Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Mengasah Kepekaan Hati Kala Menjumpai Arahan Ilahi

Mengasah Kepekaan Hati

Telah banyak untaian nasihat yang dialamatkan pada umat ini. Berapa banyak pelajaran dan peringatan yang disampaikan untuk menggugah kesadaran umat ini, bahkan untuk membuka mata semua umat manusia. Adapun sejauh mana penerimaan mereka, Alloh saja lah yang tahu. Alloh tahu mana hamba-hamba yang memang siap untuk menerima kebenaran. Dan Alloh pun tahu, mana umat manusia yang telah menutup hatinya dari kebenaran.

Nasihat dan peringatan memang mutlak diperlukan. Karena dengan peringatan ini, manusia yang menyimpan benih kebaikan dalam hatinya akan terentas dari kegelapan. Ia akan menyambut cahaya kebenaran, karena ia melihat di sanalah ia akan mendapatkan oase kehidupan sekaligus oase keselamatan yang hakiki. Karena itulah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat : 55)

Memang, hati umat manusia memang rentan untuk lupa dan lalai di tiap penggal waktunya, tak terkecuali juga hati kaum mukminin. Karena itulah perlu untuk selalu disiram dan dipupuk dengan nasihat dan peringatan yang datang dari ayat-ayat-Nya dan sunnah Rosul-Nya.

Dan sebagai kaum beriman, kiranya sudah saatnya kita menelisik seberapa besar respon baik kita untuk menerima nasihat dan peringatan agama ini. Karena dengan iman yang ada dalam diri, kiranya itu bisa menjadi sinyal untuk menerima gelombang ajaran agama ini. Syaikh Abdur Rahman Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata tentang ayat di atas: “Alloh memberitakan bahwa memberi peringatan dapat memberi manfaat kepada kaum beriman. Karena dengan bekal yang ada pada diri mereka yang terwujud dalam iman, rasa takut, keinginan untuk bertaubat dan selalu mengikuti ridha Alloh, itu semua akan menyebabkan peringatan tersebut dapat memberi manfaat bagi mereka. Nasihat yang disampaikan dapat mengena pada sasarannya. Sebagaimana dalam firman Alloh lainnya: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat. Orang yang takut (kepada Alloh) akan mendapat pelajaran. dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.” (QS. Al-A`la: 9 – 11)

Adapun orang yang tak punya iman, dan tak ada kesiapan pada dirinya untuk menerima peringatan, maka pengajaran dan peringatan pun tak akan bermanfaat bagi dirinya. Perumpamaannya laksana tanah yang tak bisa menerima air. Orang-orang seperti ini, sekiranya datang kepada mereka semua ayat dan pertanda dari Alloh, mereka pun tak akan beriman, hingga mereka melihat adzab Alloh yang pedih.”

Sudah banyak pelajaran dan peringatan yang kita terima. Namun yang menjadi masalah adalah, apakah nasihat ini bisa menembus relung hati kita, sehingga bisa menorehkan perbaikan dalam segala amal kita?! Atau, apakah justru nasihat dan peringatan ini masuk ke telinga kanan, lalu langsung keluar ke telinga kiri?! Itu semua ditentukan oleh kualitas hati seseorang. Dan sebenarnya dalam diri seseorang, berkecamuk perang hebat antara dua kekuatan yang saling bertabrakan dan bertentangan. Kekuatan yang baik akan mendukung seorang mukmin untuk memperturutkan kebenaran. Sedangkan kekuatan buruk akan menyeret seseorang menolak kebenaran, dan memperturukan kejahatan. Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ لِلشَّيْطَانِ لَمَّةً بِابْنِ آدَمَ وَلِلْمَلَكِ لَمَّةً فَأَمَّا لَمَّةُ الشَّيْطَانِ فَإِيعَادٌ بِالشَّرِّ وَتَكْذِيبٌ بِالْحَقِّ وَأَمَّا لَمَّةُ الْمَلَكِ فَإِيعَادٌ بِالْخَيْرِ وَتَصْدِيقٌ بِالْحَقِّ فَمَنْ وَجَدَ ذَلِكَ فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مِنْ اللَّهِ فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ الْأُخْرَى فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ثُمَّ قَرَأَ الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمْ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ الْآيَةَ

Sesungguhnya syetan mempunyai bisikan terhadap anak Adam, dan malaikat pun punya bisikan terhadapnya. Adapun bisikan syetan, yakni menjanjikan kejahatan dan mendustakan kebenaran. Adapun bisikan malaikat adalah menjanjikan kebaikan dan membenarkan kebenaran. Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, hendaklah ia tahu bahwa itu datang dari Alloh, maka panjatkanlah pujian kepada Alloh. Namun bila ia mendapatkan yang satunya lagi (bisikan syetan), maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari syetan yang terkutuk. Kemudian beliau membacakan ayat: ‘Syetan itu menjanjikan kemelaratan kepada kalian dan menyuruhmu untuk berbuat yang keji’.” (HR. Turmudzi)

Kita tengok, dorongan manakah yang lebih dominan dalam diri kita?! Apakah dorongan kebaikan yang datang dari Alloh, atau justru dorongan dan bisikan syetan yang lebih kuat menggerogoti hati sanubari kita?!

Namun bila memang masih ada iman dalam diri kita, pastilah berbagai nasihat dan peringatan pasti akan tetap membekas. Dan bekas dari peringatan ini tergantung cahaya iman yang bersarang dalam diri seorang mukmin. Atau bila memang hati ini punya kesiapan untuk menerima kebenaran, pastilah akan menorehkan bekas dan kesan yang baik pula.

Maka seorang mukmin, bila ia mendengar atau membaca pengajaran dari Alloh dan Rosul-Nya, atau bila membaca perjalanan kaum salaf yang sholih, maka tekad dan spirit imannya akan menggelora, untuk kemudian ia akan berusaha menghadirkannya di alam kehidupannya yang nyata. Ia akan berupaya mengikuti jejak perjalanan hidup mereka, dan menerapkan apa yang menjadi titah dan petunjuk Alloh dan Rosul-Nya.

Namun yang perlu diingat, reaksi dari pengajaran yang ia dapatkan kadang hanya berlaku saat ia mendengar atau membacanya saja. Setelah beberapa saat berlalu, ia kembali menjadi lalai. Ini karena peringatan dan pengajaran itu bagaikan cambuk. Kalau sudah lewat masa reaksinya, maka cambukan itupun tidak lagi menyakitkan. Maka dari itu, perlu untuk sering-sering mendengar atau membaca nasihat dan peringatan agama, dan juga selalu memupuk iman. Karena imanpun bisa menjadi lapuk, seperti halnya pakaian pun juga bisa menjadi lapuk dan usang.

Jadi, kala kita membaca uraian ajaran agama yang mulia ini, cobalah agar hati kita menjadi tergugah. Karena di situlah letak kebahagiaan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.

Sumber : Majalah Lentera Qolbu Tahun ke-2 Edisi ke-6

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.