Kemuliaan ahlul bait dalam pandangan ahlussunnah, diantara bukti penghormatan dan kecintaan seseorang kepada rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah mencintai dan memuliakan keluarga beliau, berdasarkan perintah beliau dalam hadist :
أُذَ كِّرُ كُمُ ا للهَ فِيْ أَ ھْلِ بَيْتِيْ
Aku ingatkan kalian pada Allah tentang (hak-hak) keluargaku[1].
Imam al-baihaqi berkata, “termasuk sikap mengagungkan nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah menghormati para keluarganya serta anak – anak kaum muhajirin dan Anshar”[2].
PENGERTIAN ‘AHLUL BAIT’
Ahlul Bait adalah mereka yang di haramkan menerima sedekah dan zakat. Hal ini berdasarkan sabda rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam :
إِ نَّ هذه ا لصَّدَ قَا تِ إِ نَّمَا هي أَوْ سَا خُ النَّاسِ وَإِنَّها لا تَحِلُّ لِمُحَمَّدٍ وَلا لالِ مُحَمَّدٍ
Sesungguhnya sedekah – sedekah ini adalah kotoran dosa manusia dan sesungguhnya ia tidak halal bagi Muhammad dan tidak pula bagi para keluarga Muhammad (HR. Muslim)[3].
Mereka yang disebut ahlul Bait (keluarga Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam) meliputi para istri dan keturunan nabi Shallallahu Alaihi Wasallam serta siapa saja yang beriman dari Bani Hasyim dan bani Muththalib. Demikianlah penjelasan para ulama Ahlus sunnah dalam kitab – kitab mereka[4].
Imam an-nawawi rahimahullah menulis salah satu bab dalam kitab shahih muslim dengan judul :
باب تَحْرِ يمِ الزَّ کَاةِ عَلُى رَسُولِ ا للّٰهِ وَ عَلَى آ لِهِ وَ هم بَنُو هاشِمٍ وَبَنُو ا لْمُطُّلِبِ دُونَ غَيْرِ هم
Bab : Tentang haramnya zakat untuk Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para keluarganya yaitu bani Hasyim dan bani Muththalib, bukan atas selain mereka.
Adapun tentang masuknya para istri Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ke dalam bagian ahlul bait adalah berdasarkan Firman allah ta’ala berikut ini :
إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهؤكم تطهيرا
Sesenguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih – bersihnya (QS. Al-ahzab/33:33)
Imam Ibnu Katsir rohimahumuulah berkata tentang ayat tersebut, “Ini adalah Nash (keterangan tegas) mengenai masuknya para istri Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kedalam bagian ahlul bait di sini. Karena mereka menjadi sebab diturunkannya ayat tersebut. Menurut kesepakatan Ulama, penyebab diturunkannya ayat termaasuk kandungan makna ayat yang bersangkutan[5].
Selanjutnya beliau berkata lagi, “Suatu hal yang tidak diragukan lagi – bagi orang yang memahami al-qur’an bahwa para istri nabi Shallallahu Alaihi Wasallam termasuk kedalam firman Allah ta’ala :
“Sesengguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, hai Ahlul Bait! Dan membersihkan kamu sebersih – bersihnya”. Karena konteks pembicaraan berkaitan dengan mereka. Karena itu, sesudahnya Allah Ta’ala berfirman :
“Dan Ingatlah apa yang dibacakan di rumah kalian(istri-istri Nabi) dari ayat – ayat Allah dan hikmah”. (QS. Al Ahzab/33:34)
Artinya, Hendaklah kalian (Istri-istri Nabi) mengamalkan apa yang diturunkan Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya dirumah kalian yang berupa ayat-ayat al-qur’an dan Sunnah”[6].
AHLUL BAIT MENURUT DALAM PANDANGAN SEKTE SYI’AH RAFIDHAH
Menurut golongan Syi’ah Rafidhah, Ahlul Bait Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam hanya terbatas pada keturunan Ali saja, dan kemudian mereka batasi lagi lingkup Ahlul Bait dari keturunan Ali Pada keturunan Husain saja. Padahal, jika kita perhatikan nasab (garis keturunan) Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam kitab-kitab yang menerangkan tentang hal tersebut. Ternyata di jumpai bahwa masih banyak lagi anak paman beliau selain dari Abu Thalib. Anak Abu Thalib selain dari Ali juga masih ada. Demikian pula anak Ali selain Husain juga masih ada.
Seperti Hasan, kakak Husain, memiliki keturunan yang begitu banyak dan sampai sekarang pun ada. Demikian Pula, anak Abu Thalib yang masuk Islam ada selain Ali, seperti ‘Uqail dan Ja’far, yang keduannya juga memiliki keturunan yang banyak. Demikian pula, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mempunyai paman – paman lain yang masuk Islam dan juga mempunyai anak yang masuk Islam, Seperti Hamzah, Harits dan’Abbas. Dan Putra ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas, salah seorang sahabat yang sangat masyhur.
Bahkan di antara kesesatan Syi’ah lainnya yang sangat nyata dalamhalini adalah mengeluarkan para istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari bagian Ahlul Bait. Mereka tidak mau memasukkan para Ummahatul Mukminiin (istri-istri Nabi) sebagai bagian dari Ahlul Bait. Bahkan sebaliknya, mereka mencaci para Ummahatul Mukminiin, terutama wanita yang paling dicintai rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, yaitu ‘Aisyah . Dan yang lebih sesat lagi, mereka anggap cacian-cacian tersebut sebagai salah satu sarana, untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Padahal, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam nyata-nyata menyebutkan dalam hadits, bahwa istri beliau termasuk ke dalam bagian Ahlul Bait. Sebagaimana terdapat dalam kisah tuduhan buruk orang-orang munafik terhadap ‘Aisyah .
