Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Saat Muslimah Menjadi Tamu

SAAT MUSLMIMAH MENJADI TAMU

SAAT MUSLIMAH MENJADI TAMU

Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam,shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad bin Abdullah yang tiada nabi setelahnya, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang baik hingga akhir zaman.

Sebagai makhluk yang tak bisa hidup sendiri, tentu saat kita akan didatangi tamu atau kita sendiri bahkan yang akan menjadi tamu. Demikian pula para muslimah, walaupun asal tempat mereka ialah di rumah, namun terkadang rasa bosan dan jenuh hinggap sehingga mereka butuh penyegaran, dan salah satunya ialah dengan saling berkunjung.

Berkunjung dan menjadi tamu memiliki etika yang harus diperhatikan dan dokumen maka selain supaya mendapatkan penyegaran, kita pun bisa mendulang pahala karena mengikuti sunnah nabi shallallahu alaihi wasallam dalam masalah ini.

Berikut inilah diantara etika dan adab yang harus diperhatikan oleh kita semua dalam hal saling berkunjung, terutama oleh kaum muslimah.

Beberapa etika tatkala berkunjung

  1. Menata niat dengan benar. Itu dengan meniatkan kunjungannya untuk lebih mempererat persaudaraan dan kecintaan karena Allah ta’ala sebab Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “sesungguhnya seseorang bila ia ingin mengunjungi saudaranya di sebuah tempat yang lain maka Allah mengirim malaikat untuk mengawasinya di jalan. Ketika Malaikat itu datang dia bertanya, kemana kau hendak pergi? Ia menjawab, aku ingin mengunjungi saudaraku di tempat ini. Malaikat berkata, Apakah lantaran kebaikan yang kau berikan kepadanya dan ingin kau jaga? Ia berkata, bukan, tetapi karena aku hanya mencintainya karena Allah. Malaikat berkata, maka akulah utusan Allah kepadamu, bahwa Allah benar-benar mencintaimu sebagaimana kau mencintai saudaramu karenanya. ” (HR. Muslim: 2567)
  2. Meminta izin dari suami. Orang muslimah hendak berkunjung ke tempat saudarinya, hendaknya ia meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya jika ia telah menikah. Hal ini karena agungnya hak suami atas istri, sebagaimana yang tertera dalam hadis yang shahih.
  3. Tidak sering-sering berkunjung. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan dalam sebuah hadits.

زر غبا تزداد حبا

Artinya: “Jangan sering-sering berkunjung, itu akan menambahkan kecintaan. ” ( HR. ath-Thabrani, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Baihaqi dan yang lainnya, shahih at-Targhib: 2583)

Disamping atur frekuensi berkunjung, maka setiap dari kita hendaknya juga memperhatikan waktu-waktu berkunjungan yang akan dilakukan. Jangan sampai kita melakukan kunjungan pada waktu yang kurang tepat semisalnya waktu istirahat ataukah waktu sibuk. Sebab, perbuatan itu akan menjadikan tuan rumah merasa berat atau bahkan dapat memicu permusuhan. Hal ini disyaratkan oleh Allah sendiri dalam QS. Annur ayat: 58

Tidak berdandan atau memakai minyak wangi. Kunjung ke rumah saudaranya, bahwa ketika keluar rumah hendaknya dengan menggunakan pakaian syar’i dan tidak memakai wewangian yang mengundang perhatian. Karena hal yang demikian itu termasuk jenis tabarruj yang dilarang. ( QS. al- Ahzah : 33)

Meminta izin dan mengucapkan salam . Pula ketika telah sampai di depan rumah saudari yang ingin kita kunjungi, mintalah izin untuk masuk sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis yang shahih. Caranya, dengan mengetuk pintu maksimal sebanyak 3 kali, lalu mengucapkan salam sambil menyebutkan nama yang jelas bila ditanya. Namun apabila pemilik rumah tidak berkenan memasukkan kita ke dalam, atau menyuruh kita untuk kembali pulang, kita harus menerimanya. Karena hal itu adalah hak pemilik rumah. ( QS. an-Nur: 28, dan HR. Al- Bukhari: 6245, Muslim: 2153)

