Meskipun Hanya Satu Biji Kurma

meskipun hanya satu biji kurma

Meskipun Hanya Satu Biji Kurma – Segala puji hanya milik Allah rabb alam semesta, sholawat dan salam semoga tersampaikan kepada utusan-Nya nabi kita Muhammad, sholawat juga untuk para keluarga dan para sahabat beliau.

Allah menyifati hamba-hambanya yang bertakwa. Allah berfirman,

كَانُوا قَلِيْلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ. وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ. وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُوْمِ[1]

Artinya; “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah). Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak meminta.” Q.S Adz Dzariyat: 17-19

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang dermawan lagi mulia dan Allah tidak akan menyelisihi janjinya,

وَمَآ أَنفَقْتُمْ مِّن شَىءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ[2]

Artinya: “Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” Q.S Saba’: 39

Dan Allah memberikan ganjaran kepada orang-orang yang berinfak dengan sebaik-baik balasan yang banyak di dunia dan akhirat.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

اَلَّذِيْنَ يُنفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُوْنَ مَا أَنفَقُوْا مَنًّا وَلَا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ[3]

Artinya: “Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati” Q.S Al Baqarah: 262

Ayat-ayat yang berkaitan dengan anjuran untuk berinfak sangatlah banyak dan ia merupakan pintu kebaikan yang sangat agung. Mengorbankan harta dalam islam setelah jihad di jalan Allah, bahkan jihad dengan dirinya pada seluruh ayat-ayat yang terdapat di dalamnya menyebutkan jihad di dalam Al Qur’an yang mulia kecuali hanya satu ayat saja yaitu firman Allah:

إِنَّ اللهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمْ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُوْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيْلِ وَالْقُرْآنِ[4]

Artinya: “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menempati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.”

Sedekah merupakan seutama-utama pendekatan diri kepada Allah, yaitu lebih utama dibandingkan dengan jihad, lebih-lebih apabila diberikan kepada yang sangat membutuhkan (orang yang kelaparan), terutama lagi penerimanya dari kalangan keluarga, lebih khusus kerabat dekat, dari orang-orang yang haji karena mereka ada yang melanggar dan hajinya sangat membutuhkan.

Termasuk menyenangkan orang yang kesulitan yaitu mencukupi permintaan, mengenyangkan orang yang kelaparan, membahagiakan anak-anak, termasuk membahagiakan hati orang-orang yang dewasa, kegembiraan diantara kaum muslimin, menampakan sedekah dalam bentuk saling tolong menolong dalam kebaikan, saling menyayangi diantara kaum muslimin.

Dalam hadits Rasulullah sedekah dapat mendekatkan diri seseorang, hati menjadi gembira, dan sedekah dapat memotivasi seseorang melangkah menuju surga yang luasnya seluas tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi jalan yang aman dan menenangkan.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

اِتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ[5]

“Jauhkanlah diri kalian dari api neraka, meskipun hanya dengan satu biji kurma.”

Sabda Nabi,

الصَّوْمُ جُنَةٌ وَالصَدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَـمَا يُطْفِئُ النَّارَ الْمَاءُ[6]

“Puasa adalah perisai dan sedekah dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan api.”

وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ قَالَ: ((سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ)) وَذَكَرَ مِنْهُمْ رَجُلًا ((تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَاتُنْفِقُ يَمِيْنُهُ))[7]

Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda: ((Ada tujuh golongan yang Allah melindungi mereka dalam lindungan-Nya pada hari kiamat, di hari Ketika tiada perlindungan selain perlindungan-Nya)) dan di sebutkan diantaranya seseorang ((yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu menahu terhadap apa yang di sedekahkan tangan kanannya.(Muttafaq Alaih)

Dan sungguh nabi memberikan permisalan seseorang dalam pemberian infak sehingga diri tergerak patuh dan hati menerima dengan lapang dada.

Berkata Anas Radhiyallahu Anhu,

مَا سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْإِسْلَامِ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ  قَالَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِي عَطَاءً لَا يَخْشَى الْفَاقَةَ[8]

Artinya: “Tidak pernah Rasulullah dimintai sesuatu karena Islam, melainkan selalu dipenuhinya. Pada suatu hari datang kepada beliau seorang laki-laki, lalu diberinya seekor kambing di antara dua bukit. Kemudian orang itu pulang ke kampungnya dan berseru kepada kaumnya, “Hai, kaumku! Masuk Islamlah kalian semuanya! Sesungguhnya Muhammad telah memberiku suatu pemberian yang dia sendiri tidak takut miskin.(HR. Muslim)

Untuk orang-orang yang pelit dan menyedikitkan belanja keluarga kami kabarkan kepada kalian sebuah hadits dari seorang yang benar (Muhammad) yaitu yang perkataannya tidak keluar dari hawa nafsunya beliau bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ[9]

“Sedekah itu tidak mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.”

قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ[10]

“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, berinfaklah kamu niscaya Aku akan memberikan ganti kepadamu.”