Siapa yang siap membelaku dari seseorang yang menyakiti keluargaku. Demi Allah, aku tidak mengetahui tentang keluargaku kecuali yang baik. Dan mereka juga menyebut seseorang yang tidak aku ketahui tentangnya kecuali baik. Dan ia tidak pernah masuk kerumahku kecuali bersamaku[7]
HUKUM BERDUSTA ATAS NAMA AHLUL BAIT
Di sisi lain,ada pula orang yang mengaku – aku dirinya berasal dari keturunan Ahlul Bait demi untuk mendapat kedudukan dan kemulian serta kesenangan duniawi, padahal sama sekali ia bukan keturunan Ahlul Bait.
Orang yang menisbatkan diri kepada keturunan orang lain, padahal ia bukan dari keturunan mereka, maka hal ini sudah merupakan suatu kedustaan yang paling besar dan ia akan dilaknat Allah dan para malaikat serat manusia seluruhnya, berdasarkan sabda Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam :
أن من أعظم الفرى أن يدعى الرجل إلى غير أبيه
sesungguhnya diantara kedustaan yang paling besar adalah seseorang yang mengaku anak dari ayah seseorang pada yang bukan ayahnya[8].
Dalam riwayat lain :
Dari ‘Ali .bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “barang siapa yang mengaku anak dari seorang ayah pada yang bukan ayahnya atau menyandarkan diri kepada yang bukan kaumnya, maka laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia mengenainya. Allah tidak akan menerima darinya pada hari kiamat amalan wajib dan tidak pula amalan lainnya”[9].
Satu hal yang perlu kita cermati di sini, ketika meriwayatkan hadits ini, ‘Ali bin Abi Thalib . Menyampaikannya di atas mimbar Kufahsebagi peringatan terhadap orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai Ahlul Bait.
SLOGAN AHLUL BAIT DI JADIKAN UNTUK MELEGALKAN BID’AH DAN KESESATAN
Sebagian orang ada yang menjadikan slogan Ahlul Bait sebagai bahan untuk merekayasa dan melegalkan ajaran – ajaran sesat di tengah-tengah umat islam. Seharusnya jika mereka benar-benar Ahlul Bait, tentulah mereka akan benar-benar mengamalkan dan membela ajaran yang oleh kakek mereka yang mulia yaitu rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hubungan keturunan (nasab) tidak akan berarti apa-apa bila tidak dilandasi dengan iman dan ketakwaan. Oleh sebab itu, tidak ada artinya hubungan kekerabatan bagi Abu Lahab dan Abu Thalib ketika keduannya enggan untuk mengikuti ajaran yang dibawa oleh anak saudaranya yakni Muhammad Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Sebagaimana pula halnya keluarga para nabi sebelum Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam , seperti istri dan anak nabi Nuh ., bapak Nabi Ibrahim .,dan istri Nabi Luth ., sekalipun mereka termasuk keluarga para nabi, namun hubungan keturunan tidak bisa menghalangi azab Allah Ta’ala pada mereka.
Demikian pula orang-orang yang mengaku masih memiliki hubungan keturunan dengan Ahlul Bait, jika mereka enggan untuk mengikuti syariat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam atau membuat ajaran yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam , maka dengan sendirinya mereka telah mengeluarkan diri dari bagian Ahlul Bait, sekalipun pada kenyatannya mereka benar-benar keturunan Ahlul Bait. Sebab hubungan keturunan tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai dengan iman dan amal sholeh. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
ومن بطأ به عمله لم يسرع به نسبه
Barang siapa yang dilambatkan oleh amalnya tidak akan bisa dipercepat oleh hubungan keturunannya (HR. Muslim)
Beliau pernah menyampaikan pernyataan di bawah ini kepada paman dan anak perempuan beliau sendiri :
Wahai anak keturunan ‘Abdul Muthalib ! Aku tidak dapat membela kalian sedikit pun dari Allah. Wahai ‘Abbas bin Abdul Muthalib! Aku tidak dapat membela kalian dari Allah. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah! Aku tidak dapat membela enngkau sedikitpun dari Allah. Wahai Fatimah binti Rasulullah! Mintalah apa yang engkau mau , aku tidak dapat membela engkau sedikitpun Dari Allah. (Muttafaqun ‘alaih)
Di Tulis oleh : Ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra
Diambil dari Majalah : As – Sunnah EDISI 02/THN XV/RAJAB1432H/JUNI2011M
Di ringkas oleh : Riki Irawan (pengajar ponpes DQH)
[1] HR. Muslim no.6378
[2] Lihat Syu’abul Iman 2/228
[3] HR. Muslim no 2531
[4] Lihat Minhajus Sunnah 7/304, Fathul Bari 7/78, Fadhlu Ahlil Bait Karya Syaikh ‘Abdul Muhsin al-Abbad hlm.7
[5] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 6/410
[6] Ibid 6/415
[7] HR. al-Bukhari no 2494
[8] HR. al-Bukhari no.3318
[9] HR. Muslim no.3393
Baca juga artikel berkut:
Leave a Reply