Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Mengenal Ikhwanul Muslimin dan Sururiyyah (Bagian 1)

ikhwanul muslimin

Mengenal Ikhwanul Muslimin Dan Sururiyyah Bagian 1. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Kami memuji dan meminta pertolongan dan memohon ampunan kepada-Nya. Kami juga berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa dan buruknya amal perbuatan kami. Shalawat dan salam semoga senantiasa di tujukan kepada Nabi Muhammad, keluarga, dan para shahabatnya. Dalam pembahasan ini kami akan menjelaskan tentang pentingnya mengetahui firqah-firqah sesat yang mana mereka menisbatkan diri mereka dengan ahlus sunnah wal jama’ah, dengan ini kami berharap kaum Muslim bisa membedakan antara Ahlul Bid’ah dan Ahlus Sunnah.

Ada sebagian kelompok yang menisbatkan diri mereka kepada “Ahlus sunnah” padahal hakekatnya mereka ahlul bid’ah, dan ada juga yang menisbatkan diri kepada “Salafiyyun” namun pada hakekatnya mereka adalah hizbiyyun dan harakiyyun, bukan Salafi. Sebagaimana di ketahui bahwa Allah menyebutkan tentang keyakinan kufur dari Yahudi, Nasrani, para penyembah berhala dan lainnya, supaya umat Islam berhati-hati tidak mengikuti agama dan keyakinan mereka.

Begitu pula disebutkan oleh Rasulullah tentang akan terpecahnya umat Islam menjadi 73 golongan; 72 golongan masuk Neraka dan hanya satu golongan yang masuk Surga. Nabi menyebutkan dengan tegas dan jelas bahwa 72 golongan masuk Surga, yaitu golongan yang mengikuti Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan para Sahabatnya.

Tidak diragukan lagi bahwa pembahasan tentang firqah, aliran, pemahaman sesat, madzhab-madzhab yang menyesatkan dan menyingkap kesesatan dan serta penyimpangan-penyimpangan mereka merupakan penjelasan tentang jalannya orang-orang yang berdosa.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

(وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الأَيَاتِ وَلِتَسْتَبٍيْنَ سَبيْلُ المُجْرِمُوْنَ)

Artinya:

Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat al-Qur’an,(agar terlihat jelas jalan orang-orang yang shalih) dan agar terlihat jelas jalan orang-orang yang berdosa.” (QS. Al-An’am: 55)

Dan diantara firqah-firqah tersebut salah satunya adalah Ikhwanul muslimin dan sururiyyah .

  • Ikhwanul muslimin (IM)

Jama’ah Ikhwanul Muslimin didirikan oleh Hasan Al-Banna rahimahullah mati terbunuh di kota Isma’iliyyah Mesir pada tahun 1346 H sebagai firqah pergerakan (harakah). Dan dialah yang menjadi Mursyid pertama bagi jama’ah ini. Hasan al-Bnna mati terbunuh pada tahun 1368 H. Lalu kepemimpinanya digantikan oleh Hasan al-Hudhaibi, kemudian di gantikan oleh Mahdi ‘akif.

Di antara pendapat kelompok ini ialah:

  1. Mewajibkan kaum Muslimin mengikuti Ikhwanul muslimin
  2. Mereka lebih mendahulukan akal dari pada wahyu dan menganggap akal suci/ma’sum.
  3. Sumber talaqqi (mengambil ilmu) mereka adalah akal.
  4. Menurut mereka kesempurnaan itu hanya dapat diperoleh dengan mengikuti prinsip-prinsip Ikhwanul Muslimin.
  5. Mereka mengatakan bahwa seluruh jama’ah yang tidak berada di bahwa panji mereka adalah jam’ah yang bathil atau gagal.
  6. Adanya bai’at dalam Ikhwanul Muslimin dan 10 rukunnya.
  7. Ikut dalam parlemen thaghut dan ikut memerintahkan panggung demokrasi demi tegaknya daulah Islamiyyah?!!
  8. Menerima orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan syirik akbar untuk masuk dalam anggota mereka.
  9. Meremehkan tauhid ibadah dan tidak menjadikannya sebagai asas berpijak dalam berdakwah.
  10. Membolehkan tawassul yang merupakan jalan menuju syirik serta menganggapnya sebagai cabang permasalahan agama yang tidak terlalu penting.
  11. Menghadiri dan membuat perayaan-perayaan bid’ah.
  12. Mereka memusuhi ahli tauhid salafiyyah dan bersimpati kepada ahli bid’ah dan kaum musyrikin.
  13. Mereka memaafkan ketergelinciran pemerintah untuk mengobarkan pemberontakan dan mereka membolehkan dan melakukan demokrasi.

Dan masih banyak lagi pendapat-pendapat mereka yang menyesatkan. Diantara pecahan Ikhwanul Muslimin adalah sururiyyah  dan Quthbiyyah .

