MENYEMAI AKHLAK MULIA PADA ANAK

Apa yang ada di dalam pikiran anda ketika mendapati seorang anak yang lembut tutur katanya, sopan perilakunya dan akhlaknya, pandangannya tak liar, wajahnya berseri dan pemikirannya terdidik?

Pasti kita yakin dan tidak sangsi lagi bahwa ia anak yang terdidik dengan baik dan mendapat bimbingan akhlak yang mulia.

Mengapa demikian? Sebab terbentuknya akhlak yang mulia pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh tempaan pendidikan yang dilaluinya.

Karenanya, sangat penting kita isi masa kanak-kanak mereka dengan menanamkan adab dan akhlak yang terpuji. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah yang murni dan perangai yang lurus. Jiwa yang polos ini menerima bentuk perangai apapun yang dipahatkan pada dirinya. Selanjutnya pahatan itu akan meluas sedikit demi sedikit hingga akhirnya meliputi seluruh jiwa dan menjadi tabiat yang melekat padanya dan akan menentang segala yang berlawanan darinya.

Dalam kitab Ahkamul Maulud, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah mengatakan “yang sangat dibutuhkan anak adalah perhatian terhadap akhlaknya. Ia akan tumbuh menurut apa yang dibiasakan oleh pendidiknya ketika kecil. Jika sejak kecil ia terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa, dan mudah mengikuti hawa nafsu, serampangan, tamak dan seterusnya, maka akan sulit baginya untuk memperbaiki dan menjauhi hal itu ketika dewasa. Perangai seperti ini akan menjadi sifat dan perilaku yang melekat pada dirinya. Jika ia tidak dibentengi dengan betul dari hal itu, maka pada suatu ketika nanti semua perangai itu akan muncul. Karena itu kita pernah menjumpai manusia yang akhlaknya menyimpang itu disebabkan pendidikan yang dilaluinya.”

Lihatlah akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam.! Akhlaknya begitu mulia, penuh kesejukan dan suri tauladan bagi kita semua.

Anas bin Malik menceritakan,”Aku menjadi pelayan Rasulullah Shallallahu “alaihi wasalam selama sepuluh tahun, dan selama itu beliau sama sekali tidak pernah mengatakan ‘uff!’ (ah, ih, cih, hus dan seterusnya) kepadaku. Beliau juga tidak pernah mengatakan mengenai sesuatu, “kenapa kamu lakukan ini, kenapa tidak demikian?”. (mutafaqun ‘alaihi)

  1. ADAB YANG BAIK

Tanamkan adab pada anak dan pakaikan dengan pakaian adab yang baik kepadanya. Karenanya penanaman adab yang baik itu menjadikan tabiat dan perangai baginya. Bukan hanya dengan ceramah dan nasehat tentunya, yang lebih penting adalah jadilah anda teladan yang baik dan nyata baginya.

  1. Adab terhadap kedua orang tua

Tentunya setiap orang tua sangat mendambakan anaknya memiliki akhlak yang terpuji. Namun, hal ini tentunya harus selaras dengan penanaman adab kepadanya. Orang tualah tauladan pertama dan nyata yang langsung dilihat untuk diikuti oleh anaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk penanaman adab ini, tentunya orang tua harus memiliki rasa cepat tanggap terhadap anaknya. Sebagai contoh, misalkan anaknya pulang kerumah sambil membawa barang yang tidak pernah kita berikan atau membeli untuknya. Tentunya orang tua menanyakan hal tersebut, barang milik siapa? Dapat darimana? Atau pertanyaan lain yang tetnunya dengan hikmah (bukan dengan marah).

  1. Adab terhadap guru dan alim ulama

Yaitu menghormati dan memuliakan mereka, bergegas memberikan pelayanan terhadap mereka dan bersikap lemah lembut terhadap mereka.

Agar terwujudnya adab dan akhlak ini, maka sangatlah penting peranan dan kerjasama orang tua dan guru di sekolah dalam penanaman adab ini.

Orang tua tidaklah boleh beranggapan melepaskan pendidikan kepada anak dan menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah. Dalam hal ini, peranan orang tua tetaplah sangat dibutuhkan.

