PERAN TARBIYAH DARI IBU YANG SHALIHAH
Alhamdulillāh, segala puji bagi Allāh Rabb semesta alam yang telah memberikan kepada kita semua kenikmatan dan karunia yang tak terhitung banyaknya. Kita mohon kepada Allāh, agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada penutup para rasul, Nabi Muhammad yang telah diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Demikian pula bagi para sahabat yang telah Allāh pilih untuk menemani Nabi-Nya dalam menyampaikan risalah ini, untuk keluarga beliau dan seluruh orang yang mengikuti serta meneladani sunnah-sunnah beliau hingga hari kiamat. Ikhwāh fīllāh a’āzzaniy wa iyyakum, pada kesempatan kali ini kami ulas beberapa nasihat yang berkaitan dengan guru pertama. Artikel ini merupakan artikel kelanjutan dari Peran Tarbiyah dari Ibu yang Shalihah Bagian 01. Semoga dengan adanya kelanjutan artikel ini, dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Aamiin.
- Syaikh Muhammad Hasan bin Dedew
Mungkin tak banyak diantara kita yang pernah mendengar nama beliau atau boleh jadi ini adalah kali pertama kita mendengarnya. Ya, beliau memang tak setenar Syaikh Bin Baz, Ibnu ‘Utsaimin atau al-Albani rahimahumullaah. Namun beliau adalah ulama muda asal Mauritania dengan kecerdasan, hafalan, dan pemahaman yang luar biasa.
Beliau lahir pada tahun 1386 H atau sekitar bulan Oktober 1963 M, di sebuah desa bernama Ummul Qura, di provinsi Chinguetti (Syinqieth). Beliau mulai menghafal al-Qur’an sejak berumur 5 tahun dan hafal seluruhnya setelah berumur tujuh tahun lebih.
Kekuatan hafalan, kecerdasan, dan kesungguhannya dalam mencari ilmu sungguh luar biasa. Bagi anda yang baru pertama kali mendengar namanya, mungkin tidak akan percaya jika di zaman ini masih ada orang yang seperti beliau. Ya demikianlah anugerah Allah kepada siapa saja yang Ia kehendaki dan bila Allah menghendaki suatu kebaikan bagi hambanya, maka Allah siapkan baginya sarana-sarana ke arah itu.
Bila diperhatikan, ada empat faktor utama yang menunjukkan keberhasilan beliau:
Pertama: Bakat-bakat alami yang Allah berikan kepadanya. Seperti akal yang cemerlang dan kemampuan untuk menghafal dan memahami dengan cepat.
Kedua: Komunitas ilmiah yang membesarkan dirinya. Sebab beliau dibesarkan oleh kedua orang tua yang alim, terutama ibunya. Ibunda beliau berasal dari keluarga ‘Abdul Wadud al-Hasyimi, yang berarti bahwa dari jalur ibu beliau masih keturunan Bani Hasyim (Ahlul Bait). Sedangkan dari jalur ayah, beliau berasal dari kabilah Himyar yang asal-usulnya dari Yaman.
Sejak kecil, ayah dan ibunya mengajarinya hafalan al-Qur’an. Menurut penuturan beliau kepada ‘Abdullah al-Hakami muridnya, beliau merasa telah hafal al-Qur’an ketika berusia delapan tahun dan tidak ingat pasti kapan mulai menghafalnya. Mendapati seorang bocah yang hafal al-Qur’an dan matan-matan dasar, merupakan sesuatu yang wajar di masyarakat Mauritania. Ini sama sekali bukanlah hal aneh di sana, beda dengan masyarakat lainnya di seluruh dunia.
Dari sang Ibunda, beliau mempelajari Qira’ah ‘Asyrah (sepuluh qiraat) dan melaluinya pula beliau menghafal sejumlah matan ilmiah dasar. Tak hanya berguru kepada ibunya, beliau juga belajar dari wanita-wanita alim lainnya di keluarga beliau, seperti neneknya, bibi ibunya, dan bibi ayahnya.
