Bencana di Balik Hasad dan Cara Mengatasinya

BENCANA DI BALIK HASAD DAN CARA MENGATASINYA

 

Bencana Di Balik Hasad dan Cara Mengatasinya

Segala puji bagi Allah Azza wa Jalla yang memiliki alam semesta ini, sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa kita sampai ke titik ini. Nikmat terbesar yang perlu di syukuri dalam kehidupan ini adalah nikmat islam dan iman, dengan kedua nikmat ini seseorang dengan segala statusnya akan sama dimata Allah. Yang membedakan adalah letak keimanan yang ada dalam diri maupun hati seseorang.

Artikel ini akan membahas suatu penyakit yang bisa menjangkiti seluruh anak cucu adam, dan penyakit itu juga adalah penyakit yang sangat berbahaya. Nah, in syaa Allah penyakit ini aka kita bahas tipis-tipis disini dan in syaa Allah akan dipaparkan juga beberapa cara dalam mengatasi, menterapinya, dan menyembuhkan penyakit ini.

Pertanyaannya penyakit apakah yang sangat berbahaya ini? Penyakit ini adalah penyakit hati. Penyakit hati ini sama seperti penyakit pada umumnya, yaitu hasad. Hasad mempunyai banyak keburukan serta kemudaratan bagi pemilik sifat ini.

Berikut kami sebutkan beberapa kemudharatan hasad ini, diantaranya:

  1. Membenci Takdir Allah

Seseorang yang hatinya diliputi hasad akan mudah tidak suka terhadap nikmat yang ditakdirkan Allah untuk orang lain. Ingatlah bahwa ketidaksukaan terhadap pemberian nikmat tersebut pada hakikatnya adalah tidak suka dan menentang takdir-Nya.

  1. Melahap Kebaikan

Hasad akan melahap kebaikan pemiliknya sebagaimana kobaran api melahap kayu bakar yang kering. Karena biasanya orang yang hasad melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai; seperti menyebutkan keburukan-keburukannya, menghasut orag lain agar membencinya, atau merendahkan martabatnya. Semua ini termasuk dosa besar, yang bisa melumat habis berbagai kebaikan yang ada.

  1. Menyengsarakan Hati

Setiap kali orang yang hasad menyaksikan tambahan nikamat yang didapatkan orang lain, maka hatinya semakin sesak dan sengsara. Matanya akan selalu mengawasi keadaan orang tersebut. Dan setiap kali Allah memberikan limpahan nikmat-Nya kepada orang lain, setiap kali itu pula dia berduka dan hatinya semakin merana.

  1. Menyerupai Orang Yahudi

Sifat hasad adalah salah satu tabiat bawaan orang Yahudi. Dan menurut kaidah, siapa saja yang didalam dirinya terdapat ciri khas orang kafir maka dia termasuk bagian dari mereka terkait ciri khas tersebut. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

من تشبّه بقوم فهو منهم

Artinya: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka.” (shahih, HR. Ahmad dan Abu Dawud)

  1. Hasad Tidak Akan Mengubah Takdir

Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, itu tidak akan menghilangkan nikamat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil, mengapa ada hasad di dalam hati?

  1. Menafikan Kesempurnaan Iman

Sifat hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

لا يؤمن أحدكم حتّى يحبّ لأخيه ما يحبّ لنفسه

Artinya: “Salah seorang kalian tidak akan mencapai kesempurnaan iman hingga menginginkan untuk saudaranya kebaikan-kebaikan yang diinginkannya untuk diri sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadits diatas, seorang mukmin seharusnya merasa sedih apabila melihat ada nikamat Allah yang dicabut dari saudaranya sesama mukmin. Seseorang yang tidak merasa sedih atas hilangnya nikmat Allah Ta’ala dari saudaranya belum bisa dikatakan “menginginkan untuk saudaranya kebaikan-kebaikan yang diinginkan olehnya untuk diri sendiri”, dan itu bertolak belakang dengan konsep iman yang sempurna.

