Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Hudzaifah bin Yaman

Disusun oleh : M. Hanif Subhi

NASAB DAN KELAHIRAN

Beliau adalah Hudzaifah bin Al-Yaman bin Jabir Al-Absi. Ayah beliau berasal dari bani Abs, sebuah kabilah di Mekkah. Namun karena ia pernah melakukan pembunuhan maka ia melarikan diri ke Madinah dan menjadi sekutu Bani Abdil Asyhal. Kemudian Yaman menikahi seorang wanita dari Bani Abdil Asyhal sehingga terlahirlah Hudzaifah bin Yaman.

Ayah Hudzaifah sendiri mati syahid dalam perang uhud, tatkala ia bertugas menjaga para wanita dan anak-anak. Namun ketika ia hendak bergabung dalam kancah peperangan teman-temannya mengira bahwa ia adalah tentara musuh, sehingga secara tidak sengaja ia terbunuh ditangan kawan-kawannya sendiri. Mengetahui hal tersebut Hudzaifah tidak menuntut balas bahkan memaafkan mereka semua sambil berujar: “Semoga Alloh mengampuni kalian, Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.”

 

KEISLAMANNYA

Tatkala Rosululloh telah diutus Yaman ayah Hudzaifah menemui Rosululloh n di Mekkah dan menyatakan keislamannya. Melalui ayahnya, Hudzaifah pun memeluk Islam dan tumbuh dibawah naungan keluarga muslim.

Namun, rasa rindunnya untuk bertemu Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam telah memuncak dalam dirinya sehingga pada suatu hari ia pergi menuju Mekkah. Setelah bertemu ia bertanya kepada beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam : “Wahai Rosululloh apakah aku termasuk kaum muhajirin atakah kaum Anshor?” maka Rosululloh menjawab: “Terserah engkau, wahai Hudaifah”. Lantas iapun berujar: “Aku memilih menjadi kaum anshor, wahai Rosululloh,” seru Hudzaifah.

PENJAGA RAHASIA ROSULULLOH Shalallahu ‘alaihi wassalam

Setelah Rosululloh berhijrah ke Madinah, salah satu hal yang paling harus diwaspadai adalah keberadaan musuh dalam selimut kaum muslimin. Ya, mereka adalah orang-orang munafik yang secara lahiriah menyatakan keislaman mereka, namun hati mereka masih menyimpan rasa benci dan hasad terhadap kaum muslimin dan Islam. Mereka harus diwaspadai karena jika kaum muslimin lengah terhadap mereka, niscaya mereka akan menggunakan segala cara untuk menyerang Islam secara sembunyi-sembunyi.

Dalam menghadapi hal ini, Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam memberikan amanah kepada seorang sahabatnya untuk selalu mengawasi orang-orang tersebut. Dan satu-satunya orang yang beliau beri kepercayaan tersebut adalah: Hudzaifah bin Yaman. Maka Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam memberitahu nama-nama orang munafik tersebut dan tidak ada orang lain yang tahu dalam hal ini selain mereka berdua.

Maka mulailah pada saat itu, Hudaifah memperoleh sebutan sebagai : Sohibus sirri Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam atau pemegang rahasia Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam.

Diriwayatkan bahwa pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khotobz, Hudzaifah bin al-yaman suatu hari ditanya oleh umar : “wahai abu Hudzaifah, apakah diantara pejabatku ada seoarng munafik?” Hudzaifah menjawab:”ada, satu orang” umar menimpali:”tunjukkan padaku!”. Hudzaifah menjawab:”tidak akan kulakukan”. Akan tetapi pada akhirnya umar mengetahui siapa dia, tapi bukan melalui kabar Hudzaifah.

Contoh lain yang menunjukkan bahwa Hudzaifah menjadi sandaran dalam hal ini adalah jika seseorang dari kaum muslimin meninggal pada saat itu dan akan disholatkan, maka Umar bin Khotob bertanya:”apakah Hudzaifah hadir untuk mensholatkannya?” bila ia hadir maka umar akan ikut mensholatkannya, jika tidak maka ia tidak jadi mensholatkannya. Kenapa? Karena Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam tidak mensholatkan jenazah orang munafik.

 

KIPRAH DALAM PERANG AHZAB

Pada tahun 5 H,lebih tepatnya pada bulan syawwal, Quraisy beserta seluruh kabilah sekutunya mengepung kota Madinah untuk menghabisi kaum muslimin, maka Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para sahabat menggali di sekeliling Madinah sebuah parit (yang mdicetuskan oleh salman al-farisiz) yang sangat besar sebagai benteng perlindungan.

Quraisy dan seluruh bala tentaranya beserta sekutu mereka dari berbagai kabilah Arab terus mengepung kota Madinah, hingga pada suatu malam Alloh l mengirimkan bala bantuan untuk kaum muslimin berupa angin ribut yang memporak-porandakan perkemahan pasukan Quraisy, hingga api-api mereka padam dan kemah serta tungku-tungku mereka beterbangan.

Disaat inilah keimanan Hudzaifah diuji, Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam memerintahkannya untuk menyusup ke pasukan Quraisy untuk menyelidiki keadaan mereka. Rosululloh juga berpesan: “Jangan lakukan sesuatu apapun, hingga engkau kembali kepadaku,” kemudian beliau mendo’akan Hudzaifah.

Hudzaifah sendiri meriwayatkan tentang dirinya: “pada saat aku berada ditengah-tengah pasukan Quraisy, aku melihat Abu Sufyan (pada waktu itu masih musyrik) berkata kepada pasukannya: “Wahai orang-orang Quraisy ! Aku ingin mengatakan sesuatu namun aku takut Muhammad mendengarnya ! Maka hendaknya masing-masing melihat siapa disampingnya!” Secepat kilat Hudzaifah memegang orang disampingnya dan bertanya sebelum orang itu yang menanyainya : “Siapa anda?”.Orang itu menjawab: “Fulan bin Fulan.” Inilah kecerdasan Hudzaifah !. Abu Sufyan melanjutkan: “Perbekalan kita telah habis, Bani Quraidhoh juga telah meninggalkan kita, maka pulanglah kalian karena aku juga akan pergi dari sini!.” Hudzaifah berkata: “Jika bukan karena amanah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam niscaya aku telah memanahnya”. Akhirnya Alloh l Memenangkan kaum muslimin pada perang ini.

 

WAFATNYA

Beliau wafat pada zaman kekhalifahan Umar bin khotob, sebelum wafat ia berdoa: “Ya Alloh sesungguhnya engkau mengetahui bahwa aku lebih suka fakir daripada kaya, rendah hati dari pada mulia, dan kematian daripada kehidupan yang fana.” Kemudian iapun meninggal pergi kembali Alloh Rabbnya.

                Ya Alloh, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang selalu mengikuti jejak para salafus sholih. Dan jadikanlah keimanan kami sebagai iman yang berkualitas, bermanfaat pada hari dimana tiada bermanfaat harta dan anak, kecuali yang datang dengan hati yang bersih.

  • Kitab Siyar A’lâm An-Nubalâ’ ,Imam Syamsuddin Adz-Dzahabi.
  • Kitab Al-Isôbah, Ibnu Hajar Al-Asqolani.
  • Shuwar min hayâti as-shahâbah, Abdurrohman Rofat Basya.

Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 01 Tahun 02

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.