Sebelum Ayah Tiada (Bagian 5)

sebelum ayah tiada 5

Sebelum Ayah Tiada (Bagian 5)Yakini Allah Sang Penyembuh, Obat Hanya Perantara

ANAKKU, jika engkau sakit lalu sembuh, yakinilah yang menyembuhkan adalah Allah. Dia Asy-Syafi, Sang Penyembuh. Sementara dokter, bidan, rumah sakit dan obat yang engkau minum hanya sebagai perantara. Nabi Ibrahim berkata:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِين

Artinya; “Jika aku sakit, Allah yang menyembuhkanku.” (Asy-Syu’ara: 80)

Kisah ayah berikut tentang Nabi Musa dan sakitnya, semoga engkau dapat mengambil pelajaran akidah dan tauhid.

Suatu hari, Nabi Musa mengalami sakit gigi. Nabi Musa pun berdoa, “Ya Allah, tunjukkan obat untuk sakit gigi.”

Allah menjawab, “Kunyahlah rumput itu.” Nabi Musa pun mengunyah dan langsung sembuh.

Di hari lain, Nabi Musa sakit gigi lagi, tapi ia tidak adukan sakitnya kepada Allah. Karena ia menduga rumput kemarin adalah obatnya. Musa pun mencari rumput lagi lalu dikunyah. Tapi, kali itu giginya malah tambah sakit.

Allah menjawabnya, “Wahai Musa, kamu itu kekasihku, seharusnya engkau tahu bahwa yang sembuhkan itu Aku bukan rumput itu. Sejak saat itu, Nabi Musa tambah yakin bahwa yang menyembuhkan hanyalah Allah, sementara obat hanya perantara. (Mafatihul Ghaib, Fakhrudin Ar-Razi, Maktabah Syamilah)

Anakku, dari kisah ini engkau dan ayah belajar jika sakit, kita wajib mencari obat namun tetap meyakini bahwa Allah yang menyembuhkan penyakit atas izinNya. Engkau sembuh, raih pahala dan akidahmu pun lurus.

Fikirkan Kebesaran Allah, la Kuatkan Imanmu

ANAKKU, fikirkan kebesaran Allah sebab itu kuatkan iman dan Islammu. Segenap makhluk berada dalam genggaman Allah, ia tidak pernah lepas dari ilmu dan pengawasanNya. Dia yang Menjaga Nabi Yunus saat berada dalam perut hiu. Menjaga Ibrahim saat di tengah api membara. Menjaga Ismail dan ibunya di tanah tandus. Menciptakan Isa tanpa ayah.Memberi rezeki kepada Maryam tanpa usaha. Menciptakan Adam dan Hawa tanpa ayah ibu. Allah itu Maha berkuasa atas segala sesuatu.

Ini kisah ayah tentang pohon Murbei, padanya ada tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Hanya orang berakal yang pandai merenungkan kebesaran Allah.

Sekitar tujuh belas ahli logika mendatangi Imam Asy-Syafi’i saat perjalanan beliau menuju Gaza, Palestina.

Mereka bertanya, “Wahai Imam, apa bukti Allah itu ada?”

Imam Asy-Syafi’i menjawab, “Coba kalian perhatikan Daun Murbei, bukankah rasanya satu, warnanya satu, baunya satu, tabiatnya satu. Namun, jika dimakan ulat, ulat itu keluarkan benang sutra. Jika dimakan lebah, lebah itu keluarkan madu. Jika dimakan kambing, kambing itu menjadi daging dan susu. Jika dimakan zabba, zabba itu keluarkan aroma wangi.”

Imam Asy-Syafi’i melanjutkan, “Siapakah gerangan yang menjadikan semua ini?” Bukankah daun Murbei itu penciptanya satu?

Para ahli logika pun terkagum-kagum, “Ya, engkau sangat benar wahai Imam. Engkau telah memberi penjelasan mengagumkan.”

Akhirnya, para ahli logika itu dapat pun menerima keterangan sang Imam. Dan, saat itu juga, mereka memeluk Islam. (Ainallah, Abdu Rahman Sajri, Basyair Islamiyah)

Ajangan Paksakan Akidahmu, Benar dan Batil Sudah Jelas

ANAKKU, hormati orang yang berbeda keyakinan denganmu, sebab Islam mengajarakan itu kepadamu. Jika tetanggamu yang non muslim sakit, jenguklah atau antarkan ia ke rumah sakit. Perlihatkan akhlak mulia kepadanya, jangan-jangan itu menjadi jalan hidayah Allah untuknya. Tapi, jangan paksakan ia masuk Islam, karena Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk menjadi muslim.

Ini kisah ayah tentang tema ini, semoga engkau bisa mengambil pelajarannya. Abul Hushain laki-laki Anshar memiliki dua orang anak beragama nasrani. Abul Hushain sendiri seorang muslim. Kedua anak itu sering ikut para pedagang nasrani membawa biji-bijian ke Madinah.

Suatu saat, ayahnya berkata kepada keduanya, “Wahai anakku, aku tidak rela hingga kamu berdua masuk Islam.” Namun, kedua anak itu enggan masuk Islam.

Ayahnya pun mendatangi Nabi sambil berkata, “Wahai Rasul, kedua anakku menolak Islam, apakah aku harus memaksa keduanya?”

Setelah itu, Allah pun menurunkan firmanNya,

لَا إِكْرَاة في الدين

Artinya: “Tidak ada paksaan dalam agama.” (QS. Al-Baqarah: 256)

(Asbabu Nuzul, As-Suyuthi, Pustaka Al-Kautsar)

TENTANG IBADAH

Luruskan Niatmu, la Betulkan Amalmu Jika Salah

ANAKKU, yang paling penting dalam ibadah adalah menjaga niat. Segala sesuatu itu tergantung niatnya. Nabi berkata,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِيَّاتِ

Artinya; “Sungguh amal itu tergantung niat.” (Al-Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khathab)

Berdasarkan hadits ini engkau belajar betapa besar kedudukan niat dalam beramal. Karena itu, setiap orang beriman diperintah luruskan niat karena Allah. Artinya kerjakanlah segala sesuatu hanya karena Allah. Bukan karena manusia. Sebab jika engkau beramal karena manusia, dipastikan amalmu tertolak atau terhambur sia-sia layaknya debu berterbangan.

Engkau belajar, bermain, bekerja, shalat, makan, minum, shadaqah, umrah, haji, silaturahmi, bersahabat, membantu orangtua, dan lain-lain, pastikan bahwa semua itu engkau jalankan karena Allah memerintahkan. Karena syarat amalmu diterima jika engkau melandasinya dengan iman, ikhlas dan sesuai tuntunan Nabimu.

Anakku, salah satu manfaat niat itu membenarkan amal-amalmu jika salah. Berikut ini, ayah ceritakan kepadamu kisah menarik tentang seorang yang beramal salah, tapi niatnya benar, amalnya pun diterima Allah.

Nabi bercerita, dahulu kala ada seorang laki-laki berniat, “Malam ini aku harus bershadaqah,” Di tengah jalan, ia berjumpa seseorang yang dikira seorang fakir. Lalu, ia pun memberinya uang. Tidak lama kemudian, orang- orang pun menegurnya, “Semalam itu kamu bershadaqah kepada pencuri.” Laki-laki itu menjawab, “Ya Allah, tapi segala puji hanya untukMu.”

Di malam kedua, laki-laki itu berniat lagi, “Malam ini aku harus bershadaqah.” Di jalan, ia berjumpa seorang wanita dikira miskin, ia pun memberinya uang. Tidak lama kemudian, orang-orang pun menegurnya, “Semalam itu engkau bershadaqah kepada wanita tidak baik.” Laki-laki itu menjawab, “Ya Allah, tapi segala puji hanya untukMu.”

Di malam ketiga, laki-laki itu berniat lagi, “Malam ini harus bershadaqah.” Di jalan, ia bertemu seorang laki-laki yang dikira fakir. la pun memberinya uang. Tidak lama setelah itu, orang-orang pun menegurnya, “Semalam itu engkau bershadaqah kepada laki-laki kaya raya.” Laki-laki itu menjawab, “Segala puji hanya milikMu, ternyata aku salah bershadaqah, yaitu kepada pencuri, wanita tidak baik dan kaya raya.”

Dalam tidur, laki-laki itu bermimpi, dikatakan padanya, “Shadaqahmu kepada wanita tidak baik, boleh jadi ia pakai menjaga kehormatannya, shadaqahmu kepada pencuri boleh jadi ia pakai menjaga dirinya dari mencuri, shadaqahmu kepada orang kaya boleh jadi menyadarkan dirinya dari lalai menginfakkan hartanya di jalan Allah.” (Al-Bukhari dari Abu Hurairah)

Jangan Remehkan Amal Kecil, Esok la Besar di Mata Allah

ANAKKU Ibnu Mubarak berkata:

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِمُهُ البَيَّةُ وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرُ تُصَغَره النيَّةُ

Artinya: “Betapa banyak amal kecil menjadi besar karena niat pelakunya. Betapa banyak amal besar menjadi kecil karena niat pelakunya.” (Quthul Qulub, Abu Thalib Al-Makki, Maktabah Syamilah)

Jika engkau melihat seekor kucing terpelset dan jatuh diselokan, segera selamatkan. Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa mengganggu jalannya orang banyak, singkirkanlah segera. Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya, ambil dan susulkan ia ke induknya segera. Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan, antarkanlah ia. Ajarkanlah alif ba ta tsa ke temanmu. Tahanlah lidahmu menyakiti saudaramu.

Semua itu hanyalah hal-hal kecil yang mudah dijalankan. Tapi jika diberi niat besar nan mulia, amal kecil itu akan menjadi besar di mata Allah, ia menjadi sebab dosamu diampuni, rezekimu dilapangkan, amal jariyahmu, sebab engkau masuk surga Allah.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata,

لا تَحْقِرَنَ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَن تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهِ طَلْقٍ

Artinya: “Jangan sekali-kali engkau remehkan kebaikan sedikitpun, meskipun hanya bertemu saudaramu dengan wajah tersenyum.” (Muslim, Maktabah Syamilah)

Bacalah Al-Qur’an dan Rasakan Ia Turun Untukmu

ANAKKU, jika engkau membaca Al-Qur’an, hadirkan perasaan bahwa pesan-pesannya diarahkan untuk dirimu. Bukan untuk yang lain. Dengan begitu, engkau lebih bisa menjadikan Al-Qur`an sebagai kitab yang selalu hidup dan memberi makna dalam hidupmu. Al-Qur`an itu tidak sekadar dibaca untuk menambah pahala. Tapi, lebih dari itu ia seharusnya menjadi ilmumu, wawasanmu, akhlakmu, adabmu, bahan diskusimu, perasaan dan cita-cita dan masa depanmu.

Penyair di masa Nabi bernama Qais bin Syammas, ketika tahu Allah menurunkan ayat, “Janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi.” (Al-Hujurat: 2) ia menangis di rumahnya selama tiga hari, karena merasa sering meninggikan suara ketika bersyair. (Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah)

Itulah gambaran para sahabat Nabi, mereka benar-benar merasa ayat turun itu untuk dirinya, mereka menangis, bersedih dan takut dengan ayat- ayat Allah. Semoga Allah jadikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai obat hati kita.

إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلِ اللهِ وَخَاصَّتُهُ

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata, “Allah memiliki orang-orang dekat dari kalangan manusia.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka?” Beliau menjawab, “Mereka itu yang menyibukkan diri dengan Al- Qur’an; Mereka orang-orang dekat dan khusus di sisi Allah.” (Ibnu Majah dari Anas bin Malik, Maktabah syamilah)

Bersambung ke bagian berikutnya, insya Allah.

Referensi:

diringkas dari Buku Sebelum Ayah Tiada

Penulis: Muhammad Yasir, Lc

Penerbit: Pustaka Al-Kautsar

Diringkas Oleh: Abu Muhammad Fauzan (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA :

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.