  1. Melalaikan Dari Do’a

Hasad menyebabkan pemiliknya lupa berdoa untuk memohon karunia Allah atas dirinya. Akibat selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain, dia pun tidak pernah berdoa untuk meminta karunia Allah bagi dirinya sendiri. Padahal, Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِه بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْاۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَۗ وَسْئَـلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِه ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيْمًا

Artinya: “Dan janganlah kami iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah  kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 32)

  1. Meremehkan Nikmat yang Ada

Sifat hasad menyebabkan pemiliknya menganggap remeh nikmat Allah Ta’ala pada dirinya. Dia selalu beranggapan bahwa dirinya tidak diberi nikmat, tetapi orang yang di diengkinyalah yang memperolehnya. Atau dia merasa bahwa orang tersebut memperoleh nikmat lebih besar daripada yang diperoleh dirinya. Akibatnya, dia meremehkan nikmat yang ada dan dia tidak mau mensyukurinya.

  1. Menyuburkan Akhlak Tercela

Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad terhadap seseorang akan selalu disibukkan untuk mengawasi nikmat yang Allah Ta’ala berikan kepada orang-orang di sekelilingnya. Dan dengan berbagai cara, seperti merendahkan martabatnya dan meremehkan kebaikan-kebaikannya, dia akan berusaha menjauhkan orang lain dari dirinya.

  1. Kerugian di Akhirat

Orang yang hatinya sudah dibutakan hasad umumnya akan menzhalimi orang yang dihasadi. Jika sudah demikian, di akhirat, orang yang menjadi korban kehasadannya punya hak untuk mengambil kebaikan orang yang hasad sebagai balasan atas kedzalimannya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa-dosa si korban akan dikurangi lantas dipikulkan kepadanya, lalu dia dicampakkan ke dalam Neraka.

Sekali lagi, hasad merupakan akhlak tercela yang dapat menjangkiti semua orang, bahkan ulama dan dai sekalipun. Hasad seringkali timbul antar orang-orang yang memiliki profesi yang sama (disebabkan konsep persaingan yang keliru antar mereka). Namun sangat disayangkan apabila penyakit hati ini sampai menimpa ulama, dai, ataupun para penuntut ilmu syariat. Betapa tidak demikian? Padahal sepantasnya, bahkan sudah seharusnya, mereka menjadi teladan dalam menjauhi sifat hasad dan mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.

Muslim yang hanif tentu menyadari bahwa hasad ini adalah sebuah penyakit dan harus segera disembuhkan, mengingat efeknya yang sangat mematikan.

Berikut ini kami paparkan juga beberapa cara terapi untuk mengatasinya.

  1. Menggugah Kesadaran

Terapi/cara pertama agar terbebas dari hasad adalah menyadari dan meyakini bahwa ia merupakan penyakit akut yang harus disembuhkan. Tanpa kesadaran ini, penderitanya justru akan memeliharanya bahkan memupuknya hingga kian lama kian subur. Kesadaran ini membutuhkan ilmu yang bermanfaat.

  1. Memperdalam Pengetahuan Syariat

Seseorang yang ingin mengobati hasad yang dideritanya harus memiliki pemahaman agama, baik dalam konteks yang mujmal (global) maupun yang tafshil (terperinci).

Yang dimaksud pemahaman agama yang bersifat global yaitu menyadari dan meyakini bahwa segala sesuatu telah ditentukan berdasarkan qadha dan qadar Allah. Apa-apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, sebagaimana apa-apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Dari sini, dia akan meyakini bahwa Allah tidak akan salah dalam menetapkan dan membagi rezeki-Nya. Dan, ketamakan serta kedengkian seseorang tidak akan menghambat turunnya rezeki yang telah ditakdirkan-Nya kepada seseorang.

