Prinsip – Prinsip Aqidah Shahihah
- Iman kepada Allah
Diantara pengertian iman kepad allah, adalah iman atau yakin bahwa Allah adalah illah (sembahan) yang benar, Allah berhak disembah tanpa menyembah kepada yang lain, karena dialah pencipta hamba-hambanya, dialah yang meberikan rizki kepada manusia , uang mengetahui segala perkara yang dilakukan manusia , baik yang dilakukan secara terang-terangan atau sembunyi-sembuyi, dialah yang maha kuasa, dan mengazab manusia yang berbuat maksiat. Untuk tujuan ibadah inilah Allah menciptakan jin dan manusia , sebagai mana dinyatakan dalam firman allah
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِْ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِْ
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.(Adz-Dzariat :56-57)
Hakikat ibadah adalah mengesakan allah dengan segala bentuk perhambaan seperti: doa, shalat, shaum, qurban, nadzar, serta berbagai macaam ibadah lain yang dilakuukan dengan penuh ketundukan dan kepatuhan kepad allah subhanahu wata’ala, serat rasa cinta kepadanya dan rasa hina dalam naungan keagungan–Nya.
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
Artinya :Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.(azzumar 2)
Sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari Muslim dari Muaz menyatakan bahwa Rosulullah bersabda :
حَقُ الله على العبَاداَنْ يَعْبُدُوْهُ ولاَيَشْركَوابه شَيْاً
Artinya “hak allah atas hamba-hambanya adalah agar mereka beribadah kepadanya dan tidak menyekutukannya.” (HR. Bukhari, Muslim)
Iman kepad Allah mencakup keuakinan terhadap semua yang telah diwajibkan Allah kepada manusi, dintaranya yang tercakup dalam rukun islam, yaitu: syahadat (persaksian) bahwa tidak illah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, shaum bulan rahamadan, dan haji kebaitullah Alharam bagi yang mampu melakukannya. Diantara rukun islam tersebut yang paling penting adalah syahadat Lailahaillah Muhammadar rosulullah
Syahadat Laa ilaha ilallah bermakmakna ketulusan ibadahhanya tertuju kepada Allah semata dan penolak sesembahan lain. Tidak ada yang patut disemagah kecuali Allah, oleh karena itu setiap yang disembah selain Allah baik manusia, jin, atau yang lainya, semua itu bathil atau tertolak.
Allah berfirman :
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
Artinya : (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Al-Hajj :62)
Iman kepada Allah berarti beriman pula pada nama-nama-Nya yang mulia dan sifat-sifat-Nya yang agung seperti yang tertera dalam al-qur’an dan telah ditetapkan pula oleh rosulullah shalallahu’alahi wasallam. Tanpa mengubah, mengingkari, membatasi, dan menyerupakan dengan-Nya sesuatu yang lain. Setiap muslim wajib mengimaninya tanpa mempersoalkannya. Nama-nama itu memliki arti yang agung dan mulia, sesuai dengan sifat-sifat Allah itu sendiri. Allah berfirman :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(asy-syura : 11)
فَلا تَضْرِبُوا لِلَّهِ الأمْثَالَ إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
Artinya “Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”(An-nahl : 72)
Inilah aqidah ahlussunnah waljamaah, aqidah para sahabat rosulullah dan para pengikutnya yang setia. Dan aqidahini pulalah yang diambil sebagai oelh rujukan imam al-hasan al-sy’ari dalam kitabnya Al muqolat ashhabil hadits wa ahlissunnah dan juga diambil oleh para ahli ilmu dan iman.
Imam al-awza’i juga mengatakan, kami berserta para tabi’in sepakat bahwa sesungguhnya Allah diatas `Arsy, dan kami mempercayayai sebagaimanyang telah disebutkan dalam assunnah rosul tentang sifat-sifat-Nya.
Dan tatkala rabi’ah ditanya tentang al istawaa “ ia menjawab Al istawaa (persemayaman) itu tidak samar, sedang mempersoalkannya adalah diluar kemampuan akal. Dari Allah datangnya risalah ini, tanggung jawab rosulullah untuk menyampaikan, dan kewajiban kita membenarkannya.”
Demikaian halnya ketika imam malik ditaya tentang hal ini beliau mnjawab persemayaman itu teah jelas artinya tapi hakikatnya tidak diketahui, sedangkan beriman kepada perkara itu adalah kewajiban dan menanyakannya adalah bid’ah . kemudis is berkata kepada sipenanya, “aku tidak melihat kamu kecuali sebagai orang yang bodoh. “Imam Malik kemudian memerintahkan keluar. Telah diriwayatkan hal seprti ini dari Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiallahu ‘anha.