Setelah itu, beliau melazimi kakeknya (ayah dari ibunya) yang merupakan ulama besar masa itu, asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad ‘Ali bin ‘Abdul Wadud. Beliaulah yang mendidik Syaikh Dedew sejak kanak-kanak. Darinya pula beliau belajar ilmu-ilmu al-Qur’an dan Sunnah, dan membacakan kepadanya kitab-kitab hadits yang tebal.
Sang kakek tidak sekedar alim dalam ilmu agama, namun juga merupakan teladan dalam hal ibadah, akhlak, kezuhudan, dan kerja keras. Syaikh Dedew tidak pernah dikenal sebagai anak yang suka bermain atau remaja yang puber. Beliau tetap setia menimba ilmu dari sang Kakek hingga ia wafat paa tahun 1401 H (1982 M), رحمه اللّه.
Setelah itu, beliau melanjutkan studinya di sebuah Mahzharah (محاضرة) -alias pesantren tradisional Mauritania-, yang diasuh oleh keluarga ibunya, yang terkenal dengan nama Mahzharah al-Adduud. Di Mahzharah ini, beliau belajar kepada kedua pamannya yang juga merupakan ulama, yaitu Syaikh Muhammad Yahya dan Syaikh Muhammad Salim. Keduanya adalah putera kakeknya, Syaikh Muhammad ‘Ali ‘Abdul Wadud. Sepeninggalan Sang Kakek, beliau lebih banyak menimba ilmu dari ‘Sang Lautan Ilmu’ Syaikh Muhammad Salim bin Adduud, yang notabene adalah pamannya sendiri.
Nah komunitas ilmiah inilah yang sangat berpengaruh pada masa kecil Syaikh Dedew yang dibesarkan atas dasar akidah Salafiyah. Sebab keluarga ‘Abdul Wadud (al-Adduud) adalah keluarga yang berpemahaman Salafi dan bermanhaj lurus dalam hal ibadah.
Ketiga: Lingkungan pedesaan yang tenang dan jauh dari berbagai kesibukan dan kemewahan duniawi yang menggoda.
Keempat: Tekad baja dan semangat luar biasa yang dimiliki Syaikh Dedew.
Barangkali keempat faktor inilah yang melahirkan ulama besar kaliber internasional seperti Syaikh Dedew ini. Lantas, seberapa hebatnya sepak terjangnya di dunia ilmu, amal, dan dakwah? Berikut ini adalah uraian singkatnya.
Hafalan Beliau
Beliau adalah salah satu keajaiban dunia dalam hal menghafal dan menghadirkan hafalan. Banyak sudah matan ilmu yang beliau syarah tanpa memegang sebuah kitab maupun selembar kertas pun di tangannya, kecuali dalam kondisi yang jarang. Seperti ketika beliau hendak menukil sebuah ungkapan yang belum pernah dihafalnya. Beliau juga orang yang sangat alim dalam hal sya’ir Arab. Tak terhitung berapa banyak sya’ir yang beliau hafal, baik yang di muat dalam diwan-diwan sya’ir maupun yang lainnya. Termasuk sya’ir-sya’ir gubahan penya’ir masa kini.
Salah satu hal paling ajaib yang ada pada beliau adalah kemampuannya menghafal pendapat-pendapat masyhur dari Imam yang empat, dan pengetahuan mendalam beliau tentang cacat hadits yang tersembunyi. Jika beliau sedang membahas suatu disiplin ilmu, Anda akan mengatakan orang ini pasti menghabiskan umurnya untuk mempelajari ilmu itu saja, karena saking mendalamnya pembahasan beliau.
Bakat yang Luar Biasa Menggubah Sya’ir
Al-Hakami menuturkan bahwa dirinya berulang kali menyaksikan Syaikh Dedew mampu menggubah sya’ir atau menyusun munzhumah (bait-bait bersajak) dalam seketika. Bait-bait yang digubahnya juga cukup bagus. Beliau adalah penyair ulung yang dapat menggubah sya’ir dengan fasih dan lancar tanpa tersendat-sendat. Banyak sekali kumpulan sya’ir yang pernah beliau gubah, namun kebanyakan tidak dibukukan dan telah hilang.
