Pentingnya Mengikuti Perintah Nabi

Pentingnya mengikuti Nabi

Perang Uhud: Bukti Pentingnya Mengikuti Perintah Nabi dan Kehancuran Bagi Orang-orang yang Menyelishinya.

 

Diantara peperangan yang diikuti Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam yang syarat akan hikmah dan pelajaran penting adalah perang Uhud. Perang Uhud terjadi pada tahun ke-tiga hijriyah. Saat itu kaum musyrikin Quraisy tengah mempersiapkan pembalasan atas kekalahan mereka sebelumnya di perang badar. Demi menuntut balas serta meraih kemenagan, mereka rela mengumpulkan harta yang banyak untuk mempersiapkan sekitar tiga ribu pasukan perang. Padahal mereka telah menafkahkan hartanya untuk kehancuran mereka sendiri. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

 إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) di jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan.” (QS. Al-Anfal: 26).

Sementara itu dipihak kaum muslimin hanya tersisa sekitar tujuh ratus pasukan yang melanjutkan perjalanan ke Uhud, setelah sebelumnya berjumlah seribu. Sedangkan tiga ratus orang lainnya memberontak dan kembali ke madinah bersama pemimpinnya para munafikin yaitu Abdullah bin Ubay (Al-Mubarakfury, 1993). Disinilah mulai Allah tampakkan keburukan kaum munafikin.

Perintah Rasulullah Kepada Para Pemanah

Sebelum peperangan dimulai, Rasulullah mulai membentuk tim pertahanan yang diposisikan di atas sebuat bukit, yang kemudian dikenal dengan jabalur rumah (bukit pemanah). Pasukan pertahanan ini terdiri dari lima puluh orang ahli pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair Al-Anshori. Mereka diperintahkan oleh Rasulullah untuk menjaga kaum muslimin dari belakang, bertugas untuk menghalau pasukan kuda Quraisy yang saat itu dipimpin oleh Khalid bin Walid sebelum ia masuk ke dalam Islam. Diriwayatkan dari Imam al-Bukhari, bahwasannya Nabi memberi perintah kepada para pemanah untuk tetap menempati posisi mereka apapun yang terjadi hingga ada perintah. Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إن رأيتمونا تخطفنا الطير فلا تبرحوا مكانكم هذا حتى أرسل إليكم، وإن رأيتمونا هزمنا القوم ووطأناهم، فلا تبرحوا حتى أرسل إليكم

Artinya: “Jika kalian melihat kami dibantai, maka jangan tinggalkan posisi kalian ini sampai aku beri perintah. Dan apabila kalian melihat kami telah mengalahkan musuh dan membantai mereka, maka jangan tinggalkan posisi kalian ini sampai aku beri perintah.” (HR. Al-Bukhari: 3737).

Dalam lanjutan hadis ini dikisahkan bahwa ketika perang mulai berkecamuk, pasukan musuh mulai terlihat terpukul mundur maka al-Barra’ bin ‘Azib (sang periwayat hadis) melihat para wanita Quraisy berlarian hinga tersingkap betis-betis mereka dan terlihat gelang kaki yang ada padanya. Lalu para pasukan pemanah yang berjaga di bukit mulai turun untuk berebut ghanimah, sambil berkata, “Ghanimah, ghanimah!). Abdullah bin Jubair sang pemimpin mereka pun berteriak agar mereka tidak melupakan perintah Nabi untuk berdiam di posisi mereka sampai ada perintah untuk turun. Namun mereka tidak peduli atas peringatan sang pemimpin dan tetap berlarian menuju harta rampasan perang. Maka akibat dari ketidaktaatan mereka terhadap perintah Nabi menyebabkan kaum muslimin kocar-kacir disergap musuh dan lebih dari tujuh puluh kaum muslimin gugur di perang Uhud.

Hikmah Perang Uhud: Urgensi Mengikuti Sunnah Nabi.

