Sifat Ujub termasuk sifat yang tercela, bahkan Allah dan Rasul-Nya melarangnya terhadap sifat tersebut. Hanya saja terkadang sebagian manusia tidak merasa akan adanya sifat ujub dalam dirinya, ia merasa dirinya paling tinggi / paling mulia di sebabkan karena ibadahnya, belajarnya, ilmunya, dan lain sebagainya. Padahal ini sangat membahayakan bagi dirinya.
Diantara dalilnya adalah sebagaimana dalam Al-qur’an surat At-Taubah: 25, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
…وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (25)
Artinya:
“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai”.
- Mari kita mencoba perhatian pada hadits-hadits berikut ini, Kira-kira Kenapa Sifat Ujub dianggap Sebagai Sifat Yang Paling Berbahaya???
Jawabannya:
- Ujub Salah Satu Sifat Yang Membinasakan Seseorang
عَنِ ابْنِ عُمَرَ وأنس رضي الله عنهما قَالَا: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ:شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ.
Artinya:
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Tiga perkara yang dapat membinasakan seseorang: (1) Sifat Bakhil Yang di ta’ati, (2) Hawa Nafsu yang di ikuti, (3) Ujub Pada Dirinya Sendiri”
(Hadits Hasan, HR Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (2/203), Al-Bazzar dalam Musnadnya (13/486), dll. Di nilai hasan oleh Imam Al-Mundziri dan Syeikh Al-Albani (Lihat: Shahihul Jami’: 3045))
SYARAH :
Makna Al-Halak/Kebinasaan disini adalah kebinasaan bagi pelakunya sendiri.
Makna Lafadz: “Sukh-khun” adalah Sifat Yang Sangat Bakhil, Makna Syukh-khul Mutho’ adalah sifat bakhil seseorang yang di ikuti / diteladani oleh manusia sehingga mereka tidak menunaikan hak nya, seperti zakat, nafkah, dll.
Makna: Hawan Muttaba’ adalah mengikuti apa yang diperintahkan oleh hawa Nafsunya,
I’jabul mar’i binafsih (Ujub terhadap dirinya sendiri).(Lihat: At-Taisir Bi Syarhi Al-Jami’is Shoghir Karya Imam Al-Munawi (1/470)).
Dalam riwayat Al-Bazzar disebutkan:
وإعجاب المرء برأيه
(Artinya:) “Ujub terhadap pemikirannya sendiri” (Musnad Al-Bazzar (13/486))
Sebagian ulama’ mengatakan bahwa “Diantara akibat buruk ujub adalah menghalangi hidayah taufiq dari Allah, karena itulah ujub termasuh tercela, jika seorang hamba telah terputus dari hidayah taufiq dari Allah maka ia akan semakin cepat mendapatkan kebinasaan”. (Faidhul Qodir (3/307))
Imam Al-Munawi dalam syarahnya menyebutkan dalil Al-Qur’an tentang kisah orang yang ujub, seperti ujubnya Qorun. Allah ta’ala berfirman, dalam surat Al-Qashash:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي..
“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”
lalu Allah melanjutkan firmannya:
… فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ
“Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi”.
Ayat ini adalah sebuah contoh sifat ujub yang menghasilkan kebinasaan.” (Faidul Qodir” (3/307))
Di hikayatkan bahwa nabi Isa bin Maryam Alaihis Salam pernah berkata: “Wahai kaum Hawariyyun, betapa banyak lentera (lampu) dapat dipadamkan oleh angin, dan betapa banyak orang yang ahli ibadah dapat di padamkan oleh sifat ujub”.(Faidul Qodir” (3/307))
- Kehawatiran Nabi Terhadap “Ujub” [Bagi Orang TA’AT] Lebih Besar Dari Pada “Perbuatan Dosa” Yang Dilakukan Oleh Pelaku MA’SIYAT.
عن أنس قال: قال رسول اللهصلى الله عليه وسلم:“لو لم تكونوا تذنبون خشيت عليكم أكثر من ذلك: العجب، العجب”.
Artinya:
Dari Anas Rodhiyallahu Anhu berkata: Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Kalaupun kalian tidak suka berbuat dosa, [namun] saya lebih banyak kehawatirannya [satu sifat] yang akan menimpa pada kalian, yaitu Sifat Ujub, Sifat Ujub.”
(Hadits Hasan, HR Al-Qodho’i dalam Musnad Asy-Syihab (1/117), dll. Di nilai hasan oleh Imam Al-Mundziri, Al-Munawi, dan Syeikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits As-Shohihah (2/260))
SYARAH:
Imam Abdurro’uf Al-Munawi Rahimahullah berkata: “Pengulangan Nabi 2 kali [Sifat Ujub, Sifat Ujub] ini agar orang lari (menghindar) dari sifat ini, dan Perkataan berlebihan ini sebagai Peringatan, Hal itu dikarenakan:
“Bahwasanya Orang Yang berbuat Maksiat itu senantiasa mengetahui kekurangannya, sehingga ia berharap untuk bisa bertaubat, hal ini berbeda dengan Orang Yang Ujub pada dirinya, ia sebenarnya tertipu dengan Amal kebaikannya, dan sangat jauh untuk bisa bertaubat [dari sifat Ujubnya].” (Lihat: At-Taisir Bi Syarhi Al-Jami’is Shoghir Karya Imam Al-Munawi (2/312)).
