanya, “Hentikan! Karena jalan yang kau tempuh ini akan berujung ke neraka, dan neraka adalah seburuk-buruknya tempat kembali, wahai anak durhaka.”

Waspadailah doa orang yang teraniaya, karena tidak ada sesuatupun yang menghalangi antara doanya dengan Allah.  Waspadailah doa orang yang teraniaya, karena akan Allah mengangkat doa nya diatas awan, pintu-pintu langit dibuka untuknya, lalu Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, “Demi kemuliaan dan keluhuran ku, aku benar-benar akan menolongmu meski setelah sekian masa”

Untuk itu teruslah berbakti kepada kedua orang tuamu dan jangan sampai engkau melupakan hak-hak orang tuamu serta jangan sampai engkau menzalimi kedua orang tuamu. Na’udzubillahi min dzalik

REFERENSI :

Butsainah As-sayyid Al-Iraqi.April 2014.Qiblatuna.Buku air mata orang tua karena kedurhakaan anaknya.Di ringkas oleh Diana Rosella

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.