ALAM KUBUR ITU BENAR ADANYA

ALAM KUBUR ITU BENAR ADANYA

ALAM KUBUR ITU BENAR ADANYA

Bismilah segala puji bagi Allah atas segala nikmatnya yang terus menerus karunia-karuniaNya yang senantiasa mengucur. Sholawat beserta salam semoga sellau tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad untuk kepada para sahabatnya, keluarganya serta orang-orang setia kepada beliau.

Akidah tentang adanya alam kubur, adanya adzab kubur, adanya nikmat kubur, adanya pertanyaan di alam kubur, adalah akidah yang disepakati oleh para ulama Ahlussunnah, tidak ada khilafiyah di antara m mereka. Yang menyelisihi mereka adalah ahlul bid’ah dari kalangan Qadariyah, Mu’tazilah dan Khawarij.

Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata :

خطب عمر بن الخطاب رضي الله عنه: أن رسوالله عليه وسلم قد رجم ورجمنا من بعده، ألا وانه سيكون من بعدكم قوم يكذبون بالرجم، وبالدجال، وبالشفاعة، وبعذاب القبر، وبقوم يخرجون من النار بعدما امتحشوا

Artinya: “Umar bin khathab radiallahu’anhu pernah berkhutbah : Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam dahulu menerapkan rajam sepeninggal beliau. Ketahuilah, aka nada sekelompok orang setelah kalian yang mendustakan hukuman rajam, mendustakan adanya adzab kubur, dan mendustakan adanya manusia yang akan dikeluarkan dari nerka setelah mereka terbakar dari neraka.”[1]

Imam Ahmad bin hambal rahimahullah dalam matan Ushulus sunnah beliau mengatakan :

لايمان بعذاب القبر وأن هذه لأمة تفتن في قبورها وتسأل عن للإيمان والإسلام ومن ربه ومن نبيه ويأتيه منكر ونكير كيف شاء

Terjemahannya: “Diantara prinsip akidah yang kami yakini adalah mengenai adanya adzab kubur, dan bahwasanya umat ini akan diuji di dalam kuburnya, serta ditanya tentang iman, islam, siapa Rabb-Nya, dan siapa Nabinya. Dan dia akan didatangi oleh malaikat Munkar dan Nakir dengan cara yang sesuai dengan kehendak Allah”.

BEBERAPA SYUBHAT DAN JAWABANNYA

SYUBHAT 1 :

BEBERAPA AYAT AL-QUR’AN MENUNJUKKAN TIDAK ADANYA ADZAB DAN NIKMAT KUBUR

Sebelumnya, dalam membahas syubhat ini kita perlu meyakini bahwa Al-qur’an dan hadits itu adalah kebenaran, dan tidak ada kebenaran yang saling bertentangan. Allah Ta’ala berfirman :

أَفَلا يَتَدَبّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوكَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا. ْ

Artinya: “Apakah engkau tidak akan mentadabburi al-qur’an?  Andaikan al-qur’an itu bukan dari sisi Allah tentu akan banyak pertentangan di dalamnya” (QS. An-Nisa’: 82)

Begitu juga wajib meyakini hadits Nabi shallallahu’alaihi wasallam adalah Wahyu.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

َمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلّا وَحْيٌ يُوحَى

Artinya: “Apakah yang di ucapkan oleh nya (Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam) bukan lah dari hawa nafsu tapi ini adalah Wahyu” (QS. An-Najm: 3)

Maka al-qur’an tidak akan bertentangan dengan al-qur’an,  al-qur’an pun tidak akan bertentangan dengam hadits, hadits juga tidak akan  bertentangan dengan hadits. Dengan kata lain, ayat al-qur’an menafsirkan, demikian juga ayat al-qur’an dan hadits saling menafsirkan. Oleh karena itu hendaklah kita menunjukkan kepada para ulama karena merekalah yang mampu mendudukkan ayat demi ayat, hadits dengan hadits, serta ayat dengan hadits sesuai dengan tempatnya sehingga jelas tidak ada pertentangan.

