
Kenali dan Tanda Gejala Autisme Semenjak Dini – Anak saya 18 bulan. Karena aktif, ia saya masukkan ke playgroup. Yang jadi kekhawatiran saya, ia tidak bisa berkonsentrasi untuk mengikuti permainan ataupun bermain Bersama teman-temannya. Anak saya hanya tertarik dengan mobil-mobilan dan memutar-mutarkan setirnya.
Di rumah juga ada sepeda tetapi jarang dinaikinya, malahan dia balik dan diputar-putar rodanya, anak saya juga berputar-putar, mengepak-ngepakkan tangannya, jika melihat iklan di TV sulit dipanggil, belum bisa bicara, senang mencium-cium kaki orang lain atau menggigit jempol kaki orang lain, tidak kreatif, mendekat mata ke TV, sering menjatuh atau membanting apa saja.
Bila bermain, mainannya di acak-acak dan senang menarik tangan orang lain untuk melakukan apa yang diinginkan. Apakah anak saya terindikasi autis?
Itulah isi satu surat yang ditujukan kepada sebuah lembaga yang menangani anak-anak penderita autisme. Tanggapan dan jawaban dari surat itu menunjukkan bahwa semua tanda atau gejala tadi memang ciri-ciri autisme.
Memang tidak banyak orang tua yang mampu mengenali penyakit autis. Kebanyakan orang tua salah memperlakukan anak-anak penderita autis ini, karena umumnya anak-anak penderita autis selalu menunjukkan perilaku yang “menyimpang” sehingga Sebagian orang tua beranggapan si anak aneh dan sulit diatur.
Autisme diidap 1 dari 500 anak atau 1 dari 1000 anak. Sampai saat ini besarnya insiden autisme belum diketahui dengan pasti, tetapi semua penelitian sepakat bahwa insiden tersebut meningkat karena penyebab autis yang belum diketahui.
KENALI AUTISME
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks, di mana gejalanya akan mulai terlihat sebelum usia 3 tahun. Autis akan mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi verbal dan nonverbal. Serta gangguan perilaku pada anak. Anak dengan autisme memiliki masalah dalam mempergunakan bahasa, membentuk hubungan dan salah dalam menggambarkan keadaan lingkungan sekitarnya.
Gejala autisme ini bermacam-macam dan berbeda setiap individu. Penderita autisme memiliki kesulitan dalam komunikasi dan memahami perkataan serta perasaan orang lain sehingga sebagian besar gejala autis adalah keterlambatan berbicara, ketidakpedulian anak terhadap lingkungan dan orang disekitarnya. Anak seolah hidup di dalam dunianya sendiri sehingga tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain atau teman sebayanya.
Tetapi secara umum gejala yang dapat kita lihat pada anak autis seperti dikutip dari WebMD, Jumat (1/3/2013):
- Sulit berkomunikasi secara lisan, termasuk masalah penggunaan dan pemahaman Bahasa.
- Tidak mampu bercakap-cakap dengan orang lain bahkan Ketika anak sudah mampu berbicara.
- Sulit untuk menggunakan Bahasa tubuh seperti gerak tubuh dan ekspresi wajah.
- Sulit untuk bersosialisasi, termasuk berhubungan dengan orang lain maupun lingkungannya.
- Sulit untuk memiliki teman dan lebih memilih untuk bermain sendiri.
- Sulit untuk menyesuaikan diri dengan perubahan rutinitas dan lingkungan sekitar.
- Melakukan Gerakan tubuh secara berulang atau pola perilaku yang sama, seperti mengepakkan tangan, berputar dan membenturkan kepala.
- Asyik sendiri dengan benda -benda yang tidak biasa atau bagian yang tidak biasa dari benda tersebut.
Seperti dikutip dari Disabled world, Selasa (16/2/2010), berikut ini beberapa gejala autis yang bisa orang tua deteksi mulai bayi hingga tahun kelima pertumbuhan anak:
- Baru Lahir
Sejak bayi, anak autis biasanya tidak bisa merespon kehadiran orang tuanya. Ia tidak akan tertarik untuk nmelakukan kontak mata dan cenderun tertarik dengan objek yang bergerak. Bayi autis juga libih banyak diam dan tidak menanggis selama berjam-jam.
