Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Fenomena Ghuluw

FENOMENA GHULUW

FENOMENA GHULUW

Bismillahirahmannirrohim, segala puji dan syukur kita kehadirat Allah subhanahu wataala yang dengan rahmat-Nya lah kita masih diberi nikmat sehat dan waktu luang serta kesempatan untuk bisa menuntut ilmu syari dan mendalami kaidah-kaidah fiqh serta mengikuti sunnah-sunnah Nabi.

Sikap ghuluw (melampaui batas atau berlebih-lebihan) dalam agama adalah sikap yang tercela dan dilarang oleh syariat. Banyak sekali dalil al quran dan sunnah yang memperingatkan dan mengharamkan ghuluw atau sikap melampaui batas tersebut.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

اِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّٰهُ وَرَسُوْلُه وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوا الَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ رَاكِعُوْنَ

Artinya: “Katakanlah:”hai ahli  kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.“ (QS. Al-ma’idah /5: 77).

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata: “pada pagi hari di mudzalifah ketika itu Rasulullah berada diatas ontanya, beliau berkata padaku: “Ambillah beberapa buah batu untukku” maka akupun mengambil tujuh buah batu untuk beliau yang akan digunakan melempar jumrah. Kemudian berkata:

أَمْثَالَ هَؤُلاَءِ فَارْمُوْا ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ

Artinya: “Lemparlah dengan batu seperti ini “ kemudian beliau melanjutakan: “Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama. (shahih, HR. Ibnu Majah (3029))

BEBERAPA ISTILAH UNTUK SIKAP BERLEBIH-LEBIHAN DALAM AGAMA

Ada beberapa ungkapan lain yang digunakan oleh syariat selalin ghuluw ini, diantaranya:

-Tanaththu’ (Sikap ekstrim).

Abdullah bin mas’ud Radhiyallahu Anhu meriwayatkan dari Rasulullah beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

هلك  المتنطعون

Artinya: “Celakalah orang-orang yang ekstrim”  beliau mengucapkanya tiga kali.” (HR. Muslim)

-Tasyadud (Memberat-bertakan diri).

Anas bin malik meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

لاَ تُشَدِّدُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَيُشَدِّدُ اللهُ عَلَيْكُمْ فَإِنَّ قَوْمًا شَدَّدُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ فَشَدَّدَ اللهُ عَلَيْهِمْ فَتِلْكَ بَقَايَاُهْم فِي الصَّوَامِعِ وَالدِّيَارِ وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ

Artinya: “Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah membertkan diri mereka,  lalu Allah memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (kerahiban) padahal kami tidak mewajibkanya atas mereka.” (HR. Dhiya’ Al-Maqdisi dalam Al-Ahadits Al-Mukhtaroh (2692))

Dalam hadits lain pula Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ الدِّيْنَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّيْنَ إِلاَّ غَلَبَهُ

Artinya: “Sesungguhnya agama ini mudah. Dan tiada seorang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah (gagal). (shahih, HR. Nasa’i (5049))

-I’tida’ (melampaui ketentuan syariat).

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Artinya: “Dan perangilah dijalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-baqarah /2: 190).

Dalam ayat lain Allah juga berfirman:

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا

Artinya: “Itulah batasan-batasan hukum Allah, maka janganlah kalian melampauinya.” (Qs al-baqarah/2: 187)

-Thakalluf (memaksa-maksa diri).

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ

Artinya: “Katakanlah (hai Muhammad): “Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da’wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan,” (QS. As-Shad/38: 86)

SEBAB MUNCULNYA SIKAP GHULUW

Sebab-sebab munculnya sikap ghuluw ini bermacam-macam, diantaranya:

  1. Ketidaktahuan dalam agama. Ini meliputi ketidaktahuan terhadap tujuan inti syariat islam dan kiadah-kaidahnya serta kebodohan dalam memahami nash-nash al quran dan sunnah. Sehingga kita lihat sebagian pemuda yang memiliki semangat akan tetapi masih dangkal pemahaman dan ilmunya terjebak dalam sikap ghuluw ini.
  2. Taqlid (ikut-ikutan). Taqlid hakikatnya adalah kebodohan. Termasuk diantaranya adalah mengikuti secara membabi-buta adat istiadat manusia yang bertentangan dengan syariat islam serta mengikuti tokoh-tokoh adat yang menyesatkan. Kebanyakan sikap ghuluw dalam agama yang berlaku ditengah-tengah masyarakat berpangakal oleh sebab ini.
  3. Mengikuti hawa nafsu. Timbangan hawa nafsu ini adalah akal dan perasaan. Sementara akal dan perasaan tanpa bimbingan wahyu akan bersifat liar dan keluar dari batasan-batasan syariat.
  4. Berdalil dengan hadits-hadits lemah dan palsu. Hadits-hadits lemah dan palsu tidak bisa dijadikan sandaran hukum syar’i. dan pada umumnya hadits-hadits tersebut dikarang dan dibuat-buat bertujuan menambah semangat beribadah atau untuk mempertebal sebuah keyakinan sesat.

BENTUK-BENTUK GHULUW

Secara garis besar, ghuluw ada tiga macam: dalam keyakinan, perkataan dan amal perbuataan.

Ghuluw dalam bentuk keyakinan misalnya sikap berlebih-lebihan terhadap para malaikat, nabi dan orang-orang shalih dengan meyakini mereka sebagai tuhan. Atau meyakini para wali dan orang-orang shalih dan sebagai orang-orang yang ma’shum (bersih dari dosa). Contohnya adalah keyakinan orang-orang syi’ah rafidhoh terhadap ahli bait dan keyakinan orang-orang sufi terhadap orang-orang yang mereka anggap wali.

Ghuluw dalam bentuk ucapan misalnya, puji-pujian yang  berlebihan terhadap seseorang, doa-doa dan dzikir-dzikir bid’ah, misalnya puji-pujian kaum sufi terhadap Nabi dan wali-wali mereka, demikian dzikir-dzikir mereka yang keluar dari ketentuan syari’at. Contoh lainya adalah menambah-nambahi doa dan dzikir, misalnya menambah kata sayyidina dalam sholawat Nabi (didalam shalat).

Ghuluw dalam bentuk amal perbuatan misalnya mengikuti was-was dalam bersuci atau ketika hendak bertakbiratul ihram, sehingga kita dapati seseorang berulang-ulang berwudhu’ karena mengikuti was-was. Demikian seseorang yang berulang-ulang bertakhbiratul ihram karena belum sesuai niatnya.

Sebenarnya, ada satu jenis ghuluw lagi yang perlu diwaspadai yaitu ghuluw dalam semangat. Jenis ini biasanya merasukii para pemuda yang memiliki semangat keagamaan yang berlebih-lebihan akan tetapi dangkal pemahaman agamanya. Sehingga mereka jatuh dalam sikap sembrono dalam menjatuhkan vonis kafir, fasik dan bid’ah.

VIRUS GHULUW

Virus ghuluw ini biasanya Diawali dengan sesuatu yang sepele namun dalam waktu singkat akan digandrungi sehingga kemudian meluas. Orang-orang yang bersikap ghuluw dalam agama akan berbicara tentang Allah tanpa kebenaran, tentang agama tanpa ilmu, sesingga akhirnya mereka sesat dan menyesaykan orang lain dari jalan  yang lurus. Sikap ghuluw inilah yang merupakan penyebab munculnya seluruh penyimpangan dalam agama, demikian juga penyimpangan dalam sikap dan perbuatan.

Islam telah menentang semua perkara yang mengarah kepada sikap ghuluw. Semoga Allah merahmati Syaikhul islam ibnu taimiyah yang berkata: “Agama Allah adalah agama pertengahan, antara sikap exstrim (berlebih-lebihan) dan sikap meremehkan (terlalu longgar),”

Kesimpulanya ,kita harus menjauhi segala macam bentuk ghuluw dalam agama, baik berupa keyakinan, ucapan maupun perbuatan yang diatas namakan agama. Dan hendaknya kita juga harus waspada jangan sampai tergelincir dalam sikap tasqhir. Disamping itu, janganlah sembrono dan serampangan dalam menilai ‘ghuluw’ tanpa ilmu.

Penulis : Ustadz Abu Ihsan al-Atsari

Referensi : buku as-sunnah EDISI 04/THN.XIII/RAJAB 1430H/JULI 2009M

Peringkas : RICO MUZAKKI

Jabatan : Pengabdian

Baca juga artikel:

Kerinduan Salafush Shalih Mengharapkan Surga

Orang Yang Kebingungan

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.