ANDAI AKU TIDAK MENIKAH DENGANNYA – Berikut merupakan lanjutan dari artikel sebelumnya yang bisa dibaca disini: Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 5), untuk pembahasan artikel bagian-bagian sebelumnya kami sematkan tautan pada akhir artikel ini.
BERSOLEK DAN MASUK RUMAH DENGAN SENYUMAN
Biasanya, seorang suami keluar rumah di pagi hari dengan aroma parfum yang harum semerbak, pakaian yang rapi perlente, rambut yang tertata dengan hair gel, dll. Akan tetapi setelah berlalu waktu yang cukup lama di luar rumah, baik di tempat kerjanya atau urusan lain, ia akan pulang di sore atau malam hari dengan penampilan yang jauh berbeda.
Aroma tubuhnya berbeda, kerapiannya berkurang, bahkan kadangkala muncul aroma yang membuat orang lain menjaga jarak dengannya. Maka seharusnya seorang suami berusaha semaksimal mungkin membawa kebahagiaan ke dalam rumahnya, berhias dan bersolek untuk istrinya.
Maka apa yang kau sukai dari istrimu, lakukanlah. Kau suka istrimu cantik, rapi, harum, tidak memakai daster yang sudah bau masakan;maka berusalah juga memperhatikan kesukaannya dan menjauhi apa yang dibencinya. Masuklah rumah dengna senyuman, rileks, hilangkan kerutan dari kening, bersiaplah untuk menjumpai kekasih yang sepanjang hari telah dengan sabar menantimu dan menjaga anak-anakmu. Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasuki rumahnya,
عَن عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَ كَانَ إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ بَدَأَ بِالسِّوَاكِ
Artinya: Dari Aisyah, “Adalah (kebiasaaan) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika masuk rumah, beliau selalu memulai dengan bersiwak.” (HR. Muslim no.253)
Dengan bersiwak bau mulut akan hilang. Dan ketika mendekati istri, aroma siwak yang segar akan menghiasi kedekatan tersebut.
ROMANTIS DI MEJA MAKAN
Sebagian suami tidak setiap hari makan bersama istrinya di rumah. Sebenarnya yang membuat santapan menjadi nikmat bukanlah enaknya makanan yang disajikan atau indahnya tempat ketika mengonsumsi makanan tersebut, namun yang membuat makan menjadi lezat dan nikmat adalah dikarenakan suasana hati yang sedang sejuk dan damai.
Sekali-kali makan di restoran mungkin tidak salah, tapi tetap makanan rumah harus menjadi favorit para suami. Dan ini menuntut para istri untuk dapat berlomba-lomba menyajikan makanan yang disukai oleh suami, namun kenyataannya tidak semua istri pandai memasak. Seharusnya ketika engkau tidak menyukai apa yang disajikan oleh istrimu, tidak perlu kau mengangkat suara atau bahkan memecahkan piring. Ketahuilah bahwa istrimu telah berusaha untuk memberikan yang terbaik, dia telah menantimu cukup lama demi mendapatkan sanjungan hangat dari bibir kekasihnya. Carilah beribu alasan untuk kenapa kau meninggalkan makanan tersebut, jangan pula membisu seribua bahasa karena hal itu kadang lebih pedih irisannya dari sembilu.
Seagaimana dilakukan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika disajikan kepadanya Dhabb (sejenis iguana yang hidup di padang pasir) dan beliau tidak menyentuhnya. Ketika itu beliau ditanya, “Apakah daging ini haram wahai Rasulullah?” maka beliau menjadawab, “Tidak, akan tetapi hewan ini tidak ada di tanah kaumku dan aku membolehkannya.” (HR. Bukhari no.5139)
JANGAN LEWATKAN YANG INI!
Dalah sebuah hadits shahih muslim yang berasal dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata:
كُنْتُ أشْرَبُ وأَنَا حَائِضٌ، ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ علَى مَوْضِعِ فِيَّ، فَيَشْرَبُ، وأَتَعَرَّقُ العَرْقَ وأَنَا حَائِضٌ، ثُمَّ أُنَاوِلُهُ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ فَيَضَعُ فَاهُ علَى مَوْضِعِ فِيَّ
Artinya: “pernah aku minum sementara aku sedang haid, kemudian aku memberikan gelas bekasku itu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau meletakkan bibirnya di tempat bekas bibirku, baru beliau minum. Dan aku juga makan menggigit daging di tulang, maka beliau meletakkan mulutnya di tempat bekas mulutku. (HR. Muslim no. 300)
Renungkan sejenak cerita ‘Aisyah di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan bibir dan mulutnya di tempat ‘Aisyah makan dan minum, padahal ketiak itu ‘Aisyah sedang hait – artinya sedang tidak bisa dipakai (digauli)- namun bleiau tetap romantis kepadanya. Dan umur beliau tidak muda lagi, namun beliau tetap romantis.
