Mengambil Pelajaran Dari Seekor Ngengat – Segala puji bagi Allah subhanahu wa taala, dan semoga sholawat dan salam tercurahkan kepada Tuannya seluruh manusia, Nabi Muhammad, beserta keluarga beliau, shahabat beliau dan orang orang yang mengikuti jejak beliau hingga akhir zaman.
Allah taala berfirman :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya: ((Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari diri jenis kalian sendiri, merasa berat terhadap apa yang memberatkan kalian, sangat berkeinginan untuk memberikan hidayah kepada kalian, dan dia kepada orang orang yang beriman sangat lembut dan penuh kasih sayang)). (Q.S At Taubah 128)
Rasulullah sholallahu alaihi wasallam adalah manusia yang paling suci, makhluk yang paling sempurna terkait keilmuannya, ibadahnya, akhlaqnya dan muamalahnya. Beliau adalah panutan dan teladan. Dan beliau adalah rahmat pemberi petunjuk.
Allah mewajibkan kepada kita untuk beriman kepadanya, mentaatinya, mencintainya, memuliakannya dan berhukum dengan syariatnya.
Dari Abu Musa Al Asy’ari dari Nabi sholallahu alaihi wa sallam beliau bersabda :
عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِنَّ مَثَلِي وَمَثَلَ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَتَى قَوْمَهُ، فَقَالَ: يَا قَوْمِ إِنِّي رَأَيْتُ الْجَيْشَ بِعَيْنَيَّ، وَإِنِّي أَنَا النَّذِيرُ الْعُرْيَانُ، فَالنَّجَاءَ، فَأَطَاعَهُ طَائِفَةٌ مِنْ قَوْمِهِ، فَأَدْلَجُوا فَانْطَلَقُوا عَلَى مُهْلَتِهِمْ، وَكَذَّبَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ فَأَصْبَحُوا مَكَانَهُمْ، فَصَبَّحَهُمُ الْجَيْشُ فَأَهْلَكَهُمْ وَاجْتَاحَهُمْ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ أَطَاعَنِي وَاتَّبَعَ مَا جِئْتُ بِهِ، وَمَثَلُ مَنْ عَصَانِي وَكَذَّبَ مَا جِئْتُ بِهِ مِنَ الْحَقِّ “
Artinya: “Hanya saja permisalanku dan permisalan apa yang Allah mengutus diriku dengannya adalah seperti seseorang mendatangi suatu kaum, dia berkata : ‘Wahai kaum, sesungguhnya aku melihat pasukan dengan ke dua mataku sendiri, dan aku adalah Nadzir Uryan[1], maka selamatkanlah diri kalian!, kemudian sekelompok dari kaumnya mentaatinya, mereka pergi di gelapnya malam, mereka berjalan dengan tenang, maka mereka selamat. Dan sekelompok mereka mendustakannya, maka mereka tetap di tempat mereka, pasukan musuh menyerang mereka ketika waktu subuh, sehingga membinasakan mereka dan menghabisi mereka sampai ke akarnya. Yang demikian itu adalah permisalan bagi orang yang mentaati diriku, kemudian mengikuti apa yang aku datang dengannya. Dan permisalan bagi orang yang mendurhakaiku dan mendustakan apa yang aku datang dengannya berupa kebenaran.” Mutaffaqun Alaihi[2]
Dari Abu Hurairah bahwa beliau mendengar Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam bersabda :
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ النَّاسِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا، فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ جَعَلَ الفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي تَقَعُ فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا، فَجَعَلَ يَنْزِعُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيهَا، فَأَنَا آخُذُ بِحُجَزِكُمْ عَنِ النَّارِ، وَهُمْ يَقْتَحِمُونَ فِيهَا»
“Hanya saja permisalanku dan permisalan umatku, seperti seseorang yang menyalakan api, ketika api tersebut menyinari sekelilingnya, rama-rama/ngengat/kupu-kupu dan serangga yang kebiasaan menjatuhkan ke api(seperti nyamuk dan belalang), berusaha untuk menjatuhkan diri ke dalam api[3]. Kemudian orang tersebut berusaha menariknya, namun binatang tersebut mengalahkannya, mereka tetap masuk ke dalam api. Dan aku berusaha memegang tali ikat pinggang kalian untuk tidak terjatuh dalam maksiat yang menyebabkan masuk neraka, namun kalian tetap masuk ke dalamnya.” Muttafaqun alaihi[4]
Dari dua hadits di atas kita bisa mengambil faedah yang sangat berharga di antaranya :
Panutan kita Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam adalah orang yang semangat untuk mendakwahi manusia menuju kebaikan dan memperingati mereka dari kejelekan
Membenarkan beliau, mentaatinya, istiqomah di atas agamanya, dan meneladaninya adalah jalan keselamatan di dunia dan akhirat
Kedurhakaanmu kepada beliau adalah tanda yang jelek, dan sebab kerugian dan penyesalan.
