Hanya Membutuhkan Ajaran Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam Saja

HANYA MEMBUTUHKAN AJARAN RASULULLAH SAJA

HANYA MEMBUTUHKAN AJARAN RASULULLAH SHALLALAHU ALAIHI WASALLAM SAJA

Salah satu keistimewaan ajaran islam yang dibawa Rasullullah muhammad shallalahu alaihi wasallam adalah al-kamal (kesempurnaan). Allah azza wajalla sudah berfirman dalam kitab-Nya;

آلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتىِ وَرَضِيْتُ لَكُمٌ آْلْإِسْلَمَ دِيْناً

Artinya:

“Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk Kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai islam itu menjadi agama bagimu.(QS. Al-Maidah/5: 3)

Rasulullah shallalahu alaihi wasallam bersabda :

تَرَكْتُكُمْ عَلىَ مِثْلِ الْبَيْضاَءِ لَيْلُهاَ كَنَهاَرِهاَ لاَيَزِيْغُ عَنْهاَ إِلاَ هاَلِكٌ

Artinya:

Aku tinggalkan kalian dalam keadaan terang-benderang, malam seperti siang,tidak sesat dari jalan itu kecuali orang yang binasa. (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah no.48)

Dari Salman al-Farisi, ada seseorang berkata dengan nada mengejek kepadanya, “Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu termasuk adab buang hajat?”. Ia menjawab,” Benar!, Beliau shallalahu alaihi wasallam melarang kami menghadap kiblat bagi orang yang buang air besar atau orang yang kencing, atau beristinja dengan tangan kanan, atau beristinja dengan batu yang kurang dari tiga buah, atau beristinja’ denga kotoran hewan atau tulang”. (HR. Muslim no.262)

Ini menunjukkan tentang kesempurnaan syariat islam dan cakupannya yang luas terhadap semua yang dibutuhkan oleh umat, termasuk adab-adab buang hajat.

Imam Al-Bukhari Rahimahullah meriwayatkan dalam Shahihnya (no.5598) dari Abul Juwairiyah,ia berkata, “Aku bertanya Ibnu ‘Abbaas tentang al-badziq (sejenis minuman memabukkan)”. Maka, Ibnu Abbas Radhiallahu anhuma menjawab, Rasulullah Muhammad Shallalahu alaihi wasallam telah menjelaskan masalah al-badziq. Yaitu, apa saja yang memabukkan,maka hukumnya haram. Minuman yang halal itu baik. Dan tidak ada setelah yang lagi baik kecuali haram yang buruk”.

Maksudnya, jenis minuman al-badziq memang tidak ada pada masa nabi shallalahu alaihi wasallam, akan tetapi, risalah yang dibawa nabi shallalahu alaihi wasallam telah mencakup minuman itu dan minuman lain yang memabukkan. Keharaman minuman yang memabukkan masuk dalam keumuman muatan hadits,” Apa yang memabukkan, maka itu haram.”

Kandungan hadits ini yang umum mencakup segala sesuatu yang memabukkan pada masa Nabi shallalahu alaihi wasallam dan yang ada pada masa sepeninggal Beliau shallalahu alaihi wasallam, baik berupa barang cair, padat, maka hukumnya haram. Jika tidak, maka hukumnya halal.

Mari kita simak ulasan Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah yang panjang lebar mengenai kesempurnaan ajaran islam, sehingga akan menambah pemahaman kita bahwa umat islam mesti komitmen dengan petunjuk-petunjuk yang ada, tanpa menambahi atau mengurangi dari ajaran Nabi shallalahu alaihi wasallam.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, ”ini adaah salah satu prinsip yang paling penting dan bermanfaat, yang bertumpu pada satu kalimat, yaitu risalah nabi shallalahu alaihi wasallam mencakup semua yang yang di butuhkan oleh para hamba dalam urusan pengetahuan,ilmu dan perbuatan-perbuatan, dan Allah azza wajalla tidak menjadikan umat manusia memerlukan seorangpun sepeninggal Beliau shallalahu alaihi wasallam. Mereka hanya butuh orang yang menyampaikan kepada mereka risalah yang dibawa nabi shallalahu alaihi wasallam.

Risalah yang dibawa nabi shallalahu alaihi wassalam memiliki dua aspek keumuman yang terjaga yang tidak terbatasi oleh pengkhususan apapun. Yang pertama adalah keumuman yang ditinjau dari aspek umat manusia yang menjadi obyek risalah yang beliau bawa. Yang kedua ialah keumuman yang berhubungan dengan semua kebutuhan umat yang menjadi obyek risalah. Beliau shallalahu alaihi wasallam yang sudah terpenuhi, baik dalam perkara pokok-pokok agama atau cabang-cabangnya.

Risalah yang beliau shallalahu alaihi wasallam emban sudah mencukupi, sempurna dan bersifat menyeluruh pada semua aspek, tidak membuat umat merasa butuh kepada ajaran yang lain.

Keimanan kepada nabi shallalahu alaihi wasallam juga tidak menjadi sempurna kecuali dengan mengimani keumuman risalah beliau pada dua hal tersebut. Maka, seseorang mukallaf tidak boleh keluar dari ajaran risalah beliau shallalahu alaihi wasallam. Demikian juga, kebenaran yang dibutuhkan umat dalam keilmuan dan amalan-amalan tidak keluar dari risalah yang di bawa oleh beliau shallalahu alaihi wasallam. Sebab, tidaklah ada seekor burung yang mengepak-ngepakkan dua sayapnya di langit kecuali beliau shallalahu alaihi wasallam menyebutkan darinya ilmu bagi umat. Beliau shallalahu alaihi wasallam juga telah mengajari umat segala sesuatu, hingga adab-adab buang hajat, adab jima’, adab tidur, berdiri, duduk, makan, minum, menaiki kendaraan, turun darinya, adab safar dan tinggal di suatu tempat, diam, bicara, menyendiri, berkumpul dengan orang lain, adab orang kaya, adab orang miskin, adab saat sehat dan sakit dan seluruh hukum saat orang masih hidup dan setelah meninggal.