Setiap orang yang pendapatnya bertentangan dengan ahlussunnah dalam hal keyakinan terhadap asma dan sifat Allah tentu menyimpang dari dalil naqli dan dalil ‘Aqli, serta terperosok dalam kontradiksi nyata dalam setiap yang ditetapkan dan dinafikan. Ahlussunnah telah menetapkan asmadan sifat Allah sebagai manyang telah ditetapkan-Nya sendiri dalam Al-qur’an serta sebagaimana yang telah dijelaskan Rosulullah Muhammad Shalallahu’alahi wasallam. Tanpa tamtsil (menserupakan dengan makhluk) dan mereka mensucikan Allah dari penyerupaan-Nya dengan mahkluk tanpa ta’thil (menolak asma dan sifatnya) sehingga mereka terhindar dari kerusakan dan kebathilan serta mengamalkan semua dalil.
Inilah sunnah Allah bagi yang berpihak pada kebenaran, dengan itulah Allah mengutus para Nabi dan Rosul-Nya, dan merekalah yang mengemban hakikat kebenaran untuk dimenangkan diatas kebathilan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
Artinya “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arasy. (Al-a’raf :54)
Berkaitan dengan ayat diatas, Al Hafidz Ibnu Katsir mengatakan, “orang-orang mempunyai banyak sekali pendapat tentang masalah ini, tetapi tidakdapat dijadikan sebagai sandaran. Kita harus mengikuti madzhab shalafus shalih (para pendahulu kita) seperti Imam Malik, Al-Awza’i, Al Laits bin Saad, Imam syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq dana Rahawai. Serta ulam-ulama lainnya. Baik yang dahulu maupun yang sekarang. Yaitu perlakukan ayat tersebut sebagai mana adanya. Tanpa persoalan, diserupakam atau diubah. Dan sangkaan terhadap yang tergesa-gesa oleh madzhab yang menyerupakan Allah dengan makhluk lainnya. Semuanya tertolak karena Allah tidak boleh disamakan dengan makhluknya adan yidak ada sesuatupun yang serupa dengannya, dia maha mendengar dan maha melihat.
Pendapat Ibnu Katsir tersebut didukung dan dipertegas oleh sejumlah imam, diantaranya oleh Naim bin hamad Al khuzaiy, guru imam Al bukhari ia menyatakan “barang siapa yang menyamakan Allah dengan makhluk lain maka ia telah kafir, dan barang siapa yang mengingkari sifat Allah maka ia telah kafir. Apa yang telah Allah disifatkan tentang diriNya, dan apa yang telah ditetapkan oleh rosulnya, bukanlah merupakan persamaan dengan mehkluk. Barang siapa yang menetapkan sifat Allah, sebagaimana yang tertera dalam ayat-ayat Al-Qur`an dan berita-berita yang benar sesuai dengan kebasaran Allah ta’ala tanpa mengurangi sedikitpun keagungan-Nya, dia telah melangkah pada jalan kebenaran.
- Iman kepada malaikat
Iman kepada malaikat mengandung makna keyakinan bahwa Allah mempunyai malaikat-malaikat yang diciptakan untuk mentaati perintah-perintahnya. Malaikat disifati sebagai hamba-hamba yang yang dimulyakan yang senantiasa melaksanakan perintah.
Allah berfirman: yang artinya Allah mengetahui apa yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang dibelakang mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhoi Allah.dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada Allah. (Al Anbiya’ :28)
Para malaikat itu terdiri banyak kelompok, diantaranya ada yang diperintahkan untuk mengangkat Arsy, menjaga surga, menjaga neraka, mencatat amal perbuatan manusia dan lain-lain. Seorang muslim juga haru smengimani malaikat-malaikat yang nama-namanya yang diperkenalkan Allah dan rosullnya, yaitu diantaranya, jibril, mikail, malik yang menjaga neraka, serta isrofil yang bertugas meniup terompet sangka kala.
Berita-berita mengenai malaikat-malaikat terdapat dsalam banyak hadits shohih diantaranya adalah hadits dari Aisyah RA yang menyatakan bahwa nabi telah bersabda :
Yang Artinya malaikat itu diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari api, sedangkan adam diciptakan dari apa yang sudah kamu kenal. (HR, Muslim)
- Iman kepada kitab – kitab
Secara umum, seorang mukmin harus meyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada para nabi dan rosulNya dan tujuannya untuk menyampaikan kebenaran.