  • Sururiyyah

Sururiyyah adalah sebuah kelompok yang dinisbatkan kepada seorang yang bernama Muhammad bin Surur bin Nayif Zainal ‘AbidIn. Dia tumbuh di lingkungan Ikhwanul Muslimin di Syria, dan dia sangat taklid buta dengannya.

Muhammad Surur menyatakan sendiri tentang dirinya bahwa dia berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang fanatic terhadapnya, meskipun dia berpura-pura kepada pengikutnya bahwa dia telah berpindah dari taqlid buta menuju ilmu dan pengetahuan. Akan tetapi dia masih tetap dalam koridor hizbiyyah (fanatic golongan) yang samar-samar. Hal itu dapat dibuktikan Ketika menjelaskan tentang kesalahan-kesalahan syaikhnya, dia menjelaskan secara mujmal (global) dan tidak merincinya. Penjelasa secara global adalah ciri-ciri hizbiyyin. Dia tidak menjelaskan bahwa syaikhnya adalah seorang da’i yang menyeru kepada pendekatan kepada orang-orang Nasrani, sosialisme Islam, dan pernah menyenandungkan qasidah syirik yang di dalamnya terdapat istighatsah  (meminta tolong disaat sulit) kepada Rasulullah.

Pada tahun 1969 M, Ikhwanul Muslimin di Syria berpecah belah, dan ini di sebabkan oleh dasar pemikiran mereka. Kelompok Ikwanul Muslimin di Halab dan Hamah condong kepada pemikiran sufi, maka mereka bersama pemimpinya ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, dan ini sealiran dengan Hasan Al-Banna. Oleh karena itu, mereka hidup bersama organisasi resmi Ikhwanul Muslimiin. Sedangkan jama’ah Ikhwanul Muslimin di Damaskus  condong kepada pemikiran Sayyid Quthub, oleh karena itu mereka di bawah kepemimpinan ‘Isham bin Aththar, dan Muhammad Surur masuk di kelompok ini.

Kemudian Muhammad Surur pindah ke Saudi Arabia untuk bekerja di sana. Di mulai giat menyebarkan pemikiran Sayyid Quthub. Khususnya di daerah Qhasim. Dan dia mampu menarik banyak pengikut dari segala arah hingga dia mendirikan jam’iyyah Hizbiyyah dibawah kedok organisasi sosial.

Muhammad Surur kemudian meninggalkan negeri kaum Muslimin dan tinggal di negeri kafir di London, Inggris. Di London dia mendirikan al-muntada al-Islami Bersama kanan kanannya Abu Anas Muhammad al-Abdah serta pengikutnya dari orang-orang Saudi dan menerbitkan majala Al-Bayan kemudian majalah as-Sunnah.

Dari penjelasan diatas dapat di ketahui bahwa Muhammad Surur adalah pengikut Ikhwanul Muslimin sekaligus pengikut Sayyid Quthub. Kemudian Muhammad Surur semakin gencar menyebarkan pemikiran Quthubiyyah (Sayyid Quthub) dengan nama  Manhaj Ahlus Sunnah Waljama’ah, as-Salafiyyah at-Tajdidiyyah (salafiyyah reformasi), as-Salafiyyah al-Ishlahiyyah (Salafiyyah perbaikan), dan as-Salafiyyah asy-Syar’iyyah (Salafiyyah Syar’i). Dan hal ini mempunyai pengaruh besar terhadap tertipunya Sebagian pemuda Muslim yang dulunya pernah belajar dakwah Salafiyyah untuk bergabung dengan kelompok yang dikenal dengan Sururiyyah setelah terjadinya perang Teluk kedua.

Namun Muhammad Surur mengingkari keberadaan Sururiyyah ini dengan alasanya bahwa hal tersebut adalah rekayasa musuh-musuhnya. Yang selayaknya diketahui bahwa disini tidak ada celaan terhadap para ulama yang menggunakan nama Sururiyyah untuk menamai kelompok Muhammad Surur, karena semua kelompok bid’ah disandarkan penamaannya kepada pencetusnya. Jahmiyah disandarkan kepada Jamh bin Shafwan, al-Ibadhiyyah di sandarkan kepada ‘abdullah bin ‘ibadh, dan Quthubiyyah di sandarkan kepada Sayyid Quthub. Adapun pengingkaran Muhammad bin Surur akan keberadaan kelompoknya ini maka ini adalah dusta. Dia sendiri telah mengakui hal tersebut di hadapan saudara kita Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah. Dan orang yang dulu bergabung dengannnya juga mengakui hal itu, seperti ‘Isham Barqawi seorang takifiri yang berkedok dengan nama lain Abu Muhammad al-Maqdisi dan bantahannya terhadap Muhammad Surur dan kelompoknya.

