Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Kesalahan-Kesalahan Ketika Berwudhu (Part 1)

kesalahan-kesalahan ketika berwudhu part1

Kesalahan-Kesalahan Ketika Berwudhu (Part 1) – Wudhu memiliki kedudukan yang penting dalam agama kita. Tidak sahnya wudhu seseorang dapat menyebabkan sholat yang ia kerjakan menjadi tidak sah, sedangkan sholat adalah salah satu rukun Islam yang tidak dapat ditoleransi lagi. Oleh karena itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim untuk memperhatikan bagaimana dia berwudhu.

Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh kaum muslimin pada tata cara berwudhu diantaranya:

Kesalahan pertama: Banyak bercanda dan bercakap-cakap tentang perkara dunia

Ini banyak terjadi di kalangan kaum Muslimin, sehingga salah seorang dari mereka melakukan shalat sedangkan rasa khusyu’ telah hilang dari hatinya. Oleh karena itu, apabila para as-Salaf ash-Shahih dahulu berwudhu, mereka benar-benar menghadirkan keagungan Allah.

Al-Hasan rodiyaallahu ‘anhu, apabila dia berwudhu, maka wajahnya pucat pasi, dan apabila orang-orang bertanya tentang sebabnya, maka dia menjawab, ‘’Apakah kalian tahu di depan siapa aku akan berdiri sekarang.’’

Kesalahan kedua: Melafazkan niat

Hal ini merupakan salah satu bid’ah yang diada-adakan, karena niat itu diletaknya di hati, dan ia merupakan salah satu amalan fardhu dimana tidak sah ibadah apapun kecuali dengannya.

Sebagaimana dalam sabda Rasulullah ﷺ :

عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Dari Umar radhiyallahuanhu, bahwa Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. [1]

Niat adalah perkara hati yang urusannya sangat penting, seseorang bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah disebabkan karena niatnya.

Sebagian orang melafalkan niat wudhu semisal dengan mengucapkan: “nawaitul wudhu’a liraf’il hadatsil asghari lillahi ta’ala” (saya berniat wudhu untuk mengangkat hadats kecil karena Allah Ta’ala) atau semacamnya.

Padahal Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah mencontohkan melafalkan niat sebelum wudhu, dan niat itu adalah amalan hati. Mengeraskan bacaan niat tidaklah wajib dan tidak pula sunnah dengan kesepakatan seluruh ulama. Imam Ibnu Abil Izz Al Hanafi mengatakan, “Tidak ada seorang imam pun, baik itu Asy Syafi’i atau selain beliau, yang mensyaratkan pelafalan niat. Niat itu tempatnya di hati berdasarkan kesepakatan mereka (para imam)”[2] (Al Ittiba’ hal. 62, dinukil dari Al Qaulul Mubin Fii Akhta-il Mushallin, hal. 91).

Sekali lagi niat itu amalan hati dan itu mudah, tidak perlu dipersulit. Dengan adanya itikad dan kemauan dalam hati untuk melakukan wudhu untuk melakukan shalat atau yang lainnya, maka itu sudah niat yang sah.

Kesalahan ketiga: Tidak membaca dzikir sebelum dan sesudah wudhu

Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ

“Tidak ada (tidak sah) wudhu bagi yang tidak menyebut nama Allah ketika berwudhu.” [3]

Hadist ini menunjukkan wajibnya menyebut nama Allah dalam wudhu, dan ini adalah madzhab yang dipegang oleh al-Itrah (ahlu bait Nabi ﷺ), azh-Zhahiriyah, Ishaq, dan salah satu riwayat dari Ahmad bin Hambal.

Sedangkan Syafi’iyyah, Hanafiyyah, Malik, Rabi’ah, dan salah satu pandangan al-Hadi berpendapat bahwa menyebut nama Allah dalam berwudhu adalah sunnah.

Namun demikian, baik beranggapan hukumnya sunnah ataupun wajib, meninggalkannya dengan sengaja adalah sebuah kesalahan.

