Kisah Ketegaran Ayyasy Bersama Isterinya

oleh: M.Thoyyib

                Disaat malam telah menghamparkan gelapnya menyelimuti Kota Mekkah, Asma’ binti Salamah merasa gelisah dan khawatir, kenapa suaminya `Ayyasy bin Abi Robi`ah terlambat datang? Apakah saudaranya yang bernama Abu Jahl telah melihatnya bersama Muhammad bin Abdulloh ? Apakah seseorang telah memberitahukan kepada ibunya yaitu Asma’ binti Makhromah bahwa anaknya telah menemui Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam dan mendengarkan apa yang ia sampaikan?

                Tiba-tiba Asma’ melihat sebuah bayangan yang mendekat, lalu iapun yakin bahwa ia adalah suaminya `Ayyasy. Iapun berkata: “Apa yang terjadi? Apakah engkau telah menemuinya?” Ayyasy berkata: “Tidak, mata-mata Quroisy terus mengintai rumahnya. Lalu Asma’ menyarankannya agar menemui Abu Bakar bin Abi Quhafah serta Zaid bin Muhammad (yaitu Zaid bin Haritsah), Utsman bin Affan serta orang-orang yang telah mengikuti Muhammad.

Pergilah Ayyasy bin Abi Robi`ah menuju rumah Abu Bakar, dan melihat kondisi sekitarnya. Tatkala ia telah yakin tidak ada yang mengikutinya, ia ketuk pintu Abu Bakar. Datanglah Abu Bakar menyambut kedatangannya. Lalu Ayyasy bertanya: “Apakah Islam?” Abu Bakar berkata: “Engkau menyerahkan hatimu kepada Alloh dan orang-orang muslim merasa aman dari lidah dan tanganmu.” Ayyasy melanjutkan pertanyaannya: “Apakah nabi itu?” Abu Bakar berkata: “Ia adalah orang yang diberi wahyu dari langit dan ia sampaikan kepada penduduk bumi.” Demikian penggalan pertanyaan Ayyasy kepada Abu Bakr. Lalu Abu Bakar membacakan beberapa ayat Al-Qur’an sehingga Ayyasy merasa senang dengan keindahan bacaan Al-Qur’an. Tatkala Ayyasy keluar dari rumah Abu Bakar, ia bertemu dengan Utsman bin Affan dan mengajukan beberpaa pertanyaan kepadanya yang kemudian dijawab oleh Utsman dengan baik.

                Lalu Ayyasy kembali ke rumahnya, dan sesampainya di rumah ia bertemu dengan Asma’ binti Salamah yang kemudian menceritakan kisahnya. Asma’ berkata: “Sungguh Ummul Fadhl isteri Al-Abbas bin Abdul Muththolib telah lewat di hadapanku dan mengajakku masuk Islam. Khodijah binti Khuwailid isteri Muhammad, Ummul Fadhl, serta Barokah Al-Habasyiyyah isteri Zaid bin Muhammad telah masuk Islam. Sungguh ia telah membacakan kepadaku sebagian ayat Al-Qur’an sehingga hatiku bergetar dan hatiku merasa nyaman mendengarkannya.”

                Di suatu malam tatkala Asma’ tidur, ia bermimipi dicampakkan ke neraka akan tetapi ia lari darinya menuju sebuah lembah yang hijau, dipenuhi rerumputan dan padanya terdapat air. Diceritakanlah mimpi tersebut kepada suaminya Ayyasy yang kemudian mengomentarinya agar ia bergembira karena Islam telah menyelamatkannya dari neraka.

                Ayyasy bersama isterinya Asma’ menemui Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam dan mereka dapati beliau sedang melaksanakan shalat. Tatkala selesai dari melaksanakan sholat, beliau membacakan beberapa ayat Al-Qur’an. Merekapun mendengarkannya hingga nampak jelas kebenaran pada hati mereka dan memancarlah cahaya di hati mereka. Dan merekapun mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak saat itu Ayyasy senantiasa menyertai Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam hingga rumah Al-Arqom bin Abi Al-Arqom menjadi tempat menetap beliau, dan darinya Asma’ menimba ilmu setelah kembali dari Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam.