Dia juga pernah mengakui akan hal itu kepadaku (Syaikh Salim) di saat dia berkunjung ke yordania pada tahun 1983 M, Ketika dia hendak mencetak bukunya yang berjudul Wal jaa-a Daurul Majuus melalui perantara Nizham Sakejaha pemilik penerbit al-Maktabah al-Islamiyya. Abu ‘Isham Muhammad Surur meminta kepada pemilik al-Maktabah al-Islamiyyah untuk mengatur pertemuan denganku dan sejak saat itulah aku mengetahui rencana jahatnya untuk memecah belah dakwah Salafiyyah.

  • Syubhat-syubhat sururiyah

Syubhat pertama: Diantara syubhat yang di lontarkan Muhammad Surur yang menunjukan akan penyimpangannya dari dakwah salafiyah yaitu ucapannya dalam kitab Manhajul Anbiyaa’ fid Da’wati illah(1/8), ”aku perhatikan kitab-kitab ‘aqidah, maka aku dapati bahwa kitab-kitab itu di tulis bukan pada zaman kita, dan kitab-kitab itu adalah solusi bagi problematika yang ada pada zaman di tulisnya kitab itu, meskipun ada pentingnya dan adanya kemiripan problematikanya,

tetapi pada zaman ini membutuhkan problem yang membutuhkan solusi baru. Kemudian juga, metode-metode kitab ‘aqidah itu kering, karena yang ada hanya nash-nash dan hukum-hukum. Oleh sebab itu kebanyakan pemuda berpaling dan tidak menyukaianya. Namun sebaliknya, metode al-Qur’anul karim membuatku takjub karena pemaparan masalah ‘aqidah didalamnya lewat kisah para Nabi dan jihad mereka melawan orang-orang musyrik. Contohnya masalah berhala,didalam kitab-kitab ‘aqidah anda akan mebaca definisinya secara Bahasa dan istilah,macam-macam berhala, dalil keharamannya dari al-Qur’an  dan As-Sunnah serta ucapan para Ulama serta tentang sisi kesyirikannya.

Adapun penjelasan tentang berhala didalam al-Qur’an, maka ini berbeda. Anda akan mengetahui apa ada di kitab-kitab ‘aqidah lewat dialog para Nabi dan kaumnya. Terkadang para Nabi tersebut menjelaskan tentang ketidakberdayaan berhala, dia tidak dapat mendatangkan manfaat atau mudharat, dan terkadang menghancurkan berhala-berhala mereka -seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim ‘alaihis-salam-dan terkadang menggambarkan keberanian Nabi, kekuatan hujjah, dan keteguhannya di atas kebenaran, meskipun kaum mereka sangat berkeinginan untuk membunuhnya. Semua itu dipaparkan dengan metode harakah yang sesuai dengan fakta yang menarik.”

  • Jawaban dari syubhat di atas:

Yang dimaksud Muhammad Surur dengan kitab ‘aqidah yang kering ialah kitab-kitab ‘aqidah Salafiyah yang murni, seperti  asy-Syarii’ah karya al-Aajurri, al-ibanatul Kubra dan as-shugra karya ibnu Baththah as-Sunnah karya ‘abdullah bin Ahmad bin Hanbal dan masih banyak lagi. Diantara bukti akan hal itu adalah:

  1. Muhammad Surur mengaku sebagai pengikut ‘aqidah Salafiyah?!
  2. Perkataannya tentang berhala, kesyirikan, makna laa ilaaha illallah, tauhid uluhiyyah… ini adalah pembahasan kitab-kitab ‘aqidah salafiyah.
  3. Muhammad Surur mensifati kitab-kitab ‘aqidah bahwa kitab-kitab tersebut hanyalah nash-nash dan hukum-hukum, kemudian ia berkata,”Contohnya masalah berhala, di dalam kitab-kitab’aqidah anda hanya membaca definisinya secara Bahasa dan istilah, macam-macam berhala, dalil keharamannya dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta ucapan para ulama serta tentang kesyirikannya…”Nash-nash dan hukum-hukum (menurut dia) itu kering (tidak bisa menggerakan/menyemangati), oleh karena itu para pemuda pada berpaling darinya!! Menurut dia, dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta ucapan para ulama yang menetapkan keharaman berhala dan kesyirikan ‘aqidah adalah kering, dan olehnya para pemuda lari darinya… Akan tetapi mereka justru terjatuh dalam jaring-jaring tokoh ahli bid’ah yang mendoktrin mereka tanpa ilmu, dan memberi fatwa kepada mereka dengan akal mereka sendiri sehingga sesat dan menyesatkan .
  4. Metode Al-Qur’an menurut para da’i Quthbiyah adalah metode harakah yang sering di gembar gemborkan oleh Sayyid Quthub dalam kitab-kitabnya.

Bersambung….

Referensi  :

Diringkas dari buku         : Mulia dengan Manhaj Salaf

Penulis                                 : Yazid bin Abdul Qadir Jawas, cetakan 20, Pustaka at-Taqwa th, tahun 2018

Diringkas oleh                   : Mayang fitria rizki (pengajar ponpes Darul Qur’an wal Hadist Oku Timur)

Baca juga:

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.