Kalimat istirja’ adalah Ucapan Inna Lillahi Wa inna ilaihi Raji’un
Dunia fana yang ditinggali seseorang selama kurang lebih enam puluhan tahun ini bukanlah tempat peristirahatan bagi seorang muslim. Maka cepet atau lambat, seseorang akan menghadapi ujian, baik di uji dengan bencana yang mengenai dirinya, orang tua, anak, keluarga maupun hartanya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155)
Artinya: “ Dan sungguh kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut lapar dan kekurangan harta benda. ( QS Al-baqorah : 155 )
Iman Ibnu Katsir mengatakan tentang ayat di atas “ Allah mengabarkan bahwa dia ( pasti) akan mendatangkan bala kepada para hambahnya. Maksudnya, Allah akan menguji dan memberi cobaan kepada mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ (31)
Artinya: “ Dan sesungguhnya kami benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan ( baik buruknya ) ihkwal kamu.” (QS Muhammad : 31)
Cobaan itu terkadang berbentuk kesenangan, dilain waktu, berupa kesulitan seperti tercekam rasa takut, dan di landa kelaparan .”
Allah menguju manusia dengan kekayaan dan kekurangan, menguji mereka dengan kesehatan dan penyakit, menguji mereka dengan kesenangan dan kesengsaraan. Tidak ada seseorangpun di dunia kecuali ia akan terus di uji. Kebahagian yang ada di dunia layaknya Bungan tidur dalam mimpi seseorang, atau ibarat naungan yang lambat laun sirna.
Hanya saja, seorang mukmin selalu baik dalam berbagi keadaanya, sebagaiman di sabdakan Nabi :
«عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ فَشَكَرَ كَانَ لَهُ خَيْرٌ، وَإِنْ أَصَابَهُ شَرٌّ فَصَبَرَ كَانَ لَهُ خَيْرٌ»
Artinya: “ Sungguh sangat menakjubkan kondisi seorang mukmin. Seluruh kondisinya baik dan itu tidak ada pada seseorang kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapat nikmat, ia bersukur dan itu adalah yang terbaik baginya.Jika ditimpa musibah, ia bersabar dan itulah yang terbaik bagi dirinya. (HR. Muslim dalam Shahihnya)
Allah telah mengarahkan para hambahnya kepada sebuah sikap dan ucapan yang sepatutnya mereka pegangi dan jalanka ketika musibah menimpah mereka. Allah berfirman :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)
Artinya: “ Dan sungguh kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, lapar dan kekurangan harta benda, maka berilah kabar gembira pada orang-orang yang bersabar. ( Yaitu ) orang-orang yang aabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”innaa lillaahi wa innaa ilaahi raaji’un. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmad dari rob mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. ( QS Al-baqarah 155-157 )
Allah mengabarkan melalui ayat mulia ini bahwa dia akan menguji para hambahnya dengan berbagai cobaan, agar tampak jelas, siapa yang benar dalam keimananya dan yang dusta dalam pengakuanya ? siapa yang berkeluh kesah dan bersabar dalam menghadapinya? Siapa yang yakin dan orang yang hatinya dilanda keraguan? Allah menguji mereka dengan sedikit rasa takut terhadap musuh, rasa lapar yaitu dengan berkurangnya makanan dan berkurangnya harta dan mencakup seluruh jenis paktor yang menyebabkan berkurangnya harta, baik karena serangan hama, cuaca buruk, tenggelam,hilang, di curi orang dan lain-lain.
Demilian pula menguji mereka dengan penyakit dan keluhan yang menimpah tubuh. Juga menguji mereka dengan berkurangnya buah-buahan. Semua ini hal-hal yang pasti terjadi. Sebab Allah zat yang maha tau telah mengabarkan hal itu sebelumnya . Dan bagian manusi dari musibah itu adalah sikap yang muncul setelah musibah yang terjadi. Barang siapa ridho, maka baginya ridho dari Allah dan barang siapa murka, maka kemurkaan Allah yang dia dapatkan oleh karena itu seseorang harus menyadari bahwa yang mengujinya dengan cobaan adalah Allah, Ahkamul hakimin lagi Arhamurrahiimin.
Dan sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan cobaan untuk membinasakan dirinya atau menyiksanya. Akan tetapi, Allah menurunkan bencana pada seseorang dalam rangka menguji kesabaran, keridhaan dan keimanannya, dan supaya Allah mendenganr lantunan permohonan dan doanya dan melihatnya mengangkat kedua tanganya kepadanya, mengeluhkan permasalahan dan dukanya kepadanya. Dengan itu, ia akan meraih janji Allah yang agung, karunianya yang melimpah dan nikmatnya yang banyak.
“Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari rob mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendaptkan petunjuk.” ( QS Al-baqarah : 127 )
Allah menjadikan kalimat istirja yaitu ucapan innalillahi wa innaa ilaihi rojiuun sebagai saran pelarian dan bagi orang-orang yang tengah di landa musibah dan sekaligus sebagai penjagaan bagi orang-orang yang telah di uji. Kalimat ini bila terucap dengan penuh pemahaman kandungan maknanya, hati akan tenang, jiwa akan tentram, dan pikiran akan teduh kembali.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, “Mereka orang-orang yang tertimpa musibah menghibur diri mereka dari apa yang menimpa diri mereka dengan mengucapkan kalimat istirja tersebut. Mereka menyadari sebagai milik Allah, Allah berhak menentukan apa saja pada hambahnya sesuai dengan kehendaknya. Mereka pun tau tidak ada amalan seberat biji sawipun yang hilang di sisinya pada hari kiamat.Ucapan itu memunculkan pengakuan mereka sebagai hambahnya, dan mereka akan kemabli kepadanya di kampong akhirat”.
Seihk Abdul Razzaq Al-Badr hafidzohullah mengatakan : Kalimat istirja ini memua dua perinsip agung, jika seorang hambah mewujudkanya dengan ilmu dan mengamalkanya, dia akan merasa terhibur dari musibahnya dan memperoleh pahala besar dan kesudahan yang indah :
- Bahwa seorang hamba memastikan bahwa dirinya, keluarga, harta dan anaknya adalah milik Allah dialah yang mengadakan setelah sebelumya tidak ada, dan melakukan padanya sesuai dengan kehendaknya, menentukan padanya dengan aturan yang di kehendakinya, tidak ada yang mampu menolak ketetapanya. Ini tersimpulkan dari kata innalillahi, yang artinya kami semua adalah hambah-hambahnya,dan berada di bawah kendali dan pengaturanya. Dia adalah rab kami, sedang kami adalah hambah-hambahnya. Apapun yang terjadi pada kami, maka terjadi sejalan dengan Qadha dan takdirnya .
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22)
Artinya: “Tiada satu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab laumahfuz sebelum kami menciptankanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. ( QS Al- Hadit : 22 ).
- Seorang hamba mengetauhi dan yakin bahwa tempat kembalinya adalah kepada Allah, sebagaimana di firmankan Allah: “ Sesungguhnya hanya kepada Rabmulah kembalimu ( Al-Alaq : 8 )
Seorang hamba pasti akan meningglkan dunia ini dan dating kepada rabnya sendiri, tanpa didampingi kelaura harta maupun sanak saudarahnya. Ia dating dengan kebaikan dan keburukanya. Ini kandungan ucapan wainnailaihi roojiun, yang maknanya adalah sebuah pengakuan dari seorang hamba bahwa dirinya akan kemabli kepada Allah, dan Allah akan memberinya balasan atas segala perbuatanya di dunia. Saat itulah diriny akan sibuk untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat ketika ia berjumpa denganya.
Keutamaan lain dari kalimat istirja yang kelau dari lisan seorang muslim adalah apa yang terkandung dalam hadist Ummuh Salamah bahwa ia berkata, “ Aku mendengar Rasulallah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
(مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ آجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَجَرَهُ اللَّهُ فِي مُصِيبَتِهِ وَخَلَفَ عَلَيْهَا خَيْرًا مِنْهَا)
Artinya: “Tidak ada seorang hambah (muslim ) yang tertimpa musibah lalu ia menbaca innaalillah wainnaailahi raajiun, Ya Allah berilah pahala kepadaku dalam musibah ini dan berillah aku ganti yang lebih bauk darinya kecuali Allah akan memberikan pahala baginya dan memberikan gabti yang lebih baik darinya. Ummuh Salamah berkata,: Ketika abu salamah meninggal dunia, aku mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Rasulallah kepadaku. Maka, Allah memberiakn ganti kepadaku yang lebih baik yaitu Rasullah. (HR. Muslim : 918 ).
Demikianlah sikap seorang muslim ketika menghadapi cobaan dari Allah apapun jenis cobaan itu, bersikap sabar, menerimanya sebagai takdir dari Allah yang tidak bisa ia hindari, lalu ia ucapkan kalimat istirja dan mengaharap dari pahala dari musibah yang datang kepadanya. Semoga Allah memberikan kepada kita nikmat afiyyah di dunia dan akhirat Aamiiin.
Di ambil dari majalah Assunnah
Rahasia Kalimat Istirja’
Edisi 04/Thn.XXI
Dzulqo’dah 1438 H/Agustus 2017 M
Karangan : Ustadz Abu Minhal
Di salin oleh : ANITA SARI (Pengajar Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
BACA JUGA:
Leave a Reply