  1. Adab menghormati dan menghargai orang lain

Dasar pokoknya adalah menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi lebih muda. Mendahulukan oarng yang lebih tua untuk berbicara, kecuali yang muda diminta berbicara lebih dahulu.

ليس منّا من لم يرحم صغيرنا ويجلّ كبيرنا

“Bukan dari golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang tua” (Hadits shahih Ath-Thabarani dalam mu’jamul kabiir 17689 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih at-Targhib 102)

  1. Adab persaudaraan

Dasar pokoknya sama seperti poin 3.

Saudara yang tua memiliki kedudukan yang khusus dalam Islam. Sebab ia turut memikul beban keluarga dan mempunya tanggungjawab mendidik saudara-saudaranya yang masih kecil. Karenannya tanamkan kepada kakak sifat kelembutan, kasih sayang dan kecintaan terhadapadik-adiknya sehingga muncul penghormatan dan penghargaan terhadap mereka kepada kakaknya. Masing-masing mengerti kewajibannya terhadap saudara sebelum mengenal hak yang menjadi kewajiban saudaranya. Dengan demikian hubungan saudara berjalan harmonis dan seimbang.

  1. Adab bertetangga

Tetangga mempunyai hak yang sangat besar dalam Islam. Maka tanamkan padanya adab yang baik kepada tetangga semenjak dini hingga dewasa. Orang tua menanamkan rasa kepedulian, menghormati, menjaga perasaan dan suka memberi hadiah terhadap tetangga. Orang tua jangan membiarkan anaknya keluar rumah dengan membawa barang (mainan, makanan, buah, dll) yang anak tetangga tidak mampu untuk membelinya.

  1. Adab makanan

Diantara adab makan yang perlu diajarkan sejak dini kepada anak yaitu :

  • Membiasakan sebelum memakan makanan membaca bismillah dan memakannya dengan menggunakan tangan kanan.
  • Tidak memandangi makanan terus menerus dan memperhatikan orang yang sedang makan (dengan harapan bisa imut memakan makanan tersebut)
  • Tidak mengambil makanan milik orang lain
  • Mempersilahkan orang lain yang lebih membutuhkan
  • Memakan makanan dengan tenang (persuapan)
  • Tidak rakus (mengambil makanan berlebihan)
  • Membiasakan menghabiskan makanan yang telah diambil
  • Berdo’a setelah makan
  • Mengembalikan dan atau ikut membersihkan alat makan yang dipakai makan
  1. Adab berpakaian dan berpenampilan

Mengajarkan kepada anak fungsi dari pakaian yaitu untuk menutupi aurat dan menjaga kebersihan dan kerapian diri. Mengenalkan dan mengajarkan kepada anak memakai pakaian yang syar’i sejak dini, memakai pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya, tidak bergambar mahkluk bernyawa dan tidak menyerupai kaum kafir. Mengajarkan pula tidak memakai sandal sebelah. Menjauhkan anak-anak dari sikap yang berlebihan dalam penampilan. Membiasakan penampilan sederhana namun bersih dan rapi.

  1. KEJUJURAN

Jujur adalah pilar penting dalam Akhlak Islam.

Termasuk kepada anak kecil sekalipun, orang tua sangat dilarang untuk berbuat menipu dan bohong.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

من قال لصبيّ تعال هاك ثم لم يعته فهي كذبة

“Barang siapa berkata kepada anak kecil: ‘Kemarilah aku akan memberikanmu sesuatu!’ lalu ia tidak memberikan apa-apa maka itu termasuk dosa dusta” (HR. Ahmad: 9836 dan dishahihkan AL-Albani dalm shahih at-Targhib: 748).

Namun sayang, masih banyak orang tua yang menganggap remeh hal ini. Mereka menyepelekan masalah kejujuran dalam pergaulan bersama anak, mudah berkata bohong, menyelisihi ucapan atau tidak menepati janji. Ini merupakan perkara berbahaya dalam pembentukan karakter anak.

