
Pembahasan yang Terkait Beriman kepada Allah – Pengertian iman secara bahasa menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin adalah pengakuan yang melahirkan sikap menerima dan tunduk. Kata beliau makna ini cocok dengan makna iman dalam istilah syari’at. Dan beliau mengkritik orang yang memaknai iman secara bahasa hanya sekedar pembenaran hati (tashdiq) saja tanpa ada unsur menerima dan tunduk. Kata ’iman’ adalah fi’il lazim (kata kerja yang tidak butuh objek), sedangkan tashdiq adalah fi’il muta’addi (butuh objek).
Adapun secara istilah, dalam mendefinisikan iman manusia terbagi menjadi beragam pendapat :
Pertama
Imam Malik, Asy Syafi’i, Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, dan segenap ulama ahli hadits serta ahlul Madinah (ulama Madinah) –semoga Allah merahmati mereka- demikian juga para pengikut madzhab Zhahiriyah dan sebagian ulama mutakallimin berpendapat bahwa definisi iman itu adalah: pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan amal dengan anggota badan. Para ulama salaf –semoga Allah merahmati mereka- menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang.
Kedua
Banyak di antara ulama madzhab Hanafi yang mengikuti definisi sebagaimana yang disebutkan oleh Ath Thahawi rahimahullah yang mengatakan bahwa iman itu pengakuan dengan lisan dan pembenaran dengan hati.
Ketiga
Ada pula yang mengatakan bahwa pengakuan dengan lisan adalah rukun tambahan saja dan bukan rukun asli. Inilah pendapat Abu Manshur Al Maturidi rahimahullah, dan Abu Hanifah pun diriwayatkan memiliki sebuah pendapat seperti ini.
Keempat
Sekte Al Karramiyah mengatakan bahwa iman itu hanya pengakuan dengan lisan saja! Maka dari definisi mereka ini orang-orang munafiq itu dinilai sebagai orang-orang beriman yang sempurna keimanannya, akan tetapi menurut mereka orang-orang munafiq itu berhak mendapatkan ancaman yang dijanjikan oleh Allah untuk mereka! Pendapat mereka ini sangat jelas kekeliruannya.
Kelima
Jahm bin Shafwan dan Abul Hasan Ash Shalihi -salah satu dedengkot sekte Qadariyah- berpendapat bahwa iman itu cukup dengan pengetahuan yang ada di dalam hati! [Dan inilah yang diyakini oleh kaum Jabariyah. Pendapat ini jauh lebih jelas kerusakannya daripada pendapat sebelumnya! Sebab kalau pendapat ini dibenarkan maka konsekuensinya Fir’aun beserta kaumnya menjadi termasuk golongan orang-orang yang beriman, karena mereka telah mengetahui kebenaran Musa dan Harun dan mereka tidak mau beriman kepada keduanya. Karena itulah Musa mengatakan kepada Fir’aun, ”Sungguh kamu telah mengetahui dengan jelas bahwa tidaklah menurunkan itu semua melainkan Rabb pemilik langit dan bumi.” (QS. Al Israa’ : 102).
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan amal.”
Penjelasan definisi iman
‘Iman itu berupa pembenaran hati’ artinya hati menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam. ‘Pengakuan dengan lisan’ artinya mengucapkan dua kalimat syahadat ‘asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah’. Sedangkan ‘perbuatan dengan anggota badan’ artinya amal hati yang berupa keyakinan-keyakinan dan beramal dengan anggota badan yang lainnya dengan melakukan ibadah-ibadah sesuai dengan kemampuannya.
Dan salah satu pokok penting dari aqidah Ahlus sunnah wal jama’ah ialah keyakinan bahwa iman itu bertambah dan berkurang (Lihat Fathu Rabbbil Bariyah, hal. 102). Hal ini telah ditunjukkan oleh dalil-dalil dari Al Kitab maupun As Sunnah. Salah satu dalil dari Al Kitab yaitu firman Allah ta’ala (yang artinya), “Agar bertambah keimanan mereka di atas keimanan mereka yang sudah ada.” (QS. Al Fath : 4).
Dengan demikian dalam pandangan ahlus sunnah definisi iman memiliki 5 karakter : keyakinan, ucapan, amal, bisa bertambah, dan bisa berkurang. Atau bisa diringkas menjadi 3 : keyakinan, ucapan, dan amal. Karena amal bagian dari iman, secara otomatis iman bisa bertambah dan berkurang. Atau bisa diringkas lebih sedikit lagi menjadi 2 : ucapan dan amal, sebab keyakinan sudah termasuk dalam amal yaitu amal hati.
