Keistimewaan Al-Qur’an dibanding kitab-kitab suci sebelumnya

keistimewaan al-qur'an dibanding kitab suci sebelumnya

Keistimewaan Al-Qur’an dibanding kitab-kitab suci sebelumnya – Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wasallam. Turunnya Al-Qur’an menjadi pedoman  manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an memiliki beberapa keistimewahan Al-Qur’an yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab suci sebelumnya:

Pertama : Al-Qur’an mudah untuk dihapalkan

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا ٱلۡقُرۡءَانَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِن مُّدَّكِر

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran[1]

Para ulama menjelaskan seperti Al-Qurthubi bahwa Allah Subhanahu Wata’ala memudahkan Al-Qur’an mudah untuk dipelajari dari dua sisi:

Sisi pertama adalah mudah untuk dihafal. Kita dapati bukti hal ini bahwa banya orang yang mudah menghafalkan Al-Qur’an, dan ini tidak berlaku pada kitab-kitab sebelumnya. Bahkan di zaman Nabi Musa ‘Alaihissalam tidak ada yang menghafalkan Taurat kecuali beberapa di antarannya adalah Nabi Musa ‘Alaihissalam, Yusya’ bin Nun, Nabi Harun ‘Alaihissalam, dan Uzair. Ketika kita membaca sejarah tentang mengapa ‘Uzair disebut sebagai anak Allah, akan kita dapati bahwa hal tersebut disebabkan karena ‘Uzair bisa mendikte Taurat dari hafalannya, dan orang-orang yang melihatnya kemudian kagum. Ini menunjukkan bahwa orang-orang di zaman ‘Uzair tidak ada yang menghafal Taurat. Demikian pula di zaman sekarang tidak kita dapati orang-orang yang menghafalkan injil. Sebaliknya, betapa banya orang yang tidak bisa berbahasa Arab sama sekali namun mereka bisa menghafalkan Al-Qur’an. Yang lebih menakjubkan lagi kita dapati zaman sekarang orang yang terganggu otaknya ternyata bisa menghafalkan Al-Qur’an. Oleh karenanya inilah di antara keistimewahan Al-Qur’an.

Sisik kedua adalah mudah untuk mengambil pelajaran dari Al-Qur’an. Kita ketahui bahwa Al-Qur’an memiliki beberapa metode dalam menyampaikan pelajaran. Ada dengan metode kisah, ada metode balaghah yang luar biasa, ada metode perumpamaan-perumpamaan, dan metode-metode lainnya. Artinya adalah Al-Qur’an bisa untuk semua kalangan, sehingga orang awam yang membaca Al-Qur’an juga bisa mendapatkan hidayah. Dan betapa banyak kita lihat orang-orang kafir yang membaca terjemahan Al-Qur’an, ternyata bisa mendapat hidayah dan masuk islam. Kita membenarkan bahwa ada bagian-bagian dari Al-Qur’an yang hanya bisa dipahami oleh para ulama, akan tetapi lebih banyak bagian-bagian yang bisa semua orang memahaminya secara global. Oleh karenanya, betapa banyak pula kita dapati orang yang menbaca Al-Qur’an kemudian mereka menangis, tidak lain karena Al-Qur’an memang mudah untuk diambil pelajaran, dan ini kemudahan yang diberikan dari Al-Qur’an. Ibnu Hajar berkata, “karena menghafal Taurat dan Injil tidaklah mudah sebagaimana mudahnya menghafal Al-Qur’an yang merupakan kekhususan umat ini[2] 

Kedua: Al-Qur’an adalah mujizat.

Ibnu Hajar Rahimahullah berkata: “Mujizat setiap Nabi di zamannya sesuai dengan (apa yang digandrungi) oleh penduduk zaman tersebut”[3]

Ketika Nabi Muhammad diutus, saat itu orang-orang musyrikin Arab sedang berbangga-bangga dengan syair-syair mereka. Bahkan mereka mengadakan berbagai macam lomba syair-syair. Allah Subhanahu Wata’ala pun menunjukkan mujizat kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi Wasallam yang berkaitan dengan perkara yang sedang mereka gandrungi saat itu yaitu balaghah dan syair. Hal ini seperti tatkala Allah mengutus Nabi Yusuf, ketika itu banyak orang yang dikenal dengan ahli menafsirkan mimpi. Namun, ketika sang raja bermimpi maka tidak ada seorangpun di antara mereka yang mampu menafsirkan mimpi raja. Dan hanya Nabi Yusuf ‘Alaihissalam yang mampu menafsirkan mimpi raja. Ketika Allah mengutus Nabi Isa ‘Alaihissalam, Allah Subhanahu Wata’ala mengutus Nabi Isa dengan mujizat pengobatan karena pada zaman tersebut sedang ramai masalah pengobatan. Demikian pula di zaman Namu Musa ‘Alaihis salam yang sedang ramai perkara sihir. Maka Allah Subhanahu Wata’ala turunkan mujizat kepada Nabi Musa yang sekilas seperti sihir namun bukan sihir.[4] Oleh karenanya, demikianlah di zaman Nabi Shalallahu ‘alaihi Wasallam, tatkala orang-orang musyrikin sedang saling berbangga-bangga dengan kemampuan mereka dalam balaghah dan syair, maka Allah Subhanahu Wata’ala turunkan Al-Qur’an yang mengalahkan segala balaghah dan bahasa yang mereka miliki, padahal mereka berbicara dengan huruf-huruf tersebut namun merka tidak anggup mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an. Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman:

قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡض ظَهِيرا

Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al- Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”[5]

Demikian juga firman Allah Subhanahu Wata’ala yang memberikan tantangan kepada mereka:

أَمۡ يَقُولُونَ ٱفۡتَرَىٰهُۖ قُلۡ فَأۡتُواْ بِعَشۡرِ سُوَر مِّثۡلِهِۦ مُفۡتَرَيَٰت وَٱدۡعُواْ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ

Artinya: “Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar””[6]

Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu Wata’ala juga menantang mereka lagi dengan mengatakan:

وَإِن كُنتُمۡ فِي رَيۡب مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَة مِّن مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al -Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar[7]

Di sinilah hakikat mujizat Al-Qur’an yaitu tekah datang tantangan dari Allah kepada seluruh manusia akan tetapi merekatidak mampu untuk mendatangkan yang semisal Al-Qur’an. Dan tidaklah mujizat sempurna kecuali jika terpenuhi tiga syarat, yaitu:

  1. Tantangan untuk mendatangkan yang semisalnya dengan tantangan terang-terangan, serta penegasan bahwa tidak akan ada yang mampu mendatangkan yang semisalnya.
  2. Terkumpul pada yang ditantang segala faktor yang memotivasi untuk memenuhi tantangan tersebut namun ia tidak mampu. Dalam hal ini orang-orang Quraisy (dan Arab secara umum) ketika itu benar-benar ingin menghancurkan dakwah Nabi yang mengaku bahwa Allah telah menurunkan firmanNya kepada Nabi. Betapa semangatnya mereka untuk membuktikan Nabi adalah seorang pendusta. Dengan demikian faktor yang memotivasi mereka untuk menyambut tantangan mendatangkan semisal Al-Qur’an sangat kuat. Akan tetapi merka ternyata tidak mampu.
  3. Tidak ada halangan secara fisik pada mereka untuk menyambut/menjawab tantangan tersebut. Lain halnya kalau mereka dipenjara atau dipotong tangan mereka dan lisan mereka, kenyataannya mereka (kaum Musyrikin Arab) dalam kondisi sehat bahkan dalam kondisi lagi hebat-hebatnya dalam membuat syair dan prosa-prosa Arab, akan tetapi ternyata mereka tidak mampu mendatangkan semisal Al-Qur’an.

Adapun sisi mukjizat Al-Qur’an[8] adalah:

Dari sisi bahasanya:

  • Al-Qur’an tersusun dengan balaghah dan fashahah pada tata bahasanya yang ternyata tidak bisa ditiru oleh kaum musyrikin Arab.
  • Demikian juga dari sisi Al-Qur’an tidak sama dengan syair dan tidak pula sama dengan prosa-prosa bahasa Arab.

Dari sisi kandungan Al-Qur’an yang berisi banyak hal yang menakjubkan, diantaranya:

  • Dari sisi informasi-informasi sains yang baru bisa diketahui oleh manusia kebenarannya setelah ratusan tahun kemusian atau setelah lebih dari seribu tahun.
  • Dari sisi informasi yang detail terkait kisah-kisah umat terdahulu padahal Nabi adalahseorang yang tidak bisa baca dan tulis, dan hanya tinggal di hijaz di antara kaum yang juga kebanyakannya adalah tidak bisa baca dan tulis serta jauh dri kemoderenan.
  • Begitu banyak pendalilan secara akal dalam Al-Qur’an yang menakjubkan.

Dari sisi pengaruhnya:

  • Sungguh Al-Qur’an adalah kitab sebaik-baik nasihat, nasihat dengan berbagai metode.
  • Pengaruh yang luar biasa yang membuka begitu banyak orang terenyuh dan menangis tatkala mendengar lantunan ayat-ayatnya. Betapa banyak juga orang masuk islam karena hanya sekedar membaca Al-Qur’an atau ,endengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an.

Sesungguhnya  sisi-sisi mukjizat Al-Qur’an banyak. As-Suyuthu telah mengumpulkan 35 sisi mukjizat Al-Qur’an dalam kitabnya Mu’tarak al-Aqron fi I’jaaz Al-Qur’an.

Ketiga: Al-Qur’an adalah Muhaimin

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَة وَمِنۡهَاجاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّة وَٰحِدَة وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨

Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu[9]

Adapun makna Al-Qur’an sebagai Muhaimin adalah sebagai kepercayaan, saksi, dan hakim bagi kitab-kitab suci terdahulu. Maksudnya adalah Al-Qur’an sebagai saksi akan kebenaran kitab-kitab suci terdahulu pernah diturunkan kepada para nabi sebelumnya. Al-Qur’an mengkukuhkan isi kandungan kitab-kitab suci sebelumnya tentang tauhid dan hari akhir, bahkan Al-Qur’an menambah penjelasan yang lebih rinci. Demikian juga Al-Qur’an menjadi kepercayaan kitab suci sebelumnya, maka apa saja yang menyelisihi Al-Qur’an maka Al-Qur’an lah yang penentu. Al-Qur’an menjelaskan akan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kitab-kitab suci sebelumnya. Dan Al-Qur’an sebagai Hakim yaitu Al-Qur’an menetapjan hukum-hukum kitab suci sebelumnya yang masih berlaku dan memansukh-kan sebagian hukum-hukum yang ada pada kitab-kitab suci sebelumnya.[10]

Keempat: Al-Qur’an terjaga keautentikannya

Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an mendapatkan jaminan penjagaan dari Allah Subhanahu Wata’ala langsung. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: Di antara bentuk penjagaan Allah kepada Al-Qur’an adalah Allah memudahkan Al-Qur’an untuk dihafal di dada-dada kaum muslimin.(QS. Al-Hijr: 9)

Allah berfirman: “Demikian juga di antara bentuk penjagaan Allah adalah Al-Qur’an tidak bia ditambah-tambah dan dikurang-kurangi. (Qs.Al-Ankabut: 490).

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

لَّا يَأۡتِيهِ ٱلۡبَٰطِلُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَلَا مِنۡ خَلۡفِهِۦۖ تَنزِيل مِّنۡ حَكِيمٍ حَمِيد ٤٢

Artinya: “Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji[11]

Adapun kitab-kitab sebelumnya, Allah Subhanahu Wata’ala memrintahkan manusia untuk menjaganya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِنَّآ أَنزَلۡنَا ٱلتَّوۡرَىٰةَ فِيهَا هُدى وَنُورۚ يَحۡكُمُ بِهَا ٱلنَّبِيُّونَ ٱلَّذِينَ أَسۡلَمُواْ لِلَّذِينَ هَادُواْ وَٱلرَّبَّٰنِيُّونَ وَٱلۡأَحۡبَارُ بِمَا ٱسۡتُحۡفِظُواْ مِن كِتَٰبِ ٱللَّهِ وَكَانُواْ عَلَيۡهِ شُهَدَآءَۚ فَلَا تَخۡشَوُاْ ٱلنَّاسَ وَٱخۡشَوۡنِ وَلَا تَشۡتَرُواْ بِ‍ايَٰتِي ثَمَنا قَلِيلاۚ وَمَن لَّمۡ يَحۡكُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ ٤٤

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”[12]

Kenyataannya, mereka menyelisihi perintah Allah Subhanahu Wata’ala tersebut sehingga terjadilah banyak penyimpangan. Penyimpangan tersebut adalah:

  • Ayat terlupakan

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

فَبِمَا نَقۡضِهِم مِّيثَٰقَهُمۡ لَعَنَّٰهُمۡ وَجَعَلۡنَا قُلُوبَهُمۡ قَٰسِيَةۖ يُحَرِّفُونَ ٱلۡكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَنَسُواْ حَظّا مِّمَّا ذُكِّرُواْ بِهِۦۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَآئِنَة مِّنۡهُمۡ إِلَّا قَلِيلا مِّنۡهُمۡۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱصۡفَحۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

Artinya: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik[13]

Disebutkan pada ayat ini bahwasanya ada ayat-ayat yang dilupakan oleh mereka. Ini terjadi karena mereka tidak menghafal ayat-ayat tersebut. Berbeda dengan Al-Qur’an, Allah Subhanahu Wata’ala menakdirkan untuk memberi kemudahan bagi umat islam untuk m,enghafalnya. Terbukti, bukan orang dewasa saja yang bisa menghafal Al-Qur’an, akan tetapu anak kecil yang belum baligh pun Allah mudahkan untuk menghafal Al-Qur’an.

  • Tafsir secara serampangan

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

مِّنَ ٱلَّذِينَ هَادُواْ يُحَرِّفُونَ ٱلۡكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِۦ وَيَقُولُونَ سَمِعۡنَا وَعَصَيۡنَا وَٱسۡمَعۡ غَيۡرَ مُسۡمَع وَرَٰعِنَا لَيَّۢا بِأَلۡسِنَتِهِمۡ وَطَعۡنا فِي ٱلدِّينِۚ وَلَوۡ أَنَّهُمۡ قَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَا وَٱسۡمَعۡ وَٱنظُرۡنَا لَكَانَ خَيۡرا لَّهُمۡ وَأَقۡوَمَ وَلَٰكِن لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفۡرِهِمۡ فَلَا يُؤۡمِنُونَ إِلَّا قَلِيلا

Artinya; “Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa´ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis”[14]

  • Menyembunyikan sebagian ayat

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ كَثِيرا مِّمَّا كُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرۚ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُور وَكِتَٰب مُّبِين

Artinya; “Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan[15]

Di antara contoh kisah yang menjelaskan hal ini adalah hadits Abdullah bin Salam Radhiallahu ‘anhu yang menceritakan tentang orang-orang Yahudi yang menyembunyikan ayat rajam.[16]

  • Mengarang ayat-ayat baru

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

فَوَيۡل لِّلَّذِينَ يَكۡتُبُونَ ٱلۡكِتَٰبَ بِأَيۡدِيهِمۡ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنۡ عِندِ ٱللَّهِ لِيَشۡتَرُواْ بِهِۦ ثَمَنا قَلِيلاۖ فَوَيۡل لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتۡ أَيۡدِيهِمۡ وَوَيۡل لَّهُم مِّمَّا يَكۡسِبُونَ ٧٩

Artinya; “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan[17]

Karena empat sebab inilah akhirnya kitab-kitab yang datang sebelum Al-Qur’an mengalami banyak peubahan pada saat ini.

Referensi:                                                       

Andirja, Firanda. 2021. Syarah Rinci Rukun Iman. Jakarta: UFA Office

Diringkas oleh Ramadheo syanufa (pengabdian  Ponpes Darul Qur’an wal Hadits OKU Timur)


[1] Qs. Al-Qamar: 17

[2] Fath al-Bari, Ibnu Hajar 1/25

[3] Al-Bidaayah wa an-Nihaayah 2/486

[4] Al-Bidaayah wa an-Nihaayah 2/486

[5] QS.Al-Isra’:88

[6] QS.Hud:13

[7] QS.Al-Baqarah: 23

[8] Lihat Al-Jawab ‘Alaihissalam-Shahih Liman Baddala Diin al-Masih, Ibnu Taimiyyah (5/428)

[9] QS. Al-Maidah: 48

[10] Majmu’ al-Fatawa

[11] QS. Fusshilat: 42

[12] QS. Al-Maidah: 44

[13] Qs.Al-Maidah:13

[14] Qs. An-Nisa: 46

[15] Qs. Al-Maidah: 15

[16] HR. Bukhori No.3635

[17] QS. Al-Baqarah: 79

BACA JUGA :

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.