Allah berfirman yang artinya “ sesungguhnya kami telah mengutus rosul-rosul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Dan telah kami turunkan bersama meraka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan kebaikan itu,,,(Al Hadid : 25)
Selanjutnya seorang muslim harus meyakini nama-nama kitab yang telah diberitakan kepada manusia seperti : taurat, zabur, injil, Al-qur’an. Kitab Al-qur`an adalah kitab yang paling utam diantara kitab-kita yang lainnya, Al-qur’an merupakan penutup, pemelihara, dan pembenaran terhadap kitab-kitab lainya. Al-qur’an itu yang harus diikuti oleh seluruh umat manusia diseluruh dunia. Allah menurunkan Al-qur`an kepada nabi Muhammad rosulullah untuk dijadikan sumber bagi seluruh manusia. Allah berfirman ; “Dan ini Al-qur’an adalah kitab yang telah kami turunkan, yang diberkahi maka ikutilah dia, dan bertaqwaklah gar kamu sekalian mendapat rahmat dari Allah.” (Al an’am ; 155)
- Iman kepada rosul
Secara umum, setiap muslim harus beriman bahwa Allah telah mengutus kepada hamba-hambanya beberapa rosul dari jenisnya sendiri, untuk menyampaikan kabar gembira dan pemberi peringatan. Mereka itulah da’I kebenaran hakiki maka barang siap yang menyambut ajakannya, dia akan berhasil mencapai kepuncak kebahagiaan. Dan barang siap ayang menetang seruan mereka ai akan terjerumus dalam kesengsaraan dan peneyesalan.
Allah berfirman yang artinya “dan kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang utusan, (untuk menyerukan) ibadahlah hanya kepad Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah)”…(An Nahl : 36)
Firman Allah yang artinya : “mereka kami utus selaku rosul-rosul pembawa berita gembira danperingatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk memebantah Allah sesudah diutus rosul-rosul itu. Dan Allah maha perkasa, bijaksan.” (An Nisa ;165)
Secara khusus setiap muslim harus meyakini rosul-rosul yang namanya telah diberitakan adalam Al-qur`an dan yang dijelaskan Rosulullah diantara nabi-nabi itu adalah : Nuh,Hut, shaleh, Ibrahim, dan Nabi Muhammad. Dan nabi yang paling utama diantara para nabi ialah Nabi Muhammad, dia adalah penutup para Nabi.
Allah berfirman ;”bukanlah muhammad itu bapakdari seorang laki-laki diantarakamu, tetapi dia adalah rosulullsh dan penutup para nabi. (Al Ahzab : 40)
- Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir mencakup keimanan terhadap segal sesuatu yang diberitakan Allah dan rosulnya yan berkaitan dengan hari akhir. Misalnya berita tentang apa yang terjadi setelah kematian, mengenai fitnah kubur, adzab atau niikmatnya. Iman kepada hari akhir juga meliputi keyaikinan tentang berita-berita mengenai apa yang terjadi setelah kiamat, misalnya mengenai Ash Shirat al mustaqim, mizan, hisab, pembalasan dan pemberian catatan amal perbuatan manusia semasa hidup diduniayang diterima dengan tangan kanan, kiri atau dari balik punggung. Keimanan kepada hari akhir juga meliputi keimanan terhadap adanya telaga untuk Rosulullah Shalallahu’alaihi wasallam. Keyanikan bahwa orang mukmin akan melihat Allah Shubhanahuwata’ala secara lang sung dan becakap-cakap dengannya. Keyakinan tentang surge dan neraka, serta hal-hal yang lain sepanjang telah dijelaskan dalam al-qur’an dan hadits. Kita wajib menyakini sepenuh hati semua berita itu.
- Iman kepada qada’ (taqdir)
Iman kepada qadar melipiti empat perkara :
- Meyakini bahwa sesunggunya Allah mengetahui apa yang telah dan akan terjadi, Allah mengetahui keadaan hamba-hambanya, Allah mengetahui rezki, ajal, dan perbuatan manusia. Segala urusan dan gerak meraka tidak pernah luput dari pengawasan Nya. Allah berfirman : “ sesungguhnya Allah mengetahui segal Sesuatu.” (Al Ankabut 62)
Firman Allah “ Allah lah yang menciptakan tujuh lapis langit, dan seperti itupula bumi. Perintah Allah berlaku padanya. Agar kamu mengetahui bahwa allah maha kuasa atas segala sasuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu benar-benar meliput segala sesuatu” ( Ath thalaq)
- Keyakinan Akan Adanya Catatan Allah tentang tentang apa yang tlah ditaqdirkan dan telah diputuskannya Allah berfirman “ sesungguhnya kami telah mengetahui apa yang telah dihancurkan bumi dan tubu-tubuh mereka dan pada sisi kami pun ada kitab-kitab yang memelihara (mencatat) (Qaaf : 4)
- Keyakinan bahwa kehendak-Nya tidak dapat diganggu gugat, jika Allah berkehendak maka jadilah. Jika Allah tidak berkehendak maka tak akan terjadi. Allah berfirman yang artinya ”sesungguhnya Allah berbuat atas segala yang dikehendaki.(Al-hajj: 18)
- Keyakinan bahwa Allah adalah pencipta seluruh yang ada tidak ada, tidak pencipta selain di, dan tidak ada rabb selain dia. Allah berfirman :Allah adalah pencipta segala sesuatu dan dia atas segala segala sesuatu sebagai pemelihara,” (Az Zumar :62)
Itulah perinsip-perinsip keimanan sebagaimana yang diyakini Ahlussunnah wal jama’ah yang meliputi enam prinsip keimanan, yamg lazim yang disebut dengan rukun iman. Sesuatu pemehaman yang berbeda sekali dengan pandangan-pandangan ahlul bid’ah.