Sejak kita di bangku sekolah dasar, kita telah diajarkan mengenai rukun iman. Rukun iman tersebut yang terdiri atas:
- Iman kepada Allah
- Iman kepada Malaikat Allah
- Iman kepada Kitab-kitab Allah
- Iman kepada Rasul Allah
- Iman kepada Hari akhir
- Iman kepada Qada dan Qadar.
Keenam rukun iman tersebut kita hafalkan dan masih diingat sampai sekarang. Namun, kian berjalannya waktu kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan rukun iman.
Bukan hanya sekedar mengingat atau menghafalkannya saja agar kita tergolong dalam orang-orang yang beriman. Untuk itulah pada artikel kali ini akan dibahas mengenai iman kepada Allah.
Pengertian Rukun Iman Kepada Allah
Pada dasarnya, iman berasal dari bahasa Arab yang dapat diartikan sebagai ‘percaya’. Namun, pengertian iman secara istilah adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan serta mengamalkan dengan perbuatan.
Jadi tidak hanya menghafalkan keenam rukun iman, namun kita perlu membenarkan hati kita bahwa Allah itu ada dengan segala keagungannya. Lalu mengucapkannya dengan lisan yang diucapkan pada kalimat syahadat serta diamalkan perintah-Nya serta menghindari larangan-Nya di dunia nyata. Setelah kita melakukan ketiga-tiganya maka kita dapat tergolong sebagai orang yang beriman.
Selain itu, terdapat dalil naqli di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 163 yang berbunyi :
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya : “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah, ayat 163)
Fungsi beriman kepada
Ketika kita telah mengimani bahwa tidak ada satupun Tuhan selain Allah beserta rukun iman lainnya, maka kita akan mendapatkan beberapa hal seperti :
1. Menambah Keyakinan
Kita telah mengetahui bahwa hanya Allah yang telah menciptakan segala sesuatu serta memberikan nikmat ke seluruh alam semesta. Oleh karena itu, kita akan semakin bersyukur dan yakin akan keagungan Allah.
2. Menambah Ketaatan
Tentu saja dengan beriman kepada Allah, kita dapat menambah ketaatan kita. Dengan beriman, hati kita akan terjaga dari larangan-larangan-Nya serta selalu menjalankan perintah-Nya dengan ikhlas.
3. Menentramkan Hati
Orang-orang yang senantiasa beriman kepada Allah akan merasa tentram hatinya. Hal ini sudah dijelaskan pada Al-Qur’an surat Ar-Ra’ad ayat 28 yang berbunyi :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. QS. Ar-Ra’ad: 28)
4. Dapat Menyelamatkan Manusia di Dunia dan Akhirat
Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 51 yang berbunyi :
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ ٱلْأَشْهَٰدُ
Artinya : “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi” (hari kiamat).” (QS. Al-Mukminun: 51)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa orang yang beriman akan diberikan pertolongan ketika di dunia maupun di akhirat.
5. Mendatangkan Keuntungan dan Kebahagiaan Hidup
Tentunya dengan ketentraman hati yang kita peroleh, kita akan selalu diberikan kemudahan serta merasa lebih bahagia dalam menghadapi masalah. Hal ini dikarenakan kita akan meyakini bahwa cobaan yang diberikan Allah tidak akan melebihi batas kemampuan kita. Selain itu, kita juga menyadari bahwa Allah masih sayang terhadap kita.
Ketika kita beriman maka kita akan melakukan perintah-perintah Allah baik itu wajib maupun sunnah. Serta meninggalkan larangan yang telah ditetapkan. Contoh dari perilaku beriman adalah :
- Mendirikan Sholat
- Menafkahkan sebagian rezeki
- Beriman Kepada Kita Allah
- Menafkan sebagian hartanya baik disaat waktu lapang ataupun sempit
- Selalu berbuat kebajikan
- Mampu menahan amarah
- Mampu memaafkan kesalahan orang lain
- Melaksanakan perintah Allah dari segi ibadah
- Berhenti dari perbatan keji dan tidak mengulanginya lagi
- Mempercayai dengan benar rukum iman
Demikianlah pembahasan mengenai Iman kepada Allah. Semoga dengan ini kita dapat menambah iman kita terhadap Allah Subhaana wata’ala.
Referensi :
Diringkas dari buku Aqidah kelas 4 oleh: Melda sumsareni (pengabdian SD IT IBNU ABBAS Pagar Alam).
BACA JUGA :
Leave a Reply