Dalam Agama Islam terdapat tiga tingkatan atau kedudukan dalam beragama, yakni Islam, Iman dan Ihsan. Dan pemeluk agama islam tidak akan lepas keadaan mereka dari salah satu dari tingkatan-tingakatan ini, dan terkadang tingkatan mereka dalam beragama dapat berpindah dari satu tingkatan ke tingkatan yang lebih tinggi, atau menuju ke tingkatan yang lebih rendah berdasarkan kadar ketaatan kepada Allah ta’ala.
Dan tingkatan pertama itu ialah Islam, pertengahannya adalah Iman dan tingkatan yang paling tinggi adalah Ihsan, dan barang siapa yang telah mencapai pada tingkatan paling tinggi maka sesungguhnya dia telah mencapai tingkatan yang berada di bawahnya, maka seorang muhsin pasti dia seorang mukmin, dan seorang mukmin pasti dia seorang muslim, adapun muslim maka tidak melazimkan bahwa dia seorang mukmin, berkata abu sulaiman al khotobi –semoga Allah merahmatinya-: “Maka kebanyakan dari manusia mereka rancu dalam permasalahan ini”
Disebutkan dalam hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, yang terkenal dengan hadits jibril dari Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan:
بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر لا يرى عليه أثر السفر ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه و سلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا قال : صدقت فعجبنا له يسأله ويصدقه قال : فأخبرني عن الإيمان قال : أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره قال : صدقت قال : فأخبرني عن الإحسان قال : أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
“Ketika kami duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam pada suatu hari, tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak terligat padanya bekas perjalanan jauh, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalinya. Hingga dia duduk menghampiri Nabi saw lalu dia menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutu beliau, dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya seraya mengatakan, ‘Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam.’ Rasulullah saw menjawab, Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali allah dan bahwa muhammad adalah rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakatm berpuasa ramdhan, dan menunaikan haji ke baitullah jika engkau mampu mengadakan perjalanan kepadanya.’ Ia mengatakan, ‘engkau benar.’ Kami heran kepadanya, ia yang bertanya dan ia pula yang membenarkan. Ia mengatakan,’kabarkanlah kepadaku tentang iman.’ Beliau menjawab, ‘engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitag-kitab-Nya, Rasul-rasul-nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir baik dan buruknya. ;ia mengatakan,’engkau benar.’ Ia mengatakan, kabarkanlah kepadaku tentang ihsan.’ Beliau menjawab, ‘engkau beribadah kepada allah seolah-olah engkau melihat-nya. Jika engkau tidak melihat-nya maka sesungguhnya dia melihatmu.” Riwayat Muslim.
Tingkatan yang pertama ialah tingkatan islam dan ia merupakan tingkatan yang memiliki cangkupan paling luas, dan juga merupakan tingkatan yang paling rendah. Ia merupakan tingkatan pertama yang memasukkan orang kafir ke dalam islam, pertama kali dia berbicara tentang keislaman serta tunduk dan patuh kepadanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ
Orang-orang arab badui itu berkata, kami beriman. Katakanlah: “kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk kedalam hatimu.” (al-Hujurat-14) dan tidaklah mengeluarkan seorang hamba dari tingkatan islam kecuali kafir kepada Allah dan berbuat Syirik yang mengeluarkan dari Islam (Syirik Akbar).
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam ditanya apa itu islam, maka beliau menjawab dengan 5 Rukun Islam, yakni pertama Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Artinya menetapkan dan mengakuinya dengan lisan dan hatimu, tidak cukup hanya lisan saja, tetapi harus dengan keduanya. Allah ta’ala berfirman,
“….Kecuali orang yang mengakui yang haq (tauhid) dan mereka meyakini(nya). (Az-Zukhruf: 86)
Selanjutnya, dan bersaksi bahwasanyya muhammad adalah Rasulullah, artinya engkau bersaksi bahwa muhammad adalah utusan Allah. Beliau tidak mengatakan ‘sesungguhnya aku adalah rasulullah’, sementara arah pembicaraan membolehkan hal itu karena orang itu yang diajak bicara oleh nabi saw, akan tetapi beliau menyebutkan nama beliau untuk lebih menguatkan dan menunjukkan keagungan beliau. Dan sabdanya berikutnya adalah rukun islam yang kedua yakni mendirikan shalat, artinya engkau melaksanakannya dengan verdiri secara sempurna dan benar. Kata “shalat” disini mencakup shalat wajib dan shalat sunnah. Kemudian rukun yang ketiga Menunaikan zakat, yakni memberikan zakat. Zakat adalah harta yang wajib diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Kemudian rukun islam yang kelima Berpuasa Ramadhan, artinya engkau menahan diri dari hal-hal yang mebatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dalam rangka beribadah kepada Allah ta’ala. Dan selanjutnya rukun islam yang kelima Menunaikan haji ke Baitullah, artinya engkau bermaksud mendatangi ka’bah untuk melaksanakan manasik haji pada waktu tertentu dengan niat ibadah kepada-nya.