                Pada suatu hari Asma’ binti Makhromah bin Jundal ibunda Ayyasy mengunjungi rumah anaknya dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengembalikan anaknya kepada penyembahan berhala.

Asma’ binti Salamah berkata: “Sungguh telah datang Nabi Alloh dengan membawa kebaikan dunia dan ketenangan akhirat.” Asma’ binti Makhromah berkata: “Apakah engkau hendak mengulang apa yang dikatakan Muhammad mengenai kebangkitan dan perhitungan amal?” Ayyasy berkata: “Alloh telah berfirman:

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan kepadanya.” (QS. An-Najm: 39-40)

Asma’ binti Makhromah berkata: “Sungguh, ia telah mencekokimu dengan Al-Qur’annya.” Maka Asma’ binti Salamah berkata: “Bukan, melainkan Al-Qur’an Alloh.”

Setelah dirasa gagal mengembalikan Ayyasy dan isterinya kepada agama nenek-moyang, maka Asma’ binti Makhromah berkata: “Demi Lata dan Uzza, sungguh akan aku biarkan kaummu membunuhmu setelah engkau datangkan kepada kami kehinaan dan aib.” Hingga akhirnya Ayyasy bin Robi`ah bersama isterinya berhijrah ke Negeri Habasyah meninggalkan keluarga serta harta demi menyelamatkan agamanya.

                Kemudian Ayyasy bersama isteri dan anaknya yang bernama Abdulloh kembali ke Mekkah dengan harapan mereka mendapatkan tempat menetap setelah lama meninggalkannya. Akan tetapi para pembesar Quroisy sedang menanti orang-orang yang berhijrah ke Habasyah. Setelah orang-orang anshor berbaiat kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam, para sahabatpun berhijrah ke Madinah. Maka Ayyasy, dan Hisyam bin Al-Ash datang kepada Umar bin Khoththob dan berjanji untuk bergi berhijrah bersamanya.

                Merekapun bersepakat untuk berkumpul di anak sungai Bani Ghiffar, dan yang pagi harinya tidak hadir berarti ia telah tertahan oleh kaumnya maka hendaknya yang lain berangkat pergi berhijrah. Ternyata keesokan hari Hisyam bin Al-Ash tidak hadir, sehingga Umar bersama Ayyasy berangkat meninggalkan Hisyam.

                Asma’ binti Salamah mengetahui bahwa Abu Jahl dan Al-Harits bin Hisyam saudara Ayyasy seibu hendak menyusulnya dan membawanya kembali ke Mekkah serta memberikan kepadanya berbagai macam siksaan yang mengerikan. Namun Asma’ tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membantunya memberitahukan hal tersebut kepada Ayyasy. Sampailah Abu Jahl bersama Al-Harits bin Hisyam ke Madinah dan menemui Ayyasy dan memberitahukan bahwa ibunya bernadzar untuk tidak menyisir rambut dan tidak berteduh hingga melihatnya. Dengan dalih berbakti kepada orang tua sebagaimana yang diajarkan dalam Islam, mereka membujuknya agar mau kembali ke Mekkah. Maka Ayyasy menyetujuinya, dan untuk selanjutnya ia akan kembali ke Madinah membawa hartanya.

                Ketika Ayyasy menemui Umar dan memberitahukan perkara tersebut, Umar telah memberinya nasihat agar tidak memenuhi seruan mereka dan menawarkan separoh hartanya untuk Ayyasy. Namun Ayyasy bersikeras untuk menepati janjinya kepada mereka menolak penawaran Umar. Melihat hal tersebut Umar memberikan untanya kepada Ayyasy dan memerintahkannya supaya tetap berada di atas punggung unta tersebut, agar ia bisa melarikan diri tatkala melihat gelagat yang tidak baik dari Abu Jahl dan Al-Harits bin Hisyam.