Supaya panutanmu adalah Nabimu Muhammad sholallahu alaihi wa sallam dalam hal berdakwah kepada kebaikan dengan akhlaqnya, bagusnya pergaulannya dan curahan nasehatnya.
Beliau telah memberikan dua contoh dalam dua hadits ini, beliau menjelaskan pada kedua hadits ini permisalan beliau dalam menegakkan dakwah dan keadaan manusia dalam menyambut dakwah beliau. Beliau menuturkan :
- Pada hadits pertama, beliau diibaratkan seperti seseorang yang mendatangi kaumnya, memberikan peringatan bahaya kepada mereka akan serangan suatu pasukan yang menyerang mereka, mereka terbagi menjadi dua kelompok
Pada hadits kedua, beliau diibaratkan seperti seseorang yang menyalakan api, maka datanglah serangga ngengat menerjang api dan jatuh di dalamnya. Dan orang tersebut berusaha untuk menjauhkan ngengat dari terjatuh dalam api. Demikianlah Nabi sholallahu alaihi wa sallam mendapati manusia terjatuh dalam kekufuran dan maksiat. Sehingga menyeru mereka kepada tauhid dan ketaatan dengan harapan agar selamat dari adzab di akhirat.
Dan ada faedah yang tersirat dalam hadits kedua, dimana kita melihat sifat ngengat dan serangga yang dijadikan permisalan oleh Nabi sholallahu alaihi wa sallam. Ketika di malam hari, di ruangan yang gelap, ada api yang menyala. Maka hewan tadi merasa bahwa dirinya berada dalam ruangan gelap dan mengira bahwa api tersebut adalah lubang yang mengantarkan ke tempat yang terang. Karena lemahnya kemampuan penglihatan hewan tersebut. Ketika mendekati api, kemudian dia menabrak nya, dia mengira belum sampai ke lubang cahaya tersebut. Dia terus mengulangi nya hingga dia Mati terbakar.. kalau pun dihalau oleh orang dia keras pendirian, tetap menjatuhkan diri ke Api. -(penukilan secara Makna)[5].
Coba kita renungkan kembali, serangga tersebut mengira bahwa api yang didepannya adalah lubang yang mengantarkan ke tempat bercahaya yang menyelamatkannya dari kegelapan. Adapun seorang manusia meyakini bahwa api itu adalah suatu yang akan membinasakan dan membakar.
Demikianlah perihal ahlu ahwa dan ahlu bida’. Mereka menyangka bahwa kebatilan itu adalah kebenaran, bid’ah itu adalah sunnah, kemaksiatan adalah ketaatan dan seterusnya. Mereka terbalik pandangan akalnya, perkara munkar dianggap sebagai perkara makruf, bahkan dianggap sebagai hal yang akan menyelamatkan mereka dari kebinasaan dan adzab Allah taala. Sehingga dengan pola pikir seperti ini, ketika datang kebenaran, seorang dai membawa petunjuk kebenaran, mereka menyangka bahwa kebenaran itu adalah kebatilan, dan petunjuk itu adalah kesesatan. Pemikiran dan akal mereka sudah terbalik.
Akhirnya mereka menuduh ahlul haq dengan tuduhan keji dan tuduhan dusta. Menyematkan kepada pembawa kebenaran, pembawa sunnah, pendakwah tauhid dengan berbagi julukan yang diharapkan manusia lari dari kebenaran.
Ketika mereka didakwahi, mereka keras kepala dan tidak mau mengindahkan ajakan kebenaran. Tetap pada prinsip mereka. Sebagaimana serangga tersebut tidak mau menuruti orang yang menghalaunya dari api.