Gambaran ini merupakan gambaran berlomba-lomba dalam kebaikan diantara para sahabat nabi radhiallahu ‘anhum, dari Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu ia berkata,

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا أَنْ نَتَصَدَّقَ فَوَافَقَ ذَلِكَ مَالًا عِنْدِي فَقُلْتُ الْيَوْمَ أَسْبِقُ أَبَا بَكْرٍ إِنْ سَبَقْتُهُ يَوْمًا فَجِئْتُ بِنِصْفِ مَالِي فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ قُلْتُ مِثْلَهُ قَالَ وَأَتَى أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ بِكُلِّ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَبْقَيْتَ لِأَهْلِكَ قَالَ أَبْقَيْتُ لَهُمْ اللهَ وَرَسُوْلَهُ قُلْتُ لَا أُسَابِقُكَ إِلَى شَيْءٍ أَبَدًا[11]

Artinya: “Rasulullah memerintahkan Kami agar bersedekah, dan hal tersebut bertepatan dengan keberadaan harta yang saya miliki. Lalu saya mengatakan: apabila aku dapat mendahului Abu Bakar pada suatu hari maka hari ini aku akan mendahuluinya. Kemudian saya datang dengan membawa setengah hartaku, lalu Rasulullah bersabda: “Apakah yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?”Saya katakana: harta yang sama seperti itu. Ia berkata: kemudian Abu Bakar datang dengan membawa seluruh yang ia miliki. Lalu Rasulullah bersabda: “Wahai Abu Bakar, apakah yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Ia berkata: saya tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya. Maka saya katakan: saya tidak akan dapat mendahuluimu kepada sesuatupun selamanya.” Hadits Riwayat: Abu Daud No. 1429 dan Tirmidzi

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah,

Siapa yang berlaku lemah lembut dengan hamba-hamba Allah maka Allah  akan berlemah lembut dengannya, dan siapa yang menyayangi mereka maka Allah akan menyayanginya, siapa yang berbuat baik kepada mereka maka Allah akan berbuat baik kepadanya, siapa yang memberi dengan kemurahan hati kepada mereka maka Allah akan memberi dengan kemurahan atasnya, siapa yang menolong kepada mereka maka Allah akan memberi menolong kepadanya, siapa yang menutup aib mereka maka Allah akan menutup aibnya, siapa yang menahan mereka dari kebaikannya maka Allah akan menahan kebaikannya, siapa yang memperlakukan ciptaan-Nya dengan sifat yang Allah perlakukan dengan sifat itu di dunia dan akhirat, maka Allah Ta’ala kepada hambanya sesuai dengan perlakuan hamba terhadap makhluknya.

Dalam gambaran diatas merupakan bentuk lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri  (Itsar) pada permulaan Islam yang masih di lestarikan dan di catat dalam sejarah silih berlalunya waktu dan zaman. Sebagaimana perkataan Umar radiallahu ‘anhu:

“Salah seorang dari sahabat Nabi diberi hadiah kepala kambing, dia lalu berkata, “Sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita.” Ibnu Umar mengatakan, “Maka ia kirim hadiah tersebut kepada yang lain, dan secara terus menerus hadiah itu dikirimkan dari satu orang kepada yang lain hingga berputar sampai tujuh rumah, dan akhirnya Kembali kepada orang yang pertama kali memberikan.”[12]

Inilah akhlak dan sifat mereka para sahabat radhiallahu ‘anhum, mereka lebih mendahulukan orang lain daripada diri mereka sendiri walaupun sebenarnya ia lebih membutuhkan.

Adalah Abdullah Ibnu Umar beliau sangat kagum dengan sesuatu dari hartanya yang menyebabkan ia dapat  mendekatkan diri kepada Allah, dan itu merupakan sesuai dengan firman Allah,

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِن شَيءٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ [13]

Artinya: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan Sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui” QS Al Imran: 92

Kebanyakan manusia sekarang apabila pakaiannya telah robek atau sendalnya telah putus baru mereka memberikan kepada orang-orang faqir seakan-akan ia membuangnya!

Wahai saudara-saudaraku! Berikan yang terbaik dari harta yang kita maliki, jadilah orang kaya disaat kita sedang kekurangan karena sebaik-baik sedekah adalah tatkala kita dalam keadaan tidak memiliki sesuatu.

Referensi:

  1. Mushaf Al Kamil
  2. Walau bisyiqit tamrah buah karya Syaikh Abdul Malik Al Qosim (semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, dosa kedua orangtuannya dan dosa kaum muslimin

[1] Q.S Adz Dzariyat: 17-19

[2] Q.S Saba’: 39

[3] Q.S Al Baqarah: 262

[4] Q.S At Taubah: 111

[5] Hadits Riwayat: Muttafaqun ‘alaihi

[6] Hadits Riwayat Ibnu Majah No. 3963

[7] Hadits Riwayat: Muttafaqun ‘alaihi

[8] Hadits Riwayat: Muslim

[9] Hadits Riwayat: Muslim No. 4689

[10] Hadits Riwayat: Muslim No. 1658

[11] Hadits Riwayat: Abu Daud No. 1429 dan Tirmidzi

[12] Hadits Riwayat: Baihaqi 3/259

[13] Q.S Al Imran: 92

Oleh : Abu Fahman Nafis Al Faruq

(Staf Pengajar di Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.