Ayat Pertama

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

قالو يا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا وَعَدَ الرّحْمَنُ وَصَدق المرسلونَ

Artinya: “Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya)” (QS. Yasin: 52)

Jika orang yang mati dikatakan ‘tidur’ setelah ia mati sampai hari kebangkitan, maka tentu tidak ada adzab kubur atau nikmat kubur. Demikian logika ahlul bid’ah yang menolak adanya adzab kubur, dan memang demikianlah mereka memahami ayat-ayat Allah dengan logika tanpa merujukkepada ahlinya.

Jawaban :

Kalau kita merujuk para ahli tafsir dari kalangan sahabat sampai ulama mu’ashiriin, Ubay bin Ka’ab radhiallahu’anhu, Khaitsamah, Mujahid dan Qatadah menafsirkan maksud dari ‘tidur’ dalam ayat ini adalah: “Tidur sejenak sebelum dibangkitkan dari kubur”. Qatadah juga menambahkan: “Itu terjadi di antara dua tiupan sangkakala”90. Al hafidz Ibnu Katsir rahimahullah juga menjelaskan: “Ayat ini tidak menafikan adanya adzab kubur, karena jika dibandingkan dengan apa yang terjadi setelahnya, yang terjadi di alam kubur seperti tidur”

Ayat kedua

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وَلا تَحسَبَّن  اللّهَ غَافِلا عَمّا يَعْمَلُ الظّالِمُونَ إِنّمَا يُؤَرخِرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَص فيه الأبْصَار  ُ

Artinya: “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak” (QS. Ibrahim:  42) 

Dalam ayat ini dikatakan Allah memberi tangguh, artinya tidak mengadzab mereka, sampai hari ketika mata manusia terbelalak, yaitu hari kiamat. Demikian logika mereka.

Padahal jika kita menilik penjelasan para ulama tafsir, Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna “Allah memberi tangguh kepada mereka” : “dikatakan demikian karena begitu ‘ngerinya’ keadaan mereka di hari kiamat”93. Al Baghawi rahimahullah menafsirkan: “Tidak akan menimpa mereka kengerian semisal yang akan mereka dapatkan di hari kiamat” Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: Artinya: “Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat”

Jadi jelas bahwa karena begitu jauhnya perbandingan antara siksa kubur dengan siksa mereka kelak di hari kiamat, hingga ketika mereka masih disiksa di alam kubur dianggap masih dalam masa penangguhan.

Sebagian ulama memang menafsirkan secara mutlak bahwa maknanya adalah “mereka tidak akan mendapat adzab hingga hari kiamat”, namun yang dimaksud adalah sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Katsir dan Al-Baghawi di atas. Karena faktanya, sebagian orang kafir bahkan diadzab ketika mereka masih hidup. Dan perlu dicatat, para ahli tafsir yang menafsirkan secara mutlak demikian tidak ada yang memahami bahwa ayat ini menafikan adzab kubur.  Jadi memahami ayat ini dengan pemahaman para penolak adanya adzab kubur, adalah pemahaman baru yang tidak ada pendahulunya, serta bertentangan dengan ratusan dalil.

Menurut logika para penolak adanya adzab kubur, berdasarkan ayat ini, antara matinya seorang manusia dengan hari kebangkitan itu hanya terasa sesaat saja, hingga seorang manusia merasakan seolah setelah mati tiba-tiba sudah dibangkitkan. Maka tidak ada alam kubur yang dia merasakan adzabatau nikmat.

Para ahli tafsir menjelaskan mengenai makna ‘sesaat’, Al-Baidhawi rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah masa di alam kubur dianggap terlalu sebentar jika dibandingkan dengan lamanya siksaan mereka di akhirat kelak. Atau penafsiran yang lain, mereka lupa akan lamanya berada di alam kubur”. Sebagian ahli tafsir memaknai bahwa maksudnya adalah masa ketika hidup di dunia, Al Baghawi rahimahullah mengatakan, “Maksudnya adalah masa di dunia dianggap terlalu sebentar dibandingkan dengan akhirat”. Seluruh tafsiran di atas tidak ada yang bertentangan dengan dalil-dalil adzab kubur.