Sikap egois, keras kepala dan ingin menang sendiri adalah tabiat atau watak asli manusia. Sehingga syariat ini ingin mengajak manusia untuk melepaskan sifat jelek tersebut. Dan manusia memang Allah takdirkan senantiasa berselisih. Mereka pasti memiliki sudut pandang sendiri-sendiri. Ibarat serangga dengan manusia tentang sudut pandangnya terhadap api. Ketika manusia berselisih pandangan dan gagasan, Islam memberikan jalan keluar dan kaedah. Barang siapa yang yang kembali kepada petunjuk al qur’an maka perselisihan tersebut akan sirna.
Di antara prinsip yang Allah ajarkan kepada manusia tatkala berselisih, Allah taala berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat” [Ali Imran/3:105]
Dalam ayat ini Allah melarang kita untuk membuat perselisihan, setelah datang kebenaran dengan jelas. Karena kebiasaan orang kafir dan musyrik, mereka akan membuat perselisihan setelah datang ilmu dan kebenaran. Sehingga yang wajib bagi kita adalah tunduk dengan kebenaran tersebut, mengambil petunjuknya dan tidak berkeras kepala dengan pendapat sendiri.
Dan juga firman Allah taala :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul dan ulil amr kalian, Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allâh (Al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allâh dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” [An-Nisa/4:59]
Dalam ayat ini, kita diperintahkan oleh Allah taala untuk senantianya kembali dan merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah ketika terjadi perselisihan pendapat atau pandangan. Sekalipun hal itu dengan waliyul amr. Karena ketaatan manusia kepada waliyul amr dibatasi dalam koredor syariat. Sehingga ketika pendapat waliyul amr menyelisihi syariat islam maka kita tidak boleh taat kepada mereka.
Dan juga Allah Ta’ala berfirman dalam surat An-Nahl ayat: 43 dan surat al-Anbiya ayat: 7
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui”. (QS. al-Anbiya ayat: 7)
Ketika suatu masalah itu datang kepada kita, maka kita lihat dari mana permasalahan itu datang? Dan solusi atau jalan keluar dari permasalah adalah wajib bagi kita untuk bertanya dan mengembalikan kepada ahlinya.
Ini adalah prinsip pokok ajaran Al-Qur’an yang jelas, yang memiliki pengaruh besar dalam meluruskan perjalanan manusia menuju Rabbnya, mengatur ibadah, muamalah, dan perilaku-perilakunya, serta mengetahui apa yang samar atau bermasalah baginya dalam urusan agamanya dan dunianya.
Rujukan :
- Al Qur’an versi maktabah syamilah
- Shohih Bukhari versi maktabah syamilah
- Shohih muslim versi maktabah syamilah
- Duror saniyah
- Al Hadits Li shoffil Awal al Mutawasith, kitab At Tholib, KSA
[1] Pemberi peringatan yang seakan akan lari dari penangkapan musuh dalam keadaan ditelanjangi bajunya, atau dengan cara melepas baju, dan memberikan isyarat kepada mereka dengan bajunya. Dia lakukan agar orang paham akan bahaya yang mengancam.
[2] Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, Kitab Al I’tisham bi Al Kitab Wa As Sunnah, Bab Al Iqtida’ bi Sunani Rasulillah sholallahu alahi wa sallam, nomor 7273, dan Imam Muslim, Kitab Al Fadhoil, Bab Syafaqotuhu sholallahu alahi wa sallam ala ummatihi, nomor 2284. Dan ini lafadz Muslim.
[3] (serangga tersebut ketika ditempat yang gelap, kemudian ada api menyala, dia merasa bahwa dirinya dalam kegelapan, dan mengira bahwa api tersebut adalah lubang yang menuju tempat bercahaya, ketika dia berusaha mendekati, dia tidak mendapatkan lubang tersebut, namun tetap bersikukuh untuk meraihnya hingga dia terbakar…syarah)
[4] Dikeluarkan oleh Imam Al Bukhari, Kitab Ar Raqaiq, Bab Al Intiha’ an Al Ma’ashiy, nomor 6483. Dan Muslim, Kitab Al Fadhoil, Bab Syafaqotuhu sholallahu alahi wa sallam ala ummatihi, nomor 2284. Dan hadits ini adalah lafadz Bukhari.
[5] ((Syarah Hadits dari Muasasah Duror Saniah, Musyrif Amm Syaikh Alawi bin Abdul Qodir Assegaf))
BACA JUGA :

Ajukan Pertanyaan atau Komentar