ROMANTIS DI KENDARAAN
Bukanlah perbuatan yang tabu ketika seorang suami di depan umum menunjukkan keromantisannya -selama masih dalam koridor yang diperbolehkan oleh syariat- seperti berjalan sambil menggandeng tangan istri, atau menggenggam tangan istri dengan salah satu tangan saat berboncengan di atas kendaraan roda dua, atau membukakan pintu mobil sambil mempersilahkan istri untuk naik.
Dan lebih dari itu, lihatlah tingkat keromantisan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap istrinya di kendaraan yang sempat terekam oleh sahabatnya, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan lutuhnya sebagai tangga tumpuan untuk istrinya ketika menaiki onta serta memboncengnya di atas onta tersetbu. Engkau bisa membayangkan ketika menjadikan lututmu sebagai tangga tumpuan untuk istrimu ketika menaiki kendaraan.
ROMANTIS DI ATAS RANJANG
Bermain di atas ranjang sangatlah mengesankan, kenangannya tak terlupakan, seakan persada milik berdua diantara milyaran manusia. Itulah salah satu nikmatnya menikah, dimana seseorang dapat merasaakan suatu kelezatan yang membuat seluruh tubuh berguncang, dari ujung rambut sampai kaki, bahkan tulang dan sumsum pun ikut merasakannya. Mengusir beban yang memberatkan jiwa, menendang jauh kegalauan dari hati, ditambah lagi hal itu diridhai Ilahi.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
نِسَآؤُكُمۡ حَرۡثٌ۬ لَّكُمۡ فَأۡتُواْ حَرۡثَكُمۡ أَنَّىٰ شِئتُم
Artinya: “Isteri-isterimu adalah tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 223)
Suatu perintah yang santun dan penuh makna dari sang Pencipta Adam dan Hawwa’ kepada para suami agar mereka mendatangi istrinya. Dan di sana Allah sembunyikan -selain kelezatan jasmani dan rohani- keridhaan dirin-Nya dan imbalan pahala untuk hamba-Nya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
وفي بُضعِ أحدِكمْ صَدقَةٌ ، قالوا يا رسولَ اللَّهِ يأتي أحدُنا شهوتَهُ ويكونُ له فيها أجرٌ ؟ قال أرأيتُمْ لو وضعها في حرامٍ أكان يكونُ عليه وِزْرٌ؟ فكذلِكَ إذا وضعها في الحلالِ كان لهُ أجرٌ
Artinya: “Dan hubungan intim diantara kalian (suami istri) adalah sedekah. “Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa mendatangi istri dengan syahwat (jima’) bisa bernilai pahala?” beliau berkata, “Bagaimana pendapatmu jika ada yang meletakkan syahwat tersebut pada yang haram (berzina), bukankah bernilai dosa? Maka sudah sepantasnya meletakkan syahwat tersebut pada yagn halal mendatangkan pahala.” (HR. Muslim no. 1006)
Subhanallah, inilah kenikmatan yang membawa berkah, dan para suami memiliki kewajiban untuk memuaskan istrinya, agar ia tidak menoleh kepada yang lainnya.
Dan sebagai suami, jangan mau enaknya sendiri. Karena ada sebagian suami yang memikirkan bagaimana ia mencapai orgasme tanpa pernah mengantarkan istri untuk mencapai orgasmenya. Ingatlah selalu dengan firman Allah,
وَلَهُنَّ مِثلُ ٱلَّذِى عَلَيِهنَّ بِٱلمَعرُوفِ
Artinya: “Dan bagi para istri hak (yang harus dipenuhi suami) sebagaimana kewajiban mereka yang harus penuhi untuk suaminya, dengan baik.” (QS. Al-Baqarah: 228)
Kemudian juga yang perlu diperhatikan, jangan lupa untuk membaca doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar syaitan tidak turut dalam cintamu. Ibnu abbas meriwayatkan sebuah hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila salah seorang di antara kamu mendatangi istrinya lalu membaca,
بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang Engkau anugerahkan kepada kami. Maka bila keudanya di anugerahi anak, syaitan tidaklah membahayakan baginya.” (HR. Bukhari no. 3031)
Ingat bahwa godaan di luar rumah sangatlah besar sehingga engkau diperintahkan untuk menahan pandanganmu. Dan bila saja kau melihat wanita yang membuat nafsumu tergerak, maka bersegeralah untuk pulang ke rumah dan menjumpai istrimu untuk bercinta dan memadu kasih dengannya. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika ada lelaki yang terpikat denga nseorang wanita, hingga membuatnya terpikat, hendaknya dia segera mendatangi istrinya dan melakukan hubungan dengannya. Dengan ini kan menghilagkan perasaan cinta dalam hatinya.” (HR. Muslim no. 1403)
Dengan begitu, kau akan tenteram dari godaan syaitan yang selalu berbisik bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri.