Beliau shallalahu alaihi wasallam juga telah menceritakan kepada umat tentang sifat-sifat Arsy, kursi, malaikat, jin, neraka, surga dan hari kiamat dan segala hal yang terjadi pada hari itu,sehingga tampak jelas seakan-akan terlihat oleh mata.

Beliau shallalahu alaihi wasallam sudah mengenalkan kepada manusia Rabb sesembahan mereka dengan sebaik-baiknya, sehingga seolah-olah mereka melihat dan menyaksikan-Nya, dengan menyebutkan sifat-sifat kesempurnaan dan kebesaran-Nya.

Beliau shallalahu alaihi wasallam juga telah memperkenalkan kepada mereka para nabi dan umat-umat mereka serta peristiwa-peristiwa baik yang terjadi pada mereka dan hal-hal buruk yang mereka alami bersama umat-umat mereka, sehingga seolah-olah para nabi berada di tengah mereka.

Beliau shallalahu alaihi wasallam juga telah memberitahukan kepada mereka jalan-jalan kebaikan dan keburukan, yang kecil maupun yang besar, denga keterangan detail yang tidak dilakukan nabi sebelum beliau shallalahu alaihi wasallam kepada umatnya.

Beliau shallalahu alaihi wasallam juga telah memprkenalkan kepada mereka keadaan-keadaan dalam kematian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam barzakh, serta kenikmatan dan siksa kubur yang dialami oleh ruh dan badan, dengan penjelasan yang sangat terang yang tidak dilakukan nabi yang lain.

Demikian pula, beliau shallalahua alaihi wassalam telah memberitahukan kepada mereka dalil-dalil tauhid (mengenai keesaan Allah Azza wajalla dalam rububiyah dan ibadah), dalil-dali kenabian Nabi Muhammad shallalahu alaihi wasallam, dalil-dalil tentang alam akhirat dan bantahan terhadap seluruh firqah (golongan) yang kafir dan golongan yang sesat. Keterangan beliau shallalahu alaihi wasallam tentang itu sangat jelas sehingga orang yang sudah memahaminya tidak butuh keterangan orang lain. Kecuali kebutuhan kepada orang yang menerangkan dan menjelaskan hal-hal yang samar tentang itu kepadanya.

Begitu pula, Beliau shallalahu alaihi wasallam telah menyampaikan kepada mereka cara-cara tipu daya dalam peperangan, bagaimana menghadapi musuh,kiat-kiat meraih kemenangan dan kejayaan, yang seandainya mereka ketahui, pahami dan mereka perhatikan dengan penuh komitmen, maka tidak akan ada musuh yang tegak di hadapan mereka.

Beliau shallalahu alaihi wasallam telah menerangkan berbagai tipu daya iblis dan cara-cara yang ditempuhnya untuk membisiki mereka, apa yang harus mereka lakukan untuk melindungi diri dari tipu daya dan makarnya, dan bagaimana menghalau keburukannya, dengan penjelasan yang sudah lengkap.

Beliau shallalahu alaihi wasallam sudah mendeskripsikan keadaan-keadaan jiwa mereka,sifat-sifatnya,dan mara bahaya dan keburukan yang terpendam di dalamnya, sehingga manusia tidak memerlukan penjelasan lagi tentang ini kepada orang lain. Beliau pun telah mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan penghidupan mereka di dunia ini,sekiranya mereka memahami dan mengamalkannya, niscaya keadaan dunia mereka akan benar-benar baik lagi lurus.

Ringkasnya, Nabi shallalahu alaihi wasallam telah datang dengan membawa kebaikan dunia dan akhirat dengan sepenuhnya. Allah azzawajalla memenuhi kebutuhan mereka, sehingga mereka tidak memerlukan orang lain selain beliau shallalahu alaihi wasallam untuk menunjuki mereka lagi. Maka,Bagaimana bisa ada anggapan bahwa syariat beliau shallalahu alaihi wasallam yang sempurna ini yang tidak pernah ada aturan syariat manapun yang lebih sempurna darinya di dunia ini adalah aturan syariat yang masih kurang? . Kemudian diyakini syariat nabi shallalahu alaihi wasallam membutuhkan aturan,pemikiran,prinsip-prinsip, atau rasio manusia dari luar yang akan menyempurnakannya.

Semoga Allah azza wajalla memberika taufik kepada kita untuk mengagungkan kitabullah dan sunnah Rasulullah dan menaati dan melaksanakan ajaran-ajaran keduanya. Amin.

Diadaptasi dari al-Hatstsu ‘ala Ittiba’i as-Sunnah wa at-Tahdzir min al-Bida’i wa Bayani Khathariha, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr hlm.10-17

Refrensi dari Majalah As-sunnah ,EDISI 06/TAHUN. XXII/SHAFAR 1440H/OKTOBER 2018M

Di ringkas oleh :

Nama : Nyoto Triyuwono

Jabatan: Pengabdian

Baca juga artikel:

Al-Qur’an Kalamullah Atau Makhluk?

Semuanya Butuh Ilmu

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.