                Di tengah jalan Abu Jahl berkata kepada Ayyasy: “Sungguh, untaku ini membuatku lelah. Bagaimana pendapatmu wahai Ayyasy jika kita bertukaran unta?” Maka Ayyasy berkata: “Dengan senang hati dan penuh rasa hormat.” Tatkala Ayyasy menambatkan untanya dan tatkala ia menapakkan kakinya ke tanah kedua saudaranya tersebut melompat, menyerangnya, hingga terjatuh kemudian mengikatnya. Ayyasypun bertanya-tanya dengan rasa heran. Pertanyaan Ayyasy dijawab oleh kedua saudaranya bahwa ia akan segera dicampakkan di penjara Mekkah dan mereka tidak akan menghalangi penyiksaan atas dirinya hingga ia kembali kepada agamanya yang lama.

                Di siang hari Abu Jahl membawa Ayyasy dengan terikat tangannya dan berkata: “Wahai orang-orang Quraisy, perlakukanlah orang-orang bodoh kalian seperti kami memperlakukan orang-orang bodoh kami ini.” Di dalam penjara Ayyasy tidak sendirian, melainkan bersamanya Hisyam bin Al-Ash.

Asma’ binti Makhromah datang dan berkata: “Sungguh, Muhammad telah menyihir kalian berdua (Ayyasy dan Hisyam).” Lalu Ayyasy berkata: “Aku berlindung kepada Alloh dari keadaan Rosululloh sebagai tukang sihir.” Asma’ berkata: “Wahai anakku, kembalilah beribadah kepada Lata dan Uzza.” Maka Ayyasy berkata: “Demi Alloh aku tidak akan kembali kepada kekafiran setelah merasakan manisnya keimanan.” Asma’ berkata: “Apakah kami orang-orang kafir?” Ayyasy menjawab: “Ya, kalian ingkar terhadap nikmat-nikmat Alloh. Kalian menyembah berhala dan berdoa kepadanya.”

                Asma’ melihat kepada algojo seraya berkata: “Siksalah dia akan tetapi jangan kalian bunuh. Aku lupa, hampir tidak ingat bahwa aku memiliki anak yang bernama Ayyasy.” Asma’ binti Salamah mengetahui kekalahan orang-orang musyrikin di perang Badr, lalu ia mengirimkan utusan kepada suaminya di penjara. Maka Ayyasy dan Hisyam pun bertahlil.

                Allohu Akbar, itu adalah awal kabar kemenangan yang menggembirakan setelah binasanya musuh-musuh Islam yaitu Abu Jahl, Utbah, Syaibah serta kedua anaknya yaitu Robi`ah serta Umayyah. Asma’ binti Salamah mendengar keislaman Umair bin Wahb dan merasa senang dengannya setelah sebelumnya ia adalah syetannya orang Quraisy, kini ia adalah pembela Islam. Demikian juga dengan Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughiroh.

                Pada Suatu malam, Al-Walid bin Al-Walid datang kepada Asma’ dengan mengenakan penutup muka. Ia mengetuk pintu rumah Asma’ bin Salamah. Tatkala Asma’ mengenalnya, Al-Walid bertanya mengenai tempat penyekapan Ayyasy serta Hisyam. Datanglah Al-Walid bersama Asma’ binti Salamah yang membawa batu ke tempat penyekapan Ayyasy dan Hisyam. Kemudian Al-Walid berpijak pada batu tersebut untuk selanjutnya ia memanjat dinding dan memutus belenggu Ayyasy dan Hisyam menggunakan pedangnya. Dan akhirnya Al-Walid bin Al-Walid bersama Hisyam, Ayyasy dan Asma’ binti Salamah serta anaknya yaitu Al-Jullas pergi menuju Rosululloh n di Madinah.

                Demikianlah akhirnya Alloh subhanahu wa ta’ala, berkehendak untuk menyelamatkan mereka dari orang-orang musyrik Quraisy beserta musyrikin Mekkah yang lainnya. Semoga Alloh meridhoi mereka semua dan mengumpulkan kita bersama mereka.

Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 02 Tahun 02

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.