MEMBERHENTIKAN PASUKAN UNTUK SANG ISTRI
Kadang istrimu meminta sesuatu kepadamu yang mungkin menurutmu tidak terlalu penting atau menurutmu terlalu berlebihan- namun kadang kala memenuhi kebutuhan istri selama masih dalam batasan yang wajar termasuk dari perbuatan bijak dan akhlak yang mulia terhadap kaum perempuan.
Lihatlah bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberhentikan pasukannya dalam suatu perjalanan menuju ke medan perang hanya skedar untuk mencari kalung istrinya yang putus dan terjatuh. Padahal harga kalung itu tidaklah seberapa, namun itulah akhlak lelaki terbaik terhadap keluarganya dan suatu contoh ketawadhuan yang seharusnya diteladani oleh kaum lelaki.
PUNCAK KEROMANTISAN NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
Menjadi istri dari mereka yagn menikah dengan lebih dari satu wanita harus siap berkorban perasaan dan mengalah dala banyak hal, memang itulah resiko orang yang menikah lebih dari satu. Jagnan hanya mau menerima enaknya saja tanpa mau menerima pahitnya berpoligami. Namun bukan berarti yang istrinya hanya satu tidak berkorban perasaan dan mengalah, karena pada hakikatnya wanita yang kita bawa ke rumah kita adalah putri orang yang harus dirawat dan dijaga.
Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, demi menjaga perasaan para istri yang lembut dan membahagiakan mereka serta menjaga keakuran di antara mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam siap untuk mengalah sehingga beliau pernah mengharamkan suatu yang pada dasarnay adlaah halal demi menyelamatkan rumah tangganya. Sehingga Allah menegur beliau atas hal tersebut dalam firman-Nya,
يَـٰٓأَيّها ٱلنَّبِىُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَآ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكَۖ تَبتَغِى مَرضَاتَ أَزوَٲجِكَۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬
Artinya: “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu, (dengan sebab) kamu mencari keseangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha pengampun lagi maha Penyayang.” (QS. At-Tahrim: 1)
Cerita itu bermula dari timbulnya kecemburuan diantara istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. ‘Aisyah slah satu pelaku dalam peristiwa ini menceritakan, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di tempat Zainab binti Jahsy dan beliau memimum madu di sana. Maka aku dan Hafshah bersepakat bahwa siapa saja di antara kami yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kepadanya, hendaknya ia berkata: “Sesungguhnya aku mencium bau maghaafir (sesuatu yang kurang sedap baunya)”.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kepada salah satu dari keduanya, ia pun mengatakan hal itu kepada Nabi. Beliau menjawab: “Tidak mengapa, aku telah minum madu di tempat Zainab binti Jahsy. Aku tidak akan meminumnya lagi”.
Maka turunlah ayat: “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu” sampai pada ayat: “Jika kamu berdua bertobat kepada Allah.” (QS At-Tahrim 1-4).” (HR. Bukhari no. 5267 dan Muslim no. 1474)
Subhanallah, sampai sebegitunya Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka selayaknya para suami berupaya dengan sungguh-sungguhnya dalam menjaga keharmonisan rumah tangganya, dengan terkadang harus banyak mengalah, selama tidak bertentangan dengan syariat Allah. Contohlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bersambung ke bagian selanjutnya, insyaallah.
Bagian sebelumnya :
- Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 1)
- Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 2)
- Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 3)
- Andai Aku Tidak Menikah Dengannya (Bagian 4)
REFERENSI:
Diringkas dari buku: Andai Aku Tidak Menikah Dengannya
Penulis: Ustadz Dr. Syafiq bin Riza Basalamah
Diringkas Oleh: Fauzan Alexander (Staf Ponpes Darul-Quran Wal-Hadits OKU Timur)
BACA JUGA:
Leave a Reply