Kembali pada Rabbul ‘Alamin

kembali pada rabbul alamin

Kembali pada Rabbul ‘Alamin – Orang yang menemui kesulitan besar dalam meninggalkan kebiasaan  buruk pada hakikatnya bukan lah orang yang berusaha meninggalkannya karena mengharap ridha Allah.

Adapun orang yang meninggalkannya mengharap ridha Allah dengan penuh kesunggugan, dan dengan hati yang ikhlas, ia tidak akan mendapatkan kesulitan besar dalam upaya menimggalkannya, kecuali pada tahap permulaannya saja. Sebab, pada bagian permulaan itu ia sedang diuji apakah ia sungguh-sungguh dalam meninggalkan kebiasaan buruk tersebut atau hanya berpura-pura saja? Jika ia bisa sedikit bersabar saat menemui kesulitan yang dihadapinha, niscaya kesulitan tersebut akan berubah menjadi sebuah kenikmatan.

Ibnu Sirin Rahimahullah berkata: “Aku pernah mendengar Syuriah bersumpah: ‘Demi Allah tidaklah seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan dia pasti mendapatkan kembali apa yang hilang itu.'”

Begitu pula, perkataan para ulama: “Siapa saja yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan memberinya ganti yang lebih baik dari sesuatu tersebut.”

Ucapan Ibnu Sirin dan pernyataan para ulama yang telah kami kutipkan di atas benar adanya. Hanya saja, pengganti sesuatu yang ditinggalkan karena Allah itu bermacam-macam. Pengganti yang paling besar adalah merasa begitu dekat dengan Allah, mencintai-Nya, dan merasakan ketenteraman hati kepada bersama-Nya, hati orang yang bertaubat itu pun menjadi lebih kuat, semangat, gembira dan ridha kepada Rabbnya Azza WA Jalla.

Orang yang paling dungu adalah orang yang tersesat di akhir perjalanan pulangnya (yaitu di dunia), padahal ia sudah hampir sampah di rumahnya (yakni Surga).-

Di antara kaidah yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala akan menggantinya dengan sesuatu yang (jauh) lebih baik.

Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, diceritakan tentang seorang lelaki dari penduduk kampung (Arab Badui) yang berkata:

أَخَذَ بِيَدِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَعَلَ يُعَلِّمُنِي مِمَّا عَلَّمَهُ اللهُ وَقَالَ: ” إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا اتِّقَاءَ اللهِ إِلَّا أَعْطَاكَ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ “

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memegang kedua tanganku. Beliau pun mulai mengajarkan aku dari ilmu yang Allah Ta’ala wahyukan kepada beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Sesungguhnya tidaklah Engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu (sebagai pengganti, pen.) yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad no. 20739. Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

Allah Ta’ala banyak menyebutkan hal ini di berbagai ayat dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah kisah tentang sahabat Nabi dari kaum muhajirin yang berhijrah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ke kota Madinah dengan meninggalkan kampung halaman dan harta mereka di kota Makkah. Mereka juga meninggalkan berbagai kesenangan yang mereka miliki. Allah Ta’ala pun kemudian mengganti dengan limpahan rizki di dunia dan kemuliaan untuk mereka radhiyallahu ‘anhum.

Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam, beliau meninggalkan ayah dan kaumnya dan juga meninggalkan sesembahan-sesembahan mereka selain Allah Ta’ala. Lalu Allah Ta’ala pun mengkaruniakan Ishaq dan Ya’qub kepada beliau, serta anak keturunan yang shalih.

Saatnya kembali pada Allah.

Kita pernah terluka, tersungkur kesedihan.

Kita mencari “bahagia” itu ke mana-mana. Dia mengira ada di tempat ramai penuh tawa. Dia mendekati banyak orang, berusaha untuk diterima, berusaha untuk bahagia.

Ya, kita memang bahagia, tapi sesaat.

Ketika kita tak bersama “sumber bahagia” itu, kita kembali bersedih. Saat sendiri, kita kembali terluka-jauh lebih terluka dari sebelumnya.

Suatu  hari kita sampai pada titik penyadaran bahwa “bukan ini jalan keluar dari kesedihannya”. Allah kemudian membimbingnya menemukan jalan bahagia sesungguhnya. Yaitu dengan kembali kepada-Nya.

Dengan mulai memperbaiki diri. Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, membangun kedekatan hubungan dengan Rabbul Alamin

Awalnya berat sekali, kesedihan itu tidak sirna dalam kedipan mata. Namun, setelah beberapa hari berlalu, kita mulai mendapatkan kebahagiaan itu. Kita mulai merasakan ketenangan yang selama ini kita cari.

Benar, untuk terus merasa bahagia, kita harus terus berada dekat dengan sumber kebahagiaan itu. Dan, hanya Allah yang paling dekat dan selalu dekat dengan kita. Hanya Allah yang tidak meninggalkan hamba-hamba Nya.

Kadang, kita lupa bahwa kita hanyalah hamba yang lemah dan selalu butuh pertolongan Allah. Saat tertimpa masalah, saat butuh sesuatu hal pertama yang kita pikirkan adalah, “Bagaimana cara menyelesaikan ini? ”

Padahal seharusnya kita mengadu kepada Allah Azza Wa Jalla terlebih dahulu. Kita ceritakan, kita minta Allah untuk memudahkannya. Baru setelahnya kita coba mencari solusi.

Berkata Imam Ibnu Qayyim rahimahullah bahwa faktor ke-16 yaitu seseorang senantiasa kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dialah dzat yang hati-hati manusia berada diantara dua jari jari Allah subhanahu wa ta’ala. Juga segala kendali, segala urusan berada di kedua tangan-Nya dan segala perkara kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena dengan selalu mencari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala bisa jadi seseorang mendapatkan waktu yang waktu itu turun rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam sebuah atsar disebutkan bahwasanya sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mempunyai waktu-waktu yang pada waktu-waktu tersebut turun rahmat Allah subhanahu wata’ala. Maka berusahalah untuk mencari waktu tersebut dan mintalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk menutup aurat kalian dan mengamankan rasa takut kalian.

Dan dengan selalu berusaha berdoa mencari waktu-waktu turun rahmat tersebut, bisa jadi seorang mendapatkan waktu tersebut yang mana waktu itu tidaklah seorang berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala kecuali Allah mengabulkan permintaannya. Maka barangsiapa yang diberikan taufik untuk selalu berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka pasti dia akan mendapatkan pengabulan dari do’a-do’a tersebut.

 

REFERENSI:

Emilia Indah Safayana (pengajar ponpes Darul Qur’an Wal Hadits)

Pengabdian : Di Baturaja

Hari/Tanggal : Ahad, 23 Juli 2023

Artikel tentang : Kembali kepada Rabbul ‘Alamin

Referensi : Fawaidul Ibnu Qayyim  al Jauziyah

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.