Dan sekali lagi perlu di catat, tidak ada ahli tafsir yang memahami bahwa ayat ini menafikan adanya adzab kubur. Menunjukkan bahwa ayat ini dengan dalil-dalil shahih tentang adanya adzab kubur tidaklah bertentangan.

Demikianlah beberapa ayat yang menjadi ‘syubhat’ karena dipahami secara salah oleh para pengikut hawa nafsu. Tidak menutup kemungkinan adanya ayat lain yang mereka gunakan untuk melariskan pemahaman menyimpang mereka, namun cukuplah kita meyakini bahwa di antara dalil tidak ada yang saling bertentangan.

SYUBHAT 2: HADITS-HADITS TENTANG  ADANYA ADZAB DAN NIKMAT KUBUR ADALAH HADITS AHAD, SEDANGKAN HADITS AHADBUKAN HUJJAH DALAM MASALAH AQIDAH

“Banyak sekali hadits tentang Munkar dan Nakir serta tentang adzab kubur. Juga banyak hadits tentang doa (yang artinya): ‘Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari fitnahnya orang yang masih hidup atau yang telah mati, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, aku berlindung kepada-Mu dari dari fitnah al masih ad dajjal”. Hadits-hadits ini semua shahih, yang tidak mungkin para perawinya bersepakat untuk berdusta. Andaikan hadits-hadits seperti ini tidak dikatakan shahih, maka tidak ada hadits yang shahih sama sekali dalam agama kita. Dan andaikan hadits-hadits seperti ini tidak dikatakan shahih, maka tidak ada lagi model hadits yang derajatnya lebih shohih lagi”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata, “Mutawatir terbagi menjadi ‘aam dan khas. Bagi para ulama yang paham hadits dan fiqih ada hadits-hadits mutawatir bagi mereka yang tidak dianggap mutawatir oleh orang awam. Semisal hadits tentang sujud sahwi, kewajiban syuf’ah, kewajiban membayar diyat bagi yang berakal, kewajiban merajam pezina yang muhshan, hadits-hadits ru’yah, adzab kubur, ….. ”

Namun perlu digaris-bawahi pula, andaikan hadits-hadits tentang alam kubur atau tentang masalah lain adalah hadits Ahad pun tetap merupakan hujjah. Penjelasan rinci mengenai hal ini akan mencakup banyak bab dari ilmu ushul fiqh yang tidak mungkin kami paparkan pada kesempatan ini. Semoga beberapa poin di bawah ini cukup memberikan pencerahan bahwa hadits Ahad adalah hujjah, baik dalam masalah aqidah atau bukan:

Wajib beramal dengan hadits ahad adalah ijma para ulama-ulama

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:  “Aku tidak mengetahui adanya fuqaha kaum muslimin yang berselisih pendapat dalam menetapkan khabar ahad, sebagaimana yang baru saja saya jelaskan bahwa hadits-hadits ahad ada pada mereka semua.

Al Khatib Al Baghdadi rahimahullah berkata:  “Beramal dengan hadits Ahad adalah pendapat semua ulama tabi’in dan setelah mereka, yaitu para ulama-ulama di semua zaman sampai zaman kita ini (zamannya Al Khatib,-pent). Dan saya tidak mengetahui adanya seorang di antara mereka yang mengingkarinya atau menolaknya. ”

Demikian artikel ini saya ringkas dari buku Alam kubur itu benar adanya,semoga kita semua dapat mengambil faedah dan manfaat dari artikel ini. Apabila ada kesalahan saya mohon ampun karena saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

REFERENSI:

Fawaid kang aswad. 2021. yulian purnama. buku alam kubur itu benar adanya.

Di ringkas lagi oleh: Diana rosella (pengajar ponpes DQH Oku Timur)

[1]Diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnad Ahmad (no.156), diberikan oleh syaikh Syu’aib Al Amauth dalam Takhrij Musnad beliau mengatakatan “sanadnya lemah”

Baca juga artikel:

Fatimah Binti Rasulullah

Pahala Membangun Masjid

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.