Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberi petunjuk kepada jalan yang haq. Shalawat dan salam tak hentinya kita haturkan kepada Baginda Rasulullah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam rasul akhir zaman.
Amma ba’du:
Menelusuri sejarah masa lampau dapat menbuat kita merasakan hidup semakin lama. Betapa tidak? Kita ditarik ke masa lalu dan menyelami kehidupan para pelaku sejarah. Seolah kita menjadi saksi mata atas peristiwa itu..
Sungguh indah perkataan,
Siapa yang tidak memiliki pemahaman akan sejarah dalam dirinya
Ibarat dia tidak mengetahui manisnya hidup dari pahitnya
Siapa yang tahu kabar-kabar orang terdahulunya
Seakan bertambahlah umur dan usianya
Imam Ibnu Mubarok ketika ditanya mengapa beliau selalu mengurung diri di rumah, apakah tidak merasa kesepian? Beliau menjawab,”Bagaimana aku akan kesepian, aku bersama Rasulullah dan para sahabatnya. Sedangkan Kalian bersama orang-orang rendah.”
Adapun Sahabat yang akan menarik kita menjadi saksi hidupnya adalah orang kedelapan yang masuk Islam, salah satu dari sepuluh yang dijamin masuk surge (al-‘Asyroh al-Masyhud lahum bil Jannah), satu diantara orang yang ditunjuk Umar (Ashhabusy Syura) dan termasuk orang yang berfatwa di Madinah di saat Rasulullah masih hidup.
Nama dan Nasab Beliau
Beliau bernama Abdurahman bin ‘Auf bin Abdu’auf bin al-Harits bin Zahrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay. Kunnyahnya Abu Muhammad, nama beliau pada masa Jahiliyyah adalah Abdu ’Amr, ada yang mengatakan Abