INGATLAH WAHAI PENISTA AGAMA

ingatlah wahai penista agama

Ingatlah wahai penista agama – Segala puji bagi Allah shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasul-Nya, para sahabat, dan orang-orang yang meniti jalannya. Amin.

Telah muncul beberapa fenomena yang menyayat hati kaum muslimin. Berkembang dan merebak dengan cepatnya. Tidaklah ada satupun negeri- negeri Islam melainkan telah terjangkiti virus berbahaya ini.

Wabah itu adalah sikap memperolok-olok kaum muslimin dan menistakan agama Allah Kenyataan pahit ini hakikatnya telah merobohkan sendi-sendi dan dasar fondasi agama seseorang, meruntuhkan semua tiang penopang, sehigga sudah tidak tersisa secuil pun bagian dari agamanya. Tidak ada alasan lain melainkan karena kaum muslimin telah beriman kepada Allah dan telah mengikuti Rasulullah Allah subhanallah ta’ala berfirman:

وَمَا نَقَمُوا مِنْهُم إلآ أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَلأرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيد

Artinya:

“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang muk- min itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji, yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (QS al-Burüj (85): 8-9)

Maka bagi siapa pun yang mau menilik sejarah, dia akan mengetahui bahwa fenomena ini tidak terjadi separah dari apa yang telah terjadi di masa dan di zaman kita hari ini; hal itu dikarenakan be- berapa sebab:

Pertama: Karena sudah semakin jauhnya kaum muslimin dari mempelajari kitab Allah dan sun- nah Rasulullah.

Kedua: Semakin gencarnya para misionaris nasrani dalam upayanya untuk menaklukkan negeri- negeri Islam.

Ketiga: Telah dikuasainya media-media informatika baik elektronika maupun cetak yang semakin membantu tersebarnya propagada-propaganda yahudi.

Keempat: Menyusupnya para orientalis Barat di tubuh kaum muslimin, dengan berbaju Islam namun justru memperkeruh Islam dan menggambarkan Islam sebagai agama yang kejam dan menakutkan.

Sebab-sebab di atas adalah kenyataan yang terpampang di depan mata yang sudah tidak diragu- kan lagi. Banyak sekali dalil dari ayat-ayat yang akan membukakan mata kita dari fenomena tersebut.

BERITA AL-QUR’AN TENTANG PENISTAAN AGAMA

Ayat-ayat al-Qur’an telah menampakkan kepada kita tentang fenomena di atas, dalam dua sisi:

Pertama: Allah subhanallahu ta’ala telah mengabarkan kepada kita bahwa misi orang-orang kafir di setiap waktu

dan tempat adalah memperolok kaum muslimin karena keimanan mereka kepada Allah dan kenyataan ini banyak ditunjukkan di dalam al-Qur’an, di antaranya:

Allah subhanallahu ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَة ِوَاللَّهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS al-Baqarah (2): 212)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يَحَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِءُونَ

Artinya:

“Alangkah besarnya penyesalan terhadap ham- ba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu mem- perolok-olokkannya”. (QS Yāsīn (36): 30)

Allah subhanallah ta’ala juga berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُواْ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا يَضْحَكُونَ ٢٩ وإذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَرُونَ    ٣٠وإذا انقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ أَنقَلَبُوا فَكِهِينَ ٣١وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُونَ ٣٢ وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَفِظِيْنَ٣٣

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang- orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apa- bila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya me- reka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin”. (QS.  al-Muthaffifin (83): 29-33)

Ayat-ayat di atas menginformasikan kepada kita bahwa memperolok kaum muslimin adalah salah satu sifat dari sifat-sifatnya orang-orang kafir untuk menghalangi dakwah para rasul dan pengikut mereka dan menghalangi-halangi manusia dari menerima agama Allah.

Kedua: Allah juga mengabarkan bahwa di setiap kaum yang diutus pada mereka seorang nabi dan rasul maka serangan pertama yang mereka luncurkan adalah memperolok orang- orang yang berusaha mengimaninya.

Dalam kisah Nabi Nuh bersama kaumnya, Allah menggambarkan:

فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَوْمِهِ مَا نَرَنكَ إلا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَبِّكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَذِبِينَ

Artinya:

“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: “Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) se- kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami yang lekas per- caya saja, dan kami tidak melihat kamu memi- liki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. Hūd (11): 27)

Dalam kisah Nabi Hud bersama kaumnya, Allah subhanallahu ta’ala menggambarkan:

قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن قَوْمِهِ إِنَّالَتَرَككَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَذِبِينَ

Artinya:

“Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya ber- kata: “Sesungguhnya kami benar-benar meman- dang kamu dalam keadaan kurang akal dan se- sungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS al-A’raf (7): 66)

Dalam kisah Nabi Musa alaihi wasallam bersama kaum- nya, Allah subhanallahu ta’ala menggambarkan:

وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ، قَالَ يَنقَوْمِ أَلَيْسَ لِي مل مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَرُ تَجْرِي مِن تَحْتِى أَفَلَا تَبْصِرُونَ  ٥١ أمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌوَلَا يَكَادُ يُبِين ٥٢  فَلَوْلَا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌ مِّن ذَهَبٍ أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلَائِكَةُ مُقْتَرِنِين

Artinya:

“Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)? Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?” (QS az-Zukhruf (43): 51-53)

Dalam demikian juga Nabi Muhammad ketika berdakwah, Allah subhanallah ta’ala menggambarkan:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ عَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُكَمَا ءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنلَّا يَعْلَمُون  ١٣َوَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُواءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَانَحْنُ مُسْتَهْزِءُون  ١٤ اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ ١٥

Artinya:

“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah ber- iman.” Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mer- ekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kem- bali kepada setan-setan mereka, mereka me ngatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka”. (QS al-Baqarah (2):13-15)

HUKUM MEMPEROLOK KAUM MUSLIMIN

Maka kami katakan bahwa mengolok-olok seorang muslim memiliki dua hukum:

Pertama: Mengolok-olok fisik seorang muslim atau sifat-sifat tertentu yang dimilikinya seperti si jangkung, si cebol, si pincang, si buta, atau du- ngu, pandir, psikopat.

Maka jenis ini jelas hukumnya haram karena ter- masuk salah satu dosa besar yang Allah sangat mewanti-wanti agar kita jangan sampai terjerumus di dalamnya, dan mengancam pelakunya dengan hukuman yang pedih. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ١١

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah se- kumpulan orang laki-laki merendahkan kum- pulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula se- kumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sen- diri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. al-Hujurat (49): 11)

Barang siapa terjerumus di dalamnya maka hendaklah segera berhenti dan bertaubat yang se- jujurnya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.

Kedua: Mengolok-olok seorang muslim karena ia mengerjakan perintah Allah dan sunnah nabi Barang siapa terjerumus di dalamnya maka hendaklah segera berhenti dan bertaubat yang se- jujurnya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya kembali.

Kedua: Mengolok-olok seorang muslim karena ia mengerjakan perintah Allah dan sunnah na- bi-Nya seperti mengolok-olok seorang yang rajin mengerjakan shalat, yang selalu mengajak manu- sia untuk ketaatan kepada Allah mengata ngatai seorang yang memanjangkan jenggot atau mengangkat kain di atas mata kaki (tidak isbal) karena ingin meneladani Rasulullah.

Maka jenis yang kedua ini hukumnya lebih berat dari yang pertama, namun demikian tidak boleh gegabah menghukuminya sebagai pelanggaran yang sangat berat sebelum mencermati terlebih da- hulu apa motif dari perbuatan tersebut, karena ada beberapa kemungkinan.

1) Bisa jadi pelakunya adalah jahil tidak mengerti hukum bahwa yang dia hina adalah syari’at Allah seperti seorang yang mengata-ngatai seorang yang memendekkan kain celana di atas mata kaki, karena dia tidak mengetahui laran- gan isbal (mengulurkan kain celana/sarung me- nutup mata kaki).

2) Atau bisa jadi dia tidak memaksudkan dengan olok-olokannya tersebut dari sisi ibadah, tetapi dia hanya menganggap perkara itu jelek/tidak bagus menurut pandangannya, seperti seorang yang menghina jenggot bukan karena jenggot itu sunnah Nabi, melainkan karena menu- rutnya jenggot itu norak, tidak rapi.

Bila penista itu bukan termasuk dari dua kategori di atas, namun dia mengolok-olok seorang muslim karena muslim itu melakukan perbuatan yang wajib maupun sunnah, maka pelakunya dihukumi

murtad-keluar-dari Islam jika dia seorang muslim, dan wajib bagi waliyul-amri untuk memberikan sanksi kepadanya sebagai seorang yang murtad; diminta untuk bertaubat selama tiga hari, jika dia enggan maka dia dibunuh dengan pedang, dan jasadnya tidak boleh dishalati juga tidak boleh dikuburkan di pekuburan kaum muslimin, ahli warisnya tidak boleh mewarisi hartanya, jika istrinya seorang muslimah maka wajib diceraikan darinya tatkala dia masih hidup dan berlaku hukum-hukum yang lain seputar hukuman bagi orang yang murtad dari agama Islam.

Dan perkara di atas telah ditetapkan baik oleh al-Qur’anulkarim, as-sunnah, dan juga akal sehat. Dalil dari al-Qur’an, Allah subhanallah ta’ala berfirman:

يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُم بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِءُ وَا إِنَّ اللَّهَ مُخْرِجُ مَا تَحْذَرُونَ ٦٤ وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّه وَمَايَنَيْهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ ٦٥ لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ ٦٦

Artinya:

“Orang-orang yang munafik itu takut akan di- turunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan me- nyatakan apa yang kamu takuti itu. dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. at-Taubah (9): 64-66)

Sisi pengambilan dalil dari ayat di atas akan lebih jelas jika kita menilik asbabunnuzül ayat tersebut. Ibnu Jarir ath-Thabari meriwayatkan dalam Tafsirnya, dari ‘Abdullah bin ‘Umar, beliau berkata: “Ber- kata seorang laki-laki pada Perang Tabuk dalam suatu majelis: ‘Aku tidak pernah melihat semisal para pembaca al-Qur’an (Nabi dan kaum muslimin) melainkan seorang yang buncit perutnya, paling dusta lisannya, dan paling pengecut tatkala bertemu musuh.’ Ada seorang yang mendengar lalu berkata: ‘Kamu telah berdusta. Akan kulaporkan kepada Rasulullah.” Sesampainya berita itu kepada Rasulullah dan turunlah wahyu Allah berkata ‘Abdullah bin Umar “Sungguh aku melihat orang tersebut (si penghina) bergelantungan di sisi unta Rasulullah meminta udzur (mengemukakan alasan agar dimaafkan) seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah kami hanya bercanda dan bermain-main.’ Namun, Rasulullah menyangkal: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat- Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.’

Referensi :

Ingatlah Wahai Penista Agama di susun oleh Abdussalam Ibn Barjas Majalah As-Sunnah Edisi 178/Thn 16

Diringkas oleh : Meilinda Sari (Pengabdian Ponpes Darul Quran Wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.