- Tahun Pertama
Ada jumlah kemampuan utama yang umumnya dicapai anak-anak dalam usia setahun, antara lain berdiri dengan batuan orang tuanya, merangkak, mengucapkan sebuah kata sederhana, mengerakkan tangan, atau Gerakan sederhana lainnya. Jika anak tidak dapat melakukan kemampuan ini, tidak berarti itu gejala autisme. Ia dapat mencapai kemampuan itu nanti. Namun tidak ada salahnya untuk waspada dan segera periksakan anak jika anak tak mencapai satu pun kemampuan umum diatas.
- Tahun Kedua
Gejala autisme terlihat lebih jelas jika anak tidak tertarik pada ibunya atau orang lain,jarang menatap atau tidak terjadi kontak mata, tidak menunjuk atau melihat pada obyek yang diinginkan, tak dapat mengucapkan dua patah kata, kehilangan kata-kata yang sebelumnya dikuasai, mengulang- gulang Gerakan seperti mengoyangkan tangan atau mengayunkan tubuh ke depan-kebelakang, tidak suka bermain, dan berjalan jinjit.
- Tahun Ketiga-kelima
Gejala autisme setelah tahun kedua, semua yang terjadi pada tahun sebelumnya diatas dengan tambahan terobsesi oleh suatu obyek tertentu, seperti mainan atau game, sangat tertarik dengan suatu rutinitas, susunan atau keteraturan suatu benda, sangat marah jika keteraturan atau susunan benda terganggu, sensitive terhadap suara keras yang sebenarnya tidak menganggu anak lainnya dan sensitive terhadap sentuhan orang lain, seperti tidak suka dipeluk.
PENYEBAB AUTISME
Penyebab autisme sampai saat ini tidak diketahui secara pasti, tetapi penelitian telah menemukan beberapa faktor. Salah satu faktor genetic (keturunan). Ada kemungkinan kerentanan seorang anak anak terkena autis berasal dari gen orang tuanya. Selain itu, faktor lingkungan juga diperkirakan berperan sebagai penyebab autis.
Salah satu kontroversi terbesar adalah mengenai hubungan autis dan vasin tertentu pada anak, khususnya campak-gondok-campak jerman (MMR). Dari penelitian yang dilakukan secara luas, tidak ada hasil yang dapat dipercaya antara autis dengan vaksin MMR.
Karena itu, tidak perlu menghindari vaksin pada anak karena nantinya membahayakan serta terjangkit penyakit serius, seperti batuk rejan (pertusis), campak atau gondok.
Deteksi dini sangat penting karena kita dapat mendektesi autisme lebih awal serta memberikan terapi yang tepat dan intensif, kita akan membantu anak tumbuh optimal. Adapun cara dektesi dini yang mudah adalah dengan mengamati perilaku anak sehari-hari. American Academy of Pediatrics menyarankan Teknik Rapid Attention Back dan Forth Communication Test atau dikenal dengan Rapid ABC. Yaitu cara mendektesi dini dengan memberikan kegiatan sederhana pada anak yang melibatkannya secara aktif. Sehingga dapat menunjukkan keretlibatan dan komunikasi anak. Gerakan berulang dan kurangnya kontak mata bisa menjadi tanda dan gejala awal dimana kita harus berkonsultasi pada ahli yang berkecimpung di bidang autisme.
Selain itu, cara lain mendektesi dini adalah perhatian orang tua terhadap anaknya dengan menjawab pertanyaan dibawah ini:
- Apakah anak memiliki rasa tertarik pada anak-anak yang lain? Ajaklah anak bermain ke luar rumah. Bila ada anak lain yang ikut bermain dengan anak kita, lihatlah, anak kita memiliki ketertarikan dengan anak tersebut.
- Apakah anak pernah menggunakan telunjuk untuk menunjukkan ketertariknya pada sesuatu? Lihatlah Ketika bereaksi terhadap sesuatu yang dilihat olehnya, apakah ia menunjuk sesuatu dengan jari telunjuk apa tidak.