Adapun tentang keutamaan  dzikir setelah wudhu adalah sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ :

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ

“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan, ‘Asyhadu an laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu’ [Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.] kecuali Allah akan bukakan untuknya delapan pintu langit yang bisa dia masuki dari pintu mana saja.”[4]

At-Tirmidzi menambahkan padanya,

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ المُتَطَهِّرِينَ

Allahummaj ‘alni minat tawwabiina waj’alnii minal mutathohhiriin [Ya Allah jadikanlah aku termasuk hamba-hambaMu yang rajin bertaubat dan menyucikan diri].”

Kesalahan keempat: Doa-doa pada saat berwudhu (antara sunnah dan bid’ah)

Banyak di antara manusia yang kita saksikan pada saat berwudhu, mereka mengucapkan do’a yang tidak pernah diriwayatkan dari Nabi ﷺ dan tidak pula dari sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Sebagian mereka mengucapkan .

اللّهمّ أعطني كتابي بيميني

‘’Ya Allah, berikanlah kitab (catatan amalku) dengan tangan kananku’’.

Dan doa selainnya. Mereka meninggalkan doa yang telah diriwayatkan dari Nabi ﷺ pada saat berwudhu.

Kesalahan kelima: Menganggap makruh berbicara pada saat berwudhu

Syaikh as-Sayyid Sabiq berkta, ‘’Pembicaraan yang mubah pada saat berwudhu dibolehkan, dan tidak ada satu riwayat pun dalam sunnah yang menunjukkan larangan hal tersebut.’’

Tetapi jika ia mengobrol, perasaan menghadirkan niat ini terputus, dan bisa mengganggu aktifitas wudhunya. Tidak menutup kemungkinan, akan datang perasaan was-was disebabkan obrolan itu.

Maka yang lebih utama, tidak berbicara sampai wudhunya selesai. Tapi kalaupun mengobrol, itu tidak mengapa.

Kesalahan keenam: Berlebih-lebihan menggunakan air dalam berwudhu

Imam al-Bukhari rahimahuallah berkata di awal Kitab al-Wudhu dalam shahihnya, ‘’Para ulama memandang makruh tindakan berlebih-lebihan dalam menggunakan air pada saat berwudhu dan melebihi apa yang pernah dilakukan oleh Nabi ﷺ.’’

Nabi ﷺ sangat hemat dalam penggunaan air. Beliau ﷺ,

يَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ وَيَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ

‘’Mandi dengan satu sha’ dan berwudhu dengan satu mud.’’[5]

Dan satu sha’ sama dengan empat mud. Satu sha’ sama dengan 2,512 L , adapun satu mud sekitar 628 mililiter air.

Berlebih-lebih dan boros adalah hal yang tercela dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman:

وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟

“Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan” (QS. Al A’raf: 31).Demikian juga dalam berwudhu, tidak boleh berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Air adalah nikmat dari Allah yang wajib kita syukuri, dan salah satu cara mensyukuri nikmat air adalah dengan tidak menyia-nyiakannya.

Adapun apabila ada alasan untuk berlebih-lebihan dalam menggunakan air, seperti karena menempelnya kotoran pada tubuh, maka tidaklah mengapa untuk membasuhnya lebih dari tiga kali.

Kesalahan ketujuh: Meremehkan salah satu di antara rukun-rukun wudhu

Wudhu itu mempunya fardhu-fardhu dan rukun-rukun: yang pertama adalah niat, dan niat letaknya di dalam hati sebagaimana yang telah dijelaskan pada kesalahan kedua. Kemudian membasuh wajah dan kedua tangan sampai ke siku. Lalu mengusap kepala dan membasuh kedua kaki.

