Hikmah Dan Manfaat Puasa

hikmah dan manfaat puasa

Hikmah Dan Manfaat Puasa – Sesungguhnya syari’at Islam yang mulia ini sangat indah. Segala h kumnya dibangun di atas hikmah dan kita mengetahuinya adan kadang pula kita tidak mengetahuinya kare na para hamba memang tidak mendapat kewajiban untuk mengeta hui perincian hikmah Allah. Namun, cukup bagi mereka hanya mengimani, mengetahui ilmunya secara umum, dan pasrah sepenuh. nya, sebab mengetahui perincian hikmah adalah sesuatu yang di luar batas kemampuan akal manusia. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيما

Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak ber- iman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. an- Nisa’ [4]: 65)

Bagaimanapun juga, seseorang tidak dicegah untuk mengetahui hikmah suatu syari’at karena hal tersebut memiliki beberapa manfa- at, di antaranya:

  • Mengetahui ketinggian dan keindahan syari’at Islam karena semua syari’atnya dibangun di atas hikmah.
  • Bisa diqiyaskan (dianalogikan) kepada hal lain yang semakna.
  • Lebih menentramkan seorang hamba dengan hukum tersebut.
  • Penyemangat untuk menjalankan hukum syari’at.
  • Bisa memberikan kepuasan kepada orang lain.
  • Memberikan kekuatan ilmu yang matang.
  • Menampakkan makna salah satu nama Allah yaitu al-Hakim.”

Hikmah Puasa

Adapun hikmah dan manfaat puasa adalah sebagai berikut:

1. Melatih jiwa untuk taat kepada Allah

Jiwa sifatnya seperti anak kecil yang perlu dilatih. Karena itu, jiwa seorang muslim harus dilatih dan dibiasakan untuk mengerjakan ke- taatan. Salah satu bentuk pelatihan agar jiwa terbiasa dalam menger- jakan ketaatan adalah dengan puasa karena dalam puasa seseorang akan meninggalkan sebagian kenikmatan-yang asalnya halal-dari menahan makan, minum, dan berkumpul dengan istri, yang semua- nya ini ditinggalkan demi mencari ridha dan pahala Allah.

Sudah barang tentu itulah pelatihan yang nyata. Tidak ada yang sanggup mengerjakannya kecuali orang yang benar-benar beriman, suci jiwanya, dan tulus cintanya untuk taat kepada Allah. Barangka- li inilah yang diisyaratkan dalam sebuah hadits yang berbunyi:

لخَلُوفُ قَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ.

Artinya: “Sungguh bau mulutnya orang yang puasa lebih harum di sisi Allah Ta’ala daripada minyak misk. Dia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena Aku. Semua amalan bani Adam untuknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”” (HR. Bukhari dalam shahihnya)

Imam Ibnu Hibban mengatakan: “Syi’ar dan tanda kaum muk. minin pada hari kiamat adalah cahaya yang memancar karena bekas wudhu mereka di dunia, sebagai pembeda dengan seluruh umat la innya. Dan syi’ar mereka juga pada hari kiamat dengan puasanya, bau mulut mereka lebih harum di sisi Allah daripada minyak misk (kesturi), agar mereka terkenal dengan amalan tersebut pada hari perkumpulan. Kita memohon kepada Allah keberkahan pada hari itu.

2. Menumbuhkan sifat sabar

Puasa adalah jihad melawan hawa nafsu dan melatih kesabaran. Di dalam puasa terdapat tiga macam kesabaran:

• Sabar dalam ketaatan

• Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan

• Sabar menerima takdir

Alangkah bagusnya ucapan Imam Ibnu Rajab : “Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah, sabar dalam meninggalkan larangan Allah, dan sabar dalam menerima takdir Allah yang menyakitkan. Semua jenis sabar ini terkumpul da- lam ibadah puasa karena dalam puasa terdapat sabar dalam menger- jakan ketaatan kepada Allah, sabar dalam meninggalkan apa yang Allah haramkan dari kelezatan syahwat, dan sabar untuk menerima apa yang dia dapat berupa rasa sakit dengan kelaparan dan kehausan serta lemasnya badan jiwa.

3. Meredam syahwat

Tidak dipungkiri bahwa setiap insan punya insting (naluri) untuk menyukai lawan jenis. Naluri yang tertanam pada diri setiap manu sia ini harus tersalurkan pada jalur yang sah yaitu pernikahan. Bila belum mampu menikah maka puasa adalah metode jitu untuk mere- dam syahwat. Itulah obat mujarab yang telah ditunjukkan oleh Nabi kita dalam sabdanya:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجُ فَإِنَّهُ أَغَضُ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وجاء

Artinya: “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang su- dah mampu menikah segeralah menikah karena pernikahan akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga ke- maluan. Dan barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah dia berpuasa, karena hal itu adalah benteng bagi- nya.”  (Muttafaqun Alaih)

4. Mensyukuri nikmat Allah

Termasuk hikmah puasa adalah mengingatkan kepada seluruh ham- ba akan besarnya nikmat Allah. Seorang hamba akan menyadari be- tapa besarnya nikmat kenyang serta merasa puas dalam makan dan minum ketika dia merasa lapar dan haus. Perasaan kenyang setelah asalnya lapar atau hilangnya dahaga setelah asalnya kehausan akan mendorong seseorang untuk bersyukur kepada Allah. Sadarilah hal ini wahai saudaraku, jadikanlah puasamu sebagai media untuk lebih meningkatkan rasa syukur kepada Allah.”