- Apakah anak kita menatap mata kita lebih dari 1 atau 2 detik?
- Apakah anak meniru kita? Misalnya, bila kita membuat raut wajah tertentu, apakah anak kita menirunya?
- Apakah memberi reaksi bila Namanya dipanggil?
- Bila anak menunjuk pada sebuah mainan di sisi lain ruangan, apakah dia melihat maniaan tersebut?
- Apakah anak pernah bermain ”sandiwara”? Misalnya anak berpura-pura bicara di telepon atau menyerupai boneka (jika anak perempuan).
Jika orang tua menjawab minimal 2 dari pertanyaan itu dengan TIDAK, maka anak berpeluang menderita autisme. Diagnosis dini pada anak autis sangat menentukan masa depannya. Untuk membantu menstimulasi perkembangan anak, orang tua bisa melakukan hal-hal lain di rumah seperti:
- Memberikan stimulasi dua arah
- Selalu berbicara dengan anak.
- Beridorongan pada anak agar anak mau bertanya.
- Dengarkan anak dan ajak bermain.
- Bacakan cerita menjelang mau tidur.
- Setiap mengajarkan kata, tunjukkan bendanya.
- Rencanakan jalan-jalan.
Ada 3 tahap terapi yang harus dilakukan oleh orang tua.
- Terapi Perilaku
Sebelum memberikan jenis terapi lain, pastikan kita memberi terapi perilaku pada anak, karena perilaku sangatlah penting untuk anak penyandang autisme. Terapi perilaku berfokus pada penanganan yang bersumber pada respon anak Ketika kita memberi instruksi kepadanya. Dalam terapi perilaku ini tidak ada salah dan benar. Jika respon negatif jangan pernah marahin anak.
- Terap okupasi
Setelah kita selesai memberi terapi perilaku, berikanlah anak terapi okupasi. Terapi okupasi berkaitan dengan saraf motoric. Dalam kasus ini, kemampuan motoric sangat diperlukan oleh anak-anak penyandang autis agar mereka belajar mandiri.
- Terapi wicara
Bagi anak-anak autis masalah terbesar adalah cara berkomunikasi. Setelah seorang telah mengikuti terapi perilaku dan terapi okupasi, berikan dia terapi wicara.
Jika memang hasil akhir diagnose autis, jangan lekas merasa bersalah dengan menyalahkan dirikita. Sebaliknya, usahakan tertap memberikan kasih sayang layaknya pada anak normal. Anak autis hanyalah anak yang punya kondisi ‘khusus’ yang sedikit berbeda dengan anak lainnya. Sedari pula bahwa anak autis adalah anak yang special, karena memiliki kemampuan yang berbeda dengan anak pada umumnya. Karena itu penanganannya harus special. Konsultasikan secara rutin denga pakar autisme, sehingga secepat mungkin ditangani. Ada yang paling penting bagi orang tua , selalu berikan perhatian tulus kepada anak kita bagaimanapun kondisinya.
——-
Didalam firman Allah yang berkaitan perhatian orang tua kepada anak-anaknya secara umum, tidak boleh di bunuh / dibinasakan meskipun dalam keadaan apapun fisiknya dan ekonomi orang tuanya, karena Allah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan orang tua nya. Diantaranya firman Allah Ta’ala :
ولا تقتلوا أولادكم خشية إملاق نحن نرزقهم وإياكم, إن قتلهم كان خطئا كبيرا
Artinya: “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin, Kamilah yang memberikan rezeki kepada mereka dan juga kepada kalian, sesungguhnya membunuh mereka termasuk kesalahan (dosa) besar.” (QS. Al-Isra’: 31)
Demikian pembahasan diatas secara ringkas, semoga bermanfaat.
Sumber dari:
‘kenali tanda dan gejala autisme semenjak dini’ karya oleh Abu Yasir,S Psi. Majalah al Mawaddah vol.65/syawal 1434H hal.59-61.
BACA JUGA:
Leave a Reply