Menurut aqidah Ahlus Sunnah iman kepada allah juga mencakup keyakinan bahwa iman itu adalah peryataan yang disertai dengan amalan. Iman dapat bertambah manakala seseorang menigkatkan ketaatannya kepada allah, dan dapat bekurang bila seseorang maksiat kepada Allah. Seorang muslim tidak boleh melakukan ‘TAKFIR” (mengkafirkan) seorang muslim lainnya yang berbuat dosa, selain dosa syirik. Dosa-dosa seperti zina, mencuri, makan riba, meminum-minuman yang memabukan, mendurhakai orang tua serta dosa-dosa besar yang lainnya tidak menyebabkan seorang jatuh kepada kekafiran selama tidak menghalalkannya. Allah berfirman “ sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa persekutuan dia dengan sesuatu, dan mengampuni dosa selain itu bagi orang yang dia kehendaki..”(An Nisa :116)
Mencintai membenci, memihak, dan memusuhi karena Allah, termasuk bagian dari iman kepada Allah. Seorang mukmin hendaknya mencintai seorang mukmin lainnya, memihak dan setia kepadanya, dan pada saat yang bersamaan, membenci dan memusuhi orang-orang kafir. Kaum ya ng terutam dari ummat ini adalah para sahabat rosulullah yang setia, maka ahlussunnah mewnyatakan mencintai dan menyatakan loyalitas kepada mereka, serta meyakini para sahabat adalah sebaik-baik manusia setelah para nabi.
Ahlusunnah waljamaah berlepas diri dari ‘Thariqul Rawafidh” yaitu orang-orang yang membenci dan mencela sejumlah sahabat,. Namun menjunjung tinggi ahlul bait, sehingga mereka mengtanggap kedudukan ahlul bait melebihi para nabi bahkan sepadan dengan kedudukan Allah.sebagaimana ahlusssunah juga berlepas diri dari “thariqotun Nawasib” yaitu orang-orang yang membenci ahlu bait, Baik yang ,menyatakan kebencian tersebut dengan peryataan-peryataan maupun perbuatan. Aqidah shahihah yang diamanatkan kepada rosul, sebagaimana yang dijelaskan dalam risalah ini adalah aqidah firqatun najiyah (golongan yang selamat). Ahlussunnah waljamaah. Rosulullah bersabda” akan tetap ada diantar golongan umatku tegakj diatas kebenaran, dan mendapat pertolongan Allah, tidak menghiraukan orang lain mengecewakan mereka sampai akhirnya datang perintah Allah subhanahu wata’ala.”
Dalam hadits lain Rosul bersabda “ telah terpecah belah golongan yahudi menjadi 71 golongan, dan golongan nasrani menjadi 72 golongan, sementara ummat ini (islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, semua masuk neraka kecualisatu saja, para sahabat bertanya siapa golongan itu wahai rosulullah? beliau menjawab “siapa sja yang ber-i’tiqad kepadaku dan para sahabatku.”
Golongan yang dimaksud Rosulullah adalah golongan yang berpegang teguh dan beristiqamah terhadap Aqidah Rosulullah dan para sahabatnya.
Semoga kita tergolong kedalam golongan yang senantiasa berpegang teguh dan beristiqamah terhadap Aqidah Rosulullah dan para Sahabatnya.
oleh Ali Sodikin
Diringkas dari buku “hiraasatut-tauhid, karya syaikh Abdul aziz bin Abdullah bin Baz yang diterjemahkan dengan judul Menjaga Tauhid, 1424/2004 , Penerbit Dar Ibni Al-Atsir.
Leave a Reply