Apabila salah satu di antara rukun-rukun tersebut tertinggal, maka wudhu tidak akan terwujud dan tidak dianggap secara syar’i. Sebagian orang merasa enggan untuk mengerjakan salah satu di antara rukun-rukun itu karena khawatir akan merusak penampilan dan keindahan rambutnya atau bagian tubuh lainnya. Maka kita harus mengetahui bahwa shalat tidak akan sah tanpa berwudhu, dan wudhu tidak akan sempurna kecuali dengan melakukan semua rukun-rukun tersebut.

Yang diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah ﷺ tentang mengusap kepala itu adalah tiga cara:

  1. Mengusap semua bagian kepala

أنّ النّبيّ ﷺ مسح رأسه بيده، فأقبل بهما وأدبر، بدأ بمقدّم رأسه ثمّ ذهب إلى قفاه ثمّ ردّهما إلى المكان الذي بدأ منه

“Bahwasannya Nabi ﷺ mengusap kepala beliau dengan kedua tangannya. Beliau mengusap (kepala) ke depan dan kebelakang dengan menggunakna keduanya. Beliau mulai dari bagian depan kepala, kemudian ke bagian paling belakang dari kepala, lalu mengembalikannya keduanya ke tempat dimana beliau mulai.”[6]

  1. Hanya mengusap surbannya saja:

Dari Amr bin Umayyah, ia berkata,

رأيت رسول الله ﷺ يمسح على عمامة وخفّيه

‘’Aku pernah melihat Rasulullah ﷺ mengusap surban dan kedua khuf beliau.’’[7]

  1. Mengusap ubun-ubun dan surban

Dari al-Mughirah bin Syu’bah,

أنّ النّبيّ ﷺ نوضّأ فمسح بناصيته وعلى العمامة والخفّين

‘’Bahwasannya Nabi ﷺ pernah berwudhu, beliau mengusap ubun-ubunya dan mengusap surban serta dua khuf,’’[8]

Karena itu, barangsiapa yang mengusap satu helai rambut, tiga helai rambut, atau sebagian kepalanya saja, maka dia telah menyelisihi sunnah Rasulullah ﷺ . akan tetapi dia harus mengusap kepalanya keselutuhan, atau mengusap surbannya keseluruhan, atau mengusap ubun-ubunya kemudian menyempurnakannya dengan mengusap di atas surban.

Wa Allahhu ‘alam…

Demikian  kesalahan-kesalahan berkenaan dengan wudhu part 1, tujuannya membahas kesalahan yang berkaitan wudhu agar mengetahui kesalahan yang selama ini kita lakukan. Semoga pembaca bisa mengamalkan ilmu-ilmu yang telah kita dapat, agar tidak sia-sia di kehidupan  hari kelak dengan mengikuti perintah dan larangan Nabi kita yaitu Nabi Muhammad ﷺ.

Barokallahhufikum…

 

Bersambung dipart ke dua…

 

Referensi: kesalahan-kesalahan umum dalam SHALAT lengkap dengan koreksinya, karya: Abu Ammar Mahmud Al-Misri. D,

Peringkas: NENSI LESTARI (UMMU SALMA ATIKAH HASNA) pengajar di Ponpes Darul Qur’an wal Hadist OKU Timur Sumsel.

[1] (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

[2] (Al Ittiba’ hal. 62, dinukil dari Al Qaulul Mubin Fii Akhta-il Mushallin, hal. 91).

[3] HR. Ibnu Majah no. 399; At-Tirmidzi no. 26; Abu Dawud no. 101. Dinilai shahih oleh Al-Albani di Shahihul Jami’ hadits no. 7444.

[4] Diriwayatkan oleh Muslim, Ahamd, Abu Dawud, An-Nasa’i. Lihat takhrijnya dalam shahih al-Jami’, no.5803

[5] Diriwayatkan oleh al-Bukhari,1/49 dan Muslim, 8/4

[6] Diriwayatkan oleh al-Bukhari,1/232, dan Muslim,3/121.

[7] Diriwayatkan oleh al-Bukhari,1/246, dan Ahmad,4/139.

[8] Diriwayatkan oleh al-Bukhari,1/117 dan Muslim,3/131.

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.