Dan jangan sampai dengan anggapan bahwa ikatan pertemanan atau persaudaraan yang telah akrab, kita menyepelekan adab meminta izin ini. Sebab, bagaimanapun juga ada meminta izin seperti ini telah diajarkan oleh Rasulullah lebih mengandung keselamatan dan kehati-hatian.

Tidak mengadakan majelis ghibah atau adu domba. Di antara hal yang wajib diperhatikan, khususnya oleh para muslimah, ialah tidak mengadakan majelis ghibah ataupun adu domba. Karena sebagaimana dimaklumi dan dapat dilihat bersama, bahwa kaum hawa lebih senang untuk ngobrol tak jelas jika mereka telah berkumpul bersama temannya. Adapun keharaman ghibah maupun dari lomba maka sebagaimana tertera dengan jelas dalam QS. al- Hujurat ayat 12.

Menundukkan pandangan dan tidak mengamati isi rumah. Ketika bertamu hendaknya, selalu menundukkan mata atau tidak mencuri pandang terhadap mahram atau sangat ingin tahu tentang ruangan-ruangan serta isi rumah. Karena Allah ta’ala menyebutkan pengetahuannya tentang pandangan mata yang khianat dalam QS ayat 19, Ibnu Abbas menjelaskan tentang maksud dari pengkhianatan mata yang ada di dalam ayat di atas, “yaitu seorang yang sedang bertamu kepada sebuah keluarga dan di dalamnya ada wanita yang cantik, atau seseorang yang melewati sebuah keluarga yang memiliki wanita yang cantik. Jika keluarga tersebut tidak memperhatikan, seorang itu akan mengawasinya, namun jika keluarga itu mengawasi gerak-geriknya maka dia pun menundukkan pandangan. Demikian seterusnya. Padahal Allah telah mengetahui bahwa dalam hatinya, dia bahkan ingin seandainya bisa melihat kemaluannya.” ( Tafsir Ibnu Katsir tafsir ayat ke -19 dari surat Ghafur)

Berterimakasih kepada pemilik rumah. Termasuk hal yang dianjurkan ketika kita berkunjung ke rumah teman atau kerabat ialah tidak mengucapkan rasa terima kasih terhadap sambutan dan jamuannya. Walaupun kita merasa bahwa hal itu belum maksimal. Namun karena tujuan berkunjung adalah karena Allah, maka bagaimanapun sambutan yang diberikan oleh tuan rumah kepada tamu, maka kita tetap harus mengucapkan terima kasih. Ucapan yang dianjurkan oleh Rasulullah ialah jazakallahu Khairan yang berarti semoga Allah membalas perbuatan dengan ganti yang lebih baik.

Tidak pulang sebelum berpamitan. Hal terakhir yang harus diperhatikan oleh kita semua saat bertemu, bahwa ketika kita masuk ke dalam rumah dengan izin, ketika keluar pun juga harus dengan izin. Rasulullah sendiri pernah bersabda,: jika salah seorang diantara kalian mengunjungi saudaranya dan singgah di sisinya, maka janganlah pergi sebelum meminta izin darinya.” (HR. ad-Dailami: 1205, di shahihkan oleh al-Albani dalam shahih Al jami’: 583)

Demikianlah beberapa hal yang hendaknya diperhatikan oleh kita semua, terkhusus kaum muslimah jika berkunjung ke tempat saudara atau saudarinya. Dengan memperhatikan poin-poin di atas, kita berharap kunjungan yang kita lakukan selain dapat memberikan penyegaran untuk pikiran, dapat juga mendatangkan pahala dari Allah ta’ala.