5. Solidaritas antar sesama

Itulah hikmah puasa dari sisi kemasyarakatan. Sesungguhnya rasa la par dan haus demi menjalankan perintah agama akan menumbuh kan solidaritas dan perasaan setara dengan orang-orang miskin yang kesehariannya sering merasakan kelaparan dan kehausan. Hal itu akan menumbuhkan sifat peka dan peduli terhadap saudaranya yang kurang mampu.

Imam Ibnul Qayyim Radhiyallahu Anhu mengatakan: “Puasa akan mengingat. kan keberadaan orang-orang yang kelaparan dari kalangan orang- orang miskin.

Ibnu Humamah berkata: “Sesungguhnya tatkala orang yang puasa itu merasakan sakitnya rasa lapar pada sebagian waktu, hal itu akan mengingatkannya pada seluruh keadaan dan waktu yang akan membawanya bersegera untuk peduli kepada orang yang kurang mampu.

6. Sebab meraih derajat takwa

Puasa adalah sebab untuk meraih derajat takwa. Allah berfirman Subhanahu Wata’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah [2]: 183)

Sesungguhnya orang yang puasa diperintahkan untuk mengerja- kan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Dengan demikian bila orang yang sedang puasa terbetik di dalam hatinya untuk me- ngerjakan maksiat maka dia akan menahan dan meninggalkannya. Imam Ibnul Qayyim a mengatakan: “Puasa mempunyai penga- ruh yang sangat menakjubkan dalam menjaga anggota tubuh lahiri- ah dan kekuatan batiniah. Puasa menjaga dari segala campuran yang membahayakan yang apabila dibiarkan akan merusak seluruh tu- buh dan membersihkan dari dzat-dzat yang merusak kesehatan. Pu- asa dapat menjaga kesehatan hati dan anggota badan dan mengemba- likan dari kerusakan syahwat. Ia adalah sarana yang paling besar da- lam mewujudkan ketakwaan kepada Allah.”

7. Menjernihkan hati dan pikiran

Inilah hikmah yang jarang diketahui manusia. Dengan meninggal- kan berbagai kenikmatan dan keinginan jiwa ketika berpuasa, pikir- an dan hati menjadi jernih dan bersih. Hati dan pikiran akan terpu- sat untuk dzikir dan beribadah. Sebaliknya, banyak makan dan mi- num akan membuat hati menjadi lalai dan sibuk, bahkan tidak mus- tahil membuat hati menjadi keras dan gersang.

Ibrahim bin Adham berkata: “Barang siapa mampu menahan pe- rutnya akan mampu menjaga agamanya. Barang siapa dapat mengu- asai rasa lapar akan meraih akhlak yang mulia, karena maksiat kepa- da Allah sangat jauh bagi orang yang lapar dan sangat dekat bagi yang kenyang. Kenyang dapat mematikan hati karena orang yang kenyang akan banyak senang, gembira, dan tertawa.”

8. Sehat dengan puasa

Hal itu telah diakui dalam dunia kedokteran. Puasa dapat menye- hatkan tubuh manusia dan menyembuhkan dari berbagai penyakit ganas. Dengan sedikit makan, anggota pencernaan dapat istirahat, cairan-cairan dan kotoran yang membahayakan dapat keluar dan hi lang. Semua itu adalah hikmah dan keutamaan dari Allah. Tidak ada satu pun perintah Allah kecuali di bagi para hamba-Nya. dalamnya terdapat kebaikan

Demikianlah sebagian hikmah yang dapat kita ketahui. Bisa jadi masih banyak lagi hikmah-hikmah lainnya yang belum kita keta- hui. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa manfaat puasa ini tidak akan dicapai kecuali oleh orang yang berpuasa secara sempurna dari sega- la yang diharamkan Allah. Dia berpuasa (menahan diri) dari makan, minum, berhubungan intim dengan istri. Dia berpuasa dari mende- ngar yang haram, melihat yang haram, ucapan yang haram, dan usa- ha yang haram. Dia senantiasa menjaga waktunya dan selalu me- manfaatkan kesempatan bulan puasa dengan ketaatan kepada Rabb- nya. Maka orang semacam itulah yang dapat meraih manfaat dari ibadah puasanya.”

Referensi:

DiTulis Oleh : Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman

DiRIngkas Oleh : Nyai Anita Sari

DiAmbil Dari : Kitab Puasa Ramadhan

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.