Karya Ilmiah Beliau
Walaupun super sibuk, Syaikh Dedew sempat menghasilkan banyak karya ilmiah. Beliau juga memiliki sejumlah hasil riset yang belum dicetak. Demikian pula dengan beberapa kumpulan faidah yang beliau rangkai dalam manzhumah. Karya tulis beliau yang telah dicetak adalah thesis masternya di Fakultas Syari’ah, yang berjudul (مُخَاطَبَات القُضَاة) atau ‘Surat-menyurat di antara hakim.’ Beliau juga mengawasi penerbitan serangkaian matan ilmiah, dan kebanyakan karya beliau adalah berupa kajian ilmiah yang direkam dalam kaset dan CD, yang jumlahnya mencapai ratusan dan tersebar di berbagai penjuru dunia.
Ketekunannya dalam Beribadah
Syaikh Dedew adalah seorang ulama besar yang rajin berpuasa dan shalat malam. Beliau tidak pernah meninggalkan puasa Senin-Kamis maupun puasa sunnah musiman lainnya. Beliau lebih sering hanya beristirahat dengan tidur siang, dan tidak pernah terlihat oleh orang dekatnya melainkan tidur dalam keadaan miring ke kanan, sebagaimana anjuran Rasulullah.
Jauh berbeda dengan kebiasaan tidur kita yang hanya miring ke kanan ketika menjelang tidur. Namun setelah terlelap dan mendengkur keras, kita akan tengkurap atau minimal tidur terlentang. Wallaahul musta’an.
Syaikh Dedew memiliki keuletan dan kerja keras yang tidak ada duanya. Anda tidak mungkin melihatnya menguap atau mengatakan ‘huaahhemm..’ walaupun telah lama begadang dan kecapaian.
‘Abdullah al-Hakami menuturkan, “Salah satu bukti keuletannya yang luar biasa ialah, ketika aku memintanya membantuku dalam mencocokkan sebuah manuskrip yang ditulis dengan khat Mauritania. Aku merasa kesulitan untuk membaca manuskrip tersebut dan mencocokkannya dengan manuskrip lain, untuk kemudian mencatat perbedaan kedua manuskrip tadi. Maka Syaikh Dedew yang baru pulang dari bepergian kuminta untuk membantuku. Kami pun mencocokkan bersama manuskrip-manuskrip tersebut hingga jam dua malam. Namun karena lelah, aku tak kuat meneruskan, dan aku pamit untuk tidur. Hal ini ku alami di salah satu malam musim dingin yang cukup panjang. Aku baru bangun menjelang fajar dengan bantuan weker. Maka aku mendatangi Syaikh Dedew untuk membangunkan beliau, karena mungkin beliau masih tidur. Namun ternyata beliau sedang berdiri shalat dan telah selesai mencocokkan kedua manuskrip tadi sekaligus mencatat perbedaannya. Maka ku katakan dalam hati: “Sungguh Mengagumkan!”
Ketawadhu’an Beliau
Al-Hakami menuturkan’ “Seumur hidup, belum pernah kulihat orang yang lebih tawadhu’ dari beliau. Saking tawadhu’nya, beliau membikini keki orang-orang yang mengunjunginya. Beliau akan menyodorkan kedua sandal setiap orang yang mengunjunginya ketika orang tersebut hendak pulang. Beliau tidak suka menguasai pembicaraan, dan tidak akan berbicara di sebuah majelis yang dihadiri oleh salah seorang yang pernah menjadi gurunya di kampus. Beliau senantiasa berwajah ceria, ramah, sopan, dan berwibawa.