Tingkatan yang kedua ialah tingkatan Iman, iman yang kedudukannya lebih tinggi dan cangkupannya lebih sempit dari tingkatan islam. Dan setiap perilaku dari perilaku keimanan semuanya tercakup dalam islam, berkata ibnu syaibah Rahimahullah: (tidak akan tercapai islam kecuali dengan iman, dan tidak ada keimanan kecuali dengan islam).
Jika dilihat dari sisi amalan batin maka iman disifati lebih umum dari sifat islam, dan jika dari sisi amalan agama yang zhohir seperti kalimat dua kalimat syahadat dan sholat serta semua jenis ibadah yang tampak dan terlihat oleh manusia maka islam disifati lebih umum dari sifat iman. Maka lingkaran islam lebih luas dari lingkaran iman sebagaimana lingkaran iman lebih luas dari lingkaran ihsan.
Ketika nabi saw ditanya apa itu iman, maka beliau menjawab dengan rukun iman yang enam. Iman secara bahasa artinya ikrar dan pengakuan yang mengharuskan adanya sikap menerima atau tunfuk yang sesuai dengan syariat. Beriman kepada Allah mencakup empat hal, yakni pertama adalah beriman dengan wujud Allah. Kemudian Beriman dengan Keesaan Allah dalam Rububiyah, Ketiga Beriman terhadap Keesaan Allah dalam Uluhiyyah, dan beriman terhadap asma dan sifat allah. Kemudian beriman kepada malaikat mencakup beberapa perkara, pertama adalah beriman dengan nama-nama mereka, dan beriman bahwa mereka memiliki tugas masing-masing, dan ia beriman bahwa mereka adalah makhluk allah yang diciptakan dari cahaya, sangat taat kepada allah dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya. Kemudian beriman kepada kitab allah, yang dimaksud adalah kitab-kitab yang diturunkan oleh allah kepada para rasul-Nya. Tidak ada satu rasul pun melainkan diturunkan kepadanya sebuah kitan. Sebagaimana firman Allah:
“Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka al-kitab” (AL-Baqarah: 213)
Dan tingkatan ketiga adalah tingkatan ihsan yang merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari tingkatan iman serta tingkatan agama yang memiliki cangkupan yang paling sempit, dan yang paling sedikit penghuninya dibanding penghuni dua tingkatan lainnya yaitu iman dan islam. Dan dialah tingkatan tertinggi dan paling agung yang tidak akan menaikinya kecuali hamba-hamba Allah yang muhsinin.
Dan pengelompokkan tingkatan dalam beragama ini telah dikabarkan nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits jibril ‘alaihis salam yang terkenal, dan juga datang dari al quran al karim, yang menjadikan umat dalam tiga sifat ini. Allah ta’ala berfirman:
Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan idzin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Maka seorang muslim jika dia belum menegakkan kewajiban iman maka ia telah menganiaya dirinya sendiri, dan mereka yang berada di pertengan ialah mukmin yang ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan, dan mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan ialah muhsin yang beribadah kepada Allah seakan-akan ia melihat Allah atau yang ia beribadah kepada Allah seakan-akan Allah melihatnya.
Dan manusia itu bertingkat tingkat keutamannya dengan keutamaan yang agung. Dan sebagian mereka ada yang derajatnya lebih tinggi dari sebagian yang lain. Maka diantara mereka ada yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, dan diantara mereka ada yang masuk kedalam neraka dalam keadaan bermaksiat yang Allah belum berkehendak untuk mengampuni mereka dan Allah bermuamalah kepada mereka dengan keadilan-Nya. Maka mereka tinggal didalam neraka sesuai kadar dosa-dosa mereka kemudian mereka keluar dari neraka karena apa yang ada didalam hati mereka yaitu tauhid dan iman.
Maraji’ :
Taisir wusul fi syarhi tsalatsatul ushul
Syarh Hadits Arbain Nawawi lis syaikh al utsaimin
Oleh Sahl Suyono (Idad Du’at Muallimin Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
Leave a Reply