Adapun pemahaman agama yang bersifat terperinci ialah menyadari bahwa memelihara hasad berarti membiarkan setitik kotoran menodai sebelanga mata air keimanan di hati. Muhammad bin Sirin Rahimahullah menyatakan: “Aku tidak pernah dengki kepada orang lain dalam urusan duniawi. Sebab kalau sekarang ditakdirkan menjadi penghuni syurga, bagaimana bisa aku mendengkinya sementara itu dia berjalan menuju Surga. Sebaliknya, jika dia ditakdirkan menjadi penghuni Neraka, bagaimana bisa aku dengki kepadanya sedangkan dia berjalan menuju Neraka?”

  1. Melakukan Amal yang Bermanfaat

Yaitu dengan melakukan kebalikan dari amalan negatif yang diakibatkan oleh sifat hasad. Hal ini telah diisyaratkan Allah Subhanahu wata’ala dalam firman-Nya: “…Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS. Fushshilat: 34)

Apabila dia mampu memaksa dirinya untuk melakukan amal kebaikan tersebut, in syaa Allah hal tersebut akan menjadi kebiasaannya hingga berubah menjadi karakternya.

  1. Mencermati Hal-hal yang menyebabkan Hasad

Seseorang yang ingin sembuh total dari penyakit hasad wajib mengetahui hal-hal yang menyebabkan diri terjangkiti penyakit ini: Dengki kepada orang lain, lantas mengobatinya satu per satu. Misalnya kalau mendapati sifat sombong dalam dirinya, maka sifat buruk tadi diobati dengan sifat tawadhu. Jika didapati penyakit haus kedudukan dan jabatan, maka ia diobati dengan sifat zuhud. Adapun jika didapati sifat tamak dalam dirinya, maka oenyakit hati ini diobati dengan sifat qanaah dan gemar berinfak.

  1. Memohon Nikmat yang Lebih Baik kepada Allah

Solusi lainnya adalah memohon nikmat yang lebih baik kepada Allah Ta’ala.  Ini temasuk obat penyakit hasad yang paling mujarab, sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kapada kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 32)

  1. Berdoa kepada Allah

Yang tidak boleh dilupakan bagi para pengidap hasad ini ialah bermunajat kepada Allah agar Dia mengeluarkan penyakit ini dari hati.

  1. Banyak Mengingat Mati

Banyak mengingat kematian merupakan terapi penting dalam mengusir penyakit hati, terutama hasad.

Abu Darda radhiyallahu anhu menyatakan: “Seseorang yang banyak mengingat kematian akan sedikit bergembira, dan hasadnya akan sedikit pula.”

  1. Mengisi Hati dengan Keikhlasan

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu menukilkan sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam: “Ada tiga hal yang akan menjaga (kebersihan) hati seorang mukmin dari rasa dengki: (1) Mengikhlaskan amal hanya kepada Allah, (2) memberi nasihat kepada pemimpin kaum muslimin, dan (3) tetap bersama jamaah karena doa kaum muslimin itu senantiasa menyertai mereka.” (HR. At-Tirmidzi dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’)

Dan terhadap orang hasad, sikap kita tidak perlu meladeninya karena sifat hasad bukan untuk dilawan. Kita hanya bisa menghadapinya dengan nasihat, kesabaran, dan menyerahkan urusannya kepada Allah, sebaik-baik pembalas keburukan hamba. Dan tidak ada manusia yang dapat selamat dari celaan sesamanya, kecuali orang gila. Termasuk para nabi dan rasul Allah Ta’ala, mereka pun tidak selamat dari celaan dan hasad orang-orang yang tidak beriman.

Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari penyakit hasad dan dari penyakit-penyakit hati lainnya.

Aamiin Allahuma aamiin.

Referensi :

Abu Ihsan al-Atsari dan Ummu Ihsan//2019//EnsiklopediAkhlakSalaf//Jakarta//Pustaka Imam Syafi’I

Diringkas oleh : Adibah Mira Trisna (Santriwati khidmah Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

Artikel bulan : Februari 2024

Baca juga artikel:

Kewajiban Mencintai Dan Bahaya Membenci Apa Yang Datang Dari Allah Dan Rasul-Nya

Dokumentasi Penyaluran Donasi Banjir  OKU Raya

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.