Diantara pelajaran penting yang dapat kita ambil dari kisah kekalahan kaum muslimin di perang Uhud adalah pentingnya mengikuti sunnah Nabi. Sebagaimana yang telah disebutkan pada hadis al-Barra’ bin ’Azib diatas, dapat kita lihat bagaimana keadaan para pemanah ketika itu yang diuji dengan harta benda duniawi, mereka sangat antusias demi meraihnya hingga melupakan wasiat dan perintah Nabi Muhammad. Begitulah sejatinya kita hidup di zaman sekarang, kita dihadapkan dengan berbagai ujian dan cobaan yang membuat kaum muslimin melemah dan berpecah belah jika tidak berpegang teguh kepada wasiat Nabi Muhammad, sebagaimana yang beliau sampaikan dalam sabdanya pada saat haji wada’:

عن أبي نجيح العرباض بن سارية رضي الله تعالى عنه قال: وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة وجلت منها القلوب، وذرفت منها العيون، فقلنا: يا رسول الله كأنها موعظة مودع فأوصنا. قال: “أوصيكم بتقوى الله عز وجل، والسمع والطاعة، وإن تأمر عليكم عبد، فإنه من يعش منكم فسيري اختلافاً كثيراً. فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ. وإياكم ومحدثات الأمور، فإن كل بدعة ضلالة”. رواه أبو داود والترمذي وقال: حديث حسن صحيح

Artinya: Dari sahabat Abi Najih al-‘Irbadh bin Sariyah Radiallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah telah memberikan sebuah wasiat yang membuat hati bergetar, dan meneteskan air mata. Maka kami berkata:’Ya Rasulallah, sepertinya ini adalah wasiat perpisahan, maka berilah kami wasiat.’.” Maka Beliau bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah ﷻ, mendengar dan ta’at (kepada pemimpin) walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang hidup (sepeninggalku) niscaya ia akan melihat banyak sekali perselisihan. Maka wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin, gigitlah ia dengan gigi graham. Dan hindarilah perkara yang baru (dalam agama), karena setiap bid’ah itu adalah sesat. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan ia berkata hadis ini hasan shahih).

Syaikh Al-‘Ied (2003) memberikan penjelasan tentang sabda beliau “mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak” maksudnya adalah wajibnya mendengar dan ta’at kepada pemimpin kaum muslimin yang sah, walaupun sang pemimpin adalah seorang budak, meskipun sebenarnya budak tidak boleh menjadi pemimpin, tetapi disebutkan di dalam hadis ini sebagai permisalan jika hal itu ditakdirkan dikalangan umat ini maka tetap wajib mendengar dan ta’at kepadanya.

Jika kita memperhatikan kisah para pemanah di perang Uhud, dapat terlihat bahwa sebenarnya selain mengabaikan perintah Nabi, sesungguhnya mereka juga telah mengabaikan perintah dari pemimpin mereka yang telah ditunjuk Nabi yaitu Abdullah bin Jubair radiallahu ‘anhu.

Dan diantara poin penting yang kita ambil dalam hadis ini adalah sabda Nabi “… maka wajib bagi kalian (mengikuti) sunnahku”. Nabi telah menyebutkan solusi ketika terjadi perpecahan diantara kaum muslimin, yaitu dengan senantiasa berpegang teguh kepada sunnah nabi. As-Sunnah yaitu jalan yang lurus (al-Ied, 2003). Dan sebaliknya, jika kaum muslimin mulai menjauh dan meninggalkan sunnah nabi maka akan semakin luas perpecahan yang terjadi di antara mereka, sehingga saat itulah kaum muslimin berada pada titik terlemah dan mudah untuk dikalahkan sebagaimana yang terjadi pada peristiwa perang Uhud.

Kesimpulan

Dari peristiwa perang Uhud kita dapat mengambil pelajaran berharga akan pentingnya mengikuti perintah Rasulullah yang tentunya berdasarkan wahyu dari Allah. Karena dengan mentaati perintah Rasulullah sejatinya kita sudah mengikuti perintah Allah.  Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

Artinya: “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. An-Nisa’: 80)

Dan sebaliknya bagi orang-orang yang menyelisihi sunnah Nabi maka sejatinya ia telah berbuat maksiat kepada Allah Rabbul Izzati wal jalalah.

Disusun Oleh: Sahl Suyono (Staff Pengajar Ponpes Darul Quran Wal Hadis OKU Timur).

Daftar Pustaka:

Al-‘Ied, I.D. (2003). Syarhul Arbain an-Nawawiyah fil Ahadis ‘alaihis salam-Shahihah an-Nabawiyah. Muassasah Ar-Royan.

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. (1993). Raudathul Anwar fi Shirah Nabiyil Mukhtar. Riyadh: Daarus Salam.

Al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman. (2016). Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung. (Hanif Yahya, Terjemahan). Jakarta: Darul Haq.

Rohmanudin, Imam. (2019). Hikmah Perang Uhud dan Implikasinya pada Pendidikan Islam. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

Baca juga artikel:

Aku Mencintai Karena Allah

Ummi

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.