BERMUKA MANIS JANGAN SINIS

Sebagai makhluk sosial, harus pandai berinteraksi dengan sesamanya. Hal itu agar hubungan antara mereka semakin baik dan harmonis sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi teratur dan dunia menjadi lapang. Coba bayangkan dana, bila pada hampir setiap tempat anda disuguhi dengan muka-muka yang sinis, cemburu, garam dan yang semisal, tentu tak sedikit yang akan merasa bahwa dunia menjadi sempit dan kehidupan menjadi tak sebegitu menyenangkan.

Maka berbahagialah kita. Sebagai umat Islam yang memiliki ajaran mulia dan indah karena di antara syariat yang diperintahkan oleh Allah dan rasulnya kepada kita ialah bermuka manis ketika bertemu dengan sesama bahkan ketika bertemu dengan orang yang buta sekalipun. Allah tetap melarang kita untuk bermuka masam sebagaimana hal ini tertuang dalam QS. Abasa ayat 1 – 10.

Bermuka manis  البشاشة) )

Secra penggunaannya di dalam bahasa hanya merujuk kepada satu arti, yaitu pertemuan yang baik, tertawa kepada manusia karena rasa senang dengan mereka.

Adapun secara istilah, bahasa Syah berarti perasaan gembira yang nampak di wajah dan menunjukkan apa yang ada dalam hati berupa rasa cinta dan senang dan pertemuan tersebut.

Karena itulah Allah ta’ala juga menggambarkan rasa senang kaum mukminin yang nampak dari pancaran cahaya wajah mereka ketika bertemu dengan robnya di akhirat.

Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan:

وجوه يومءذ ناضرة ٢٢ إلى ربها ناظرة ٢٣

Artinya: “Wajah-wajah orang-orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada robnya lah mereka melihat”. (QS al- Qiyyamah: 22-23)

Manfaat berseri muka

Ibnu muflih mengatakan, “seorang muslim wajib membersihkan dirinya dari setiap sifat tercela secara syar’i dan, secara nalar dan kebiasaan masyarakat, semisal: iri, dengki, pelit, amarah, sombong, angkuh tanda komaria, menuruti bahwa nafsu terkamah berniat jelek, menipu dan menjauhi setiap yang dibenci Allah ta’ala dan apabila engkau duduk di dalam majelis ilmu atau majelis yang lainnya maka duduklah dengan tenang, berwibawa dan sering-seringlah berbicara kepada orang lain dengan rasa gembira dan senang.

Setiap kebaikan adalah sedekah, termasuk bertemu dengan saudara Islam dengan wajah yang berseri-seri.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

كل معروف صدقة وإن من المعروف أن تلقى أخاك بوجه طلق و إن تفرغ من ملوك في إنا ء أخيك

Artinya: “Setiap kebaikan adalah sedekah, dan sesungguhnya di antara kebaikan itu ialah engkau berjumpa saudaramu dengan wajah yang berseri-seri. Juga menuangkan air dari timbamu untuk bejana saudaramu. ” (HR at- Tirmidzi: 1970, sedang kan asalnya ada dalam al-Bukhari 6021 dan muslim: 1005)

Demikian artikel ini saya buat. Semoga kita semua dapat mengambil faedah dan manfaat dari tulisan ini.  ada kesalahan ana mohon maaf dan kepada Allah ﷻ  ana mohon ampun dan bertaubat. Karena ana hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafApabilaan serta bukan manusia yang sempurna.

Referensi :

Ditulis oleh: ustadz Abu Usamah saat muslimah menjadi tamu, Al -mawaddah vol 100 dzulqa’dah 1437 H  

Diringkas oleh : Atsiilah Adrid Saputri, Ustadzah Pengabdian Ponpes DQH 

Baca juga artikel:

Bekal Utama Pendidik Muslim

Kebaikan Kaum Muslimin Dalam Shalat Berjamaah

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.