
Ada orang-orang yang menangis hingga kedua matanya sakit disebabkan karena menangis, sebagian mereka menangis hingga pandangannya menjadi gelap. Tsabit Al-Bunani telah dikisahkan bahwa beliau menangis hingga kabur penglihatannya ketika Anas bin Malik rodhiyallohu âanhu berkata kepadadnya: âBetapa mirip kedua matamu dengan mata Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam.â
Dan ketika ia membutuhkan pengobatan maka dokter berkata kepadanya:
âBerilah aku jaminan sebuah tabiâat yang akan menyembuhkan matamu.â
Tsabit bertanya: âTabiâat apakah itu?â
Dokter tersebut berkata: âJanganlah menangis.â
Maka Tsabit berkata: âTiada kebaikan pada mata yang tidak menangis.â[1]
Inilah `AthĂ´â As-Sulami, ketika beliau ditanya: âApa yang engkau inginkan?â
Maka ia menjawab: âAku ingin menangis hingga tidak lagi mampu untuk menangis.â
Ia setiap malam dan siang selalu menangis. [2]
Pernah suatu kali `AthĂ´â As-Sulaimi dicela karena sering menangis, maka ia berkata: âBagaimana engkau mencelaku dalam perkara yang tiada kuasa bagiku padanya?â sesungguhnya apabila aku ingat penghuni neraka dan adzab serta hukuman Alloh yang turun kepada mereka maka jiwaku menggambarkan bersama dengan mereka. Bagaimana perasaan jiwa yang tangannya dibelenggu hingga lehernya dan diseret menuju neraka, bukankah ia akan menjerit dan menangis? Bagaimana seandainya sebuah jiwa diadzab, bukankah ia akan menangis?â[3]
Aisyah rodhiyallohu `anha pernah mengisahkan mengenai ayahnya Abu Bakr ketika Rosululloh menghendaki agar Abu Bakr menggantikan posisi beliau menjadi imam: âSesungguhnya Abu Bakr adalah orang yang lembut hatinya apabila ia menggantikanmu maka ia akan menangis dan tidak mampu untuk membaca Al-Qurâan.â[4]
Dalam lafazh yang lain dikatakan: âSesungguhnya Abu Bakr apabila menggantikan posisimu ia tidak akan bisa memperdengarkan bacaan Al-Qurâan kepada manusia disebabkan karena menangis.â[5]
Namun lihatlah bagaimana kuatnya pendirian dan keteguhan hatinya serta sikap kerasnya dalam menghadapi orang-orang yang murtad serta persilihan pendapat dengan Umar mengenai hal tersebut. Dengan demikian maka banyak menangis tidak boleh menjadi penghalang bagi seorang hamba untuk melakukan amalan-amalan besar.
Abdulloh bin Abbas adalah orang yang memiliki kemuliaan dari segala sisi, ia adalah kerabat Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam, anak paman beliau, seorang sahabat Rosululloh, orang yang berilmu dan orang yang sangat bertakwa.
Ketakwaan Abdulloh bin Abbas diwujudkan dalam berbagai ibadah yang ia lakukan, menghidupkan malam hari dengan melaksanakan sholat, berpuasa pada siang hari, dan ia adalah orang yang banyak menangis hingga kedua pipi beliau membekas karena seringnya ia menangis.[6]
Telah diriwayatkan dari An-Nadhr bin Ismail, ia berkata: âAr-Robi` bin Abi Rosyid pernah melewati seorang lelaki yang penyakit menahun, lalu ia duduk dan memuji Alloh serta menangis. Kemudian ada seseorang yang berjalan melewatinya dan bertanya: âApakah yang membuatmu menangis? Semoga Alloh merahmati anda.â
Ar-Robi` berkata: âAku ingat ahli surga dan ahli neraka. Maka aku menyerupakan ahli surga dengan orang-orang yang diberikan keselamatan dan kesehatan, sementara orang-orang yang terkena musibah aku serupakan dengan penduduk neraka. Itulah yang membuatku menangis.[7]
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abidz Dzubâb bahwa Tholhah bin Abdillah dan Az-ZUbair bin Al-Awwam pernah melewati tukang pandai besi, mereka berdua berhenti dan melihat kepadanya serta menangis.[8]
Adakalanya seseorang menangis karena nasihat yang disampaikan kepadanya, telah diriwayatkan dari Muhammad bin Qois, ia berkata: âSetelah selesai sholat Zhuhur Umar bin Abdul Aziz mengucapkan salam dan berkata: âWahai Abu Ibrohim, ingatkan kami dengan surga dan neraka.â
Muhammad bin Qois berkata: âMaka akupun mengingatkan dengan surga dan neraka. Dan tidaklah pernah aku melihat seorangpun makhluk Alloh yang lebih banyak menangis dari Umar bin Abdul Aziz.â[9]
Demikian, sebagian kecil yang telah diriwayatkan mengenai kelembutan hati orang-orang terdahulu yang mampu mengucurkan air mata karena mengingat akhirat serta takut kepada adzab-Nya. Semoga Alloh melimpahkan karuni kepada kita dengan memberikan hati yang lembut yang senantiasa ingat kepada-Nya, dan tidak menutup hati kita dan membiarkannya keras membatu.
Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 04 Tahun 04
[1] Ar-Riqqotu wal Bukââ ; Ibnu Abid Dunya hal. 11
[2] Hal. 12
[3] Hal. 12
[4] Diriwayatkan Bukhori dalam Kitab Al-Adzân, bab: Man asma`an nâsa takbÎrotal imam (1/ 174)
[5] Diriwayatkan Bukhori dalam Kitab Al-Adzân, bab: Man asma`an nâsa takbÎrotal imam (1/ 176)
[6] Shuwar min Hayâtish Shohâbah, dengan perubahan
[7] Hilyatul Auliyââ; Abu Nu`aim, Ar-Riqqotu wal Bukââ, Ibnu Abid Dunya hal. 68
[8] Ar-Riqqotu wal Bukââ; 69
[9] Sirotu Umar bin Abdul Aziz; Ibnul Jauzi, hal. 158, Ar-Riqqotu wal Bukââ, hal. 109
Leave a Reply