Kiat-kiat membentu kejujuran anak

  • Mengajarkan pengertian dan perbedaan kejujuran dan kedustaan
  • Mendorong anak untuk berperilaku jujur dengan memotivasi yaitu memberitahukan akan ganjaran dan dampak positifnya dari kejujuran di dunia dan di akhirat. Dan memberitahukan akan dampak buruk dari dusta.
  • Memberikan penghargaan, pujian dan sanjungan atas sikap kejujuran anak.
  • Jadilah figur teladan yang baik dari orang tua untuk anak-anaknya dan jengan pernah berbohong kepada anak. Jika anda tidak bisa menepati janji yang telah disampaikan kepada mereka, maka akuilah kesalahan tersebut didepan mereka dan meminta maaf kepada mereka.
  • Jangan menampakkan kesalahan anak yang tidak jujur kepada anak yang lainnya. Bertanyalah secara privasi dengan lemah lembut agar anak bisa menjelaskannya sebab-sebab ia melakukan kebohongan. Kemudian buatlah kesepakatan/ perjanjian kepada anak agar tidak mengulanginya lagi.
  • Memperhatikan teman-temannya. Menyampaikan kepada anak agar menjauhi teman yang suka bebohong dan suka menyakiti.
  • Sering menceritakan kisah-kisah mulia tentang akhlak kejujuran.

Mengapa Anak Berbohong?

  1. Tidak mengetahui hukum dan akibatnya
  2. Kebiasaan yang diperoleh dari keluarga (orang tuanya)
  3. Sebagai gurauan/candaan
  4. Menghindari hukuman dan mencari keselamatan
  5. Untuk mendapat pengakuan atau pujian dari orang lain
  6. Untuk meraih keinginan
  7. Untuk membela diri
  8. AMANAH

Amanah adalah lawan dari khianat. Ini adalah perkara besar.

Sifat amanah disebutkan dalam kitabullah dan merangkum seluruh perkara agama baik perinta maupun larangan. Sedangkan kejujuran adalah bagiannya sekaligis penyempurnanya. Sehingga amanah disebutkan dalam hadits beriringan dengan sifat jujur. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam menjadikan jujur dan amanah sebagai tanda-tanda keimanan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda :

“Empat sifat yang apabila ada pada diri seseorang berarti ia munafiq tulen. Dan barangsiapa memiliki salah satu dari sifat tersebut berarti ada pada dirinya sifat kemunafikan hingga ia meninggalkannya, yaitu: Apabila dipercaya ia khianat, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila bertengkar ia curang. (Mutafaqun ‘alaihi)

  1. MENJAGA LISAN

Menanamkan kebiasaan lisan anak dengan kata-kata yang baik dan menjauhi kata-kata kotor yang didengar dari telinganya.

Tanamkan sejak kecil bahwa Allah telah menugaskan dua malaikat pencatat amal perbuatan yaitu pencatat amal kebaikan dan amal keburukan, termasuk mencatat semua ucapan yang keluar dari mulut kita.

Allah ta’ala berfirman :

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf: 18)

  1. LAPANG DADA DAN TIDAK DENGKI

Inilah bagian dari akhlak terpuji yang akan memberikan jalan kebaikan bagi jiwa untuk sampai kepada puncaknya. Sikap ini juga akan mewujudkan keseimbangan jiwa dan membiasakannya untuk mencintai kebaikan bagi orang lain. Diantara aplikasinya adalah mudah memaafkan kesalahan orang lain dan tidak mudah dendam.

Untuk menanamkan hal ini tentunya harus dimulai dari diri orang tua sebagai tauladan pertama bagi anak-anak. Janganlah kita enggan mengucapkan kata maaf jika berbuat kesalahan dan memaafkan ketika anak melakukan kesalahan. Bimbinglah anak agar menjauhi sikap iri, dengki dan hasad kepada orang lain.

Rasulullah bersabda:

“Tidak akan berkumpul Iman dan hasad dalam hati seseorang hamba” (HR. An-Nasaai: 3109 dan dishahihkan Al-Albani dalam kitab shahih at-targhib: 7620).

Sumber:

“Mencetak Generasi Rabbani” ditulis oleh Abu Ihsan Al-atsary & Ummu Ihsan Choiriyyah halaman 93 – 109. Pustaka Darul Ilmi.

Diringkas oleh: Harits Setiawan

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.