Perkataan Ulama’ Salaf tentang kehawatiran sifat Ujub:
- Imam Muthorrif [bin Abdullah] Rahimahullah berkata: “Lebih baik saya tidur dimalam hari lalu di pagi harinya menyesal, daripada malam harinya melakukan sholat malam lalu di pagi harinya timbul rasa Ujub.”(Lihat: Syarah Shohih Al-Bukhori Karya Ibnu Bath-thol (9/239))
- Imam Ja’far bin Muhammad Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya seorang yang berbuat dosa [maksiyat] itu lebih baik daripada seorang mukmin yang Ujub [dengan ketaatannya], sekiraya kalau bukan karena dosa Ujub niscaya orang mukmin tersebut akan di uji dengan perbuatan-perbuatan dosa.” (Disebutkan oleh Ibnu Muflih Al-Maqdisi dalam “Al-Adab Asy-Syar’iyyah: (2/209))
Begitu pula ada seorang ulama’ yang bernama Basyir bin Mansur Rahimahullah yang terkenal rajin beribadah, pernah suatu ketikaia mengingat Allah dan mengingat negeri Akhirat dalam ibadahnya, maka beliau segera mengerjakan shalat dengan bacaan yang sangat panjang, lalu tiba-tiba ada orang yang memperhatikan panjangnya shalat beliau, dan beliau megetahuinya. Tatkala beliau selesai shalat, maka beliau berkata kepada orang yang memperhatikan tadi: “Janganlah engkau takjub terhadap ibadahku, (Ingatlah) Sesungguhnya Iblis yang telah dilaknat oleh Allah sebelumnya adalah hamba yang sangat kuat ibadahnya kepada Allah, beribadah bersama para malaikat dalam waktu yang sangat panjang, namun apa yang terjadi setelah itu? (ya’ni: kebinasaan yang ia dapatkan di karenakan ujub dan sombong).(Ihya’ (3/370))
- Sifat Ujub Menyebabkan Lupa Akan Memikirkan Kondisi di Akhir Hayatnya
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “لَا عَلَيْكُمْ أَنْ لَا تَعْجَبُوا بِعمل أَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَانًا مِنْ عُمْرِهِ أَوْ بُرْهَةً مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا سَيِّئًا وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْبُرْهَةَ مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّئٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ النَّارَ ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ قَالَ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ” (صحيح، أخرجه ابن أبي عاصم في السنة (1/174) وأحمد في مسنده (19/246)، صححه الشيخ الأرناؤوط والألباني وغيره)
Artinya:
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kalian merasa terkagum-kagum dengan amalan salah seorang dari kalian hingga kalian dapat melihat amalan di akhir hayatnya,
Sesungguhnya ada seseorang selama beberapa waktu dari umurnya beramal dengan amal kebaikan, yang sekiranya ia meninggal pada saat itu, ia akan masuk ke dalam surga, namun ternyata ia berubah [di akhir hayatnya] dan beramal dengan amal keburukan [maka ia termasuk ahli neraka].
Dan sungguh, ada seorang hamba selama beberapa waktu dari umurnya beramal dengan amal keburukan, yang sekiranya ia meninggal pada saat itu, ia akan masuk neraka, namun ternyata ia berubah dan beramal dengan amal kebaikan [maka ia termasuk ahli Surga].
Jika Allah menginginkan kebaikan atas seorang hamba maka Ia akan membuatnya beramal baik sebelum kematiannya, ” para sahabat bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana Allah membuatnya beramal?” beliau bersabda: “Allah akan Memberinya taufik untuk beramal kebaikan –pada akhir hayatnya-, setelah itu Ia mewafatkannya.”
[Shohih, HR Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah (1/174), Ahmad dalam Musnadnya (19/246), dll. Di nilai shohih oleh Imam Al-Haitsami, Syeikh Syu’aib Al-Arna’ut, Syeikh Al-Albani, dll (Lihat: Silsilah Al-Ahadits As-Shohihah: 1334)]
Maka dari itulah hendaknya kita memohon kepada Allah Subhanahu Wata”ala agar di selamatkan dari bahaya sifat ujub, sombong, dan sifat buruk lainnya. Dan semoga Allah Subhanahu Wata”ala menjadikan kita untuk dapat meninggal dalam keadaaan khusnul kotimah.
- Do’a Memohon Khusnul Khotimah
Dalam Al-Qur’an Surat Yusuf, Ayat: 101, Tentang Do’a Nabi Yusuf :
أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
Artinya :
[Wahai Tuhan Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, Wafatkanlah aku dalam keadaan berserah diri kepada-Mu dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang sholih.”
Do’a berlindung Dari Sifat Nifaq. Riya’, Al-Ghil, dll:
Terdapat Atsar Dari Ali bin Abu Tholib Pernah Berdo’a:
اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ النِّفَاقِ، وَصَدْرِي مِنَ الْغِلِّ، وَأَعْمَالِي مِنَ الرِّيَاءِ، وَعَيْنِي مِنَ الْخِيَانَةِ، وَلِسَانِي مِنَ الْكَذِبِ، وَبَارِكْ لِي فِي سَمْعِي وَقَلْبِي، وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Artinya:
Ya Allah, Sucikan hatiku dari Sifat Nifaq, dari Ghill (dengki), dan (sucikan) amal-amalku dari Riya’, (sucikan) mataku dari khiyanat, (sucikan) lisanku dari perkataan dusta, dan berkahilah pendengaran dan hatiku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya engkau Maha Penerima Taubat, dan Maha Penyayang.” [Hasan, Atsar Riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya (6/66)]
Maroji”:
Taisir Bi Syarhi Al-Jami’is Shoghir Karya Imam Al-Munawi
Syarah Shohih Al-Bukhori Karya Ibnu Bath-thol
Silsilah Al-Ahadits As-Shohihah Karya Syeikh Al-Albani
Majma’ Az-Zawa’id Wa Manba’ul Fawa’id Karya Imam Al-Haitsami
Oleh Lilik Ibadurrahman, S.Ud.
Leave a Reply