Beliau gemar membantu orang lain, dan memenuhi hajat mereka, serta tidak pernah menolak permintaan orang. Beliau tidak suka dipuji, dan tidak mengizinkan seorang pun untuk membicarakan orang yang berilmu dan mulia, serta tidak suka meng-ghibah siapa pun dari kaum muslimin, baik penguasa maupun rakyat biasa.
Pengorbanannya dalam Dakwah
Syaikh Dedew sudah melanglang buana hampir ke seluruh dunia dalam rangka berdakwah. Kemana pun diundang untuk berdakwah, beliau pasti pergi ke sana. Beliau memperingatkan kaum muslimin dari sikap ekstrim dalam beragama, menyampaikan kajian rutin, ceramah, seminar, dan lain-lain.
Aktivitas malam beliau sambung dengan kesibukan siang, dengan kesabaran yang mengagumkan. Beliau demikian tahan banting dalam menghadapi berbagai kesulitan, hingga sulit dicari duanya di zaman ini.
Sikap Toleran dan Pendiriannya yang Teguh Saat Diskusi
Salah satu keistimewaan Syaikh Muhammad Hasan Dedew ialah sikapnya yang toleran dalam berdiskusi. Beliau tak pernah naik pitam, atau merasa kesal terhadap orang yang menyelisihinya. “Aku berulang kali melihat beliau menggenggem jari-jemari lawan diskusinya, sembari menghitung argumentasi yang disampaikannya dengan penuh keteguhan. Akhirnya lawan diskusinya pun tak punya pilihan lain selain menuruti, atau paling tidak terdiam,” tutur al-Hakami.
Bakat-Bakat Ilmiah Beliau
Di samping berbagai bakat ilmiah yang Allah berikan kepada Syaikh Muhammad Hasan, beliau juga bisa mena’birkan mimpi. Bahkan beliau termasuk orang yang jago mena’birkan mimpi, dan hal itu beliau lakukan sesuai dengan petunjuk para salaf. Beliau selalu mengaitkan pena’birannya dengan mengatakan wallahu a’lam, dan tidak pernah memastikan pena’biran beliau pasti benar.
Beliau tidak menafsirkan mimpi secara paksa, dan tidak mau menafsirkan mimpi yang mengakibatkan kerusakan, baik yang bersifat umum maupun individu. Beliau juga sangat mengerti tentang ruqyah syar’i dan cara mengobati orang yang terkena sihir dan mata jahat (‘ain). Bahkan sebagian besar waktunya beliau korbankan demi memenuhi hajat masyarakat. Di samping itu semua, beliau juga memiliki pengetahuan umum tentang ilmu-ilmu lainnya, seperti ilmu Falak, Kedokteran, dan lain-lain.
Bukankah ibu itu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya? Sebisa mungkin ajarkan ilmu-ilmu dasar syar’i yang nantinya akan dipergunakan secara terus-menerus atau berkelanjutan. Misalnya tanamkan pada diri anda, bahwa orang yang mengenalkan huruf hijaiyah ataupun bacaan al-Fatihah kepada anak-anak anda adalah diri anda sendiri, yang mana ketika shalat surat tersebut akan dibaca terus-menerus dan In syaa Allah akan menjadi amal jariyah.
Semoga Allah merahmati beliau dan kedua orang tua beliau, menciptakan wanita-wanita shalihah seperti ibunda beliau yang mampu melahirkan anak-anak cerdas dan shalih seperti beliau, serta membalas jasa-jasa mereka terhadap Islam dan kaum muslimin aamiin. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi diri ini dan bagi pembacanyanya. Wallāhu Ta’āla A’lam. Atas perhatiannya saya ucapkan Jazaakumullaahu khair.
Daftar Pusaka:
Baswedan, Sufyan bin Fuad. 2018. Ibunda Para Ulama. Jakarta:Pustaka Al-Inabah.
Diringkas oleh: Siti Haryani (Asatizah Ponpes Darul-Qur’an wal-Hadits OKU Timur).
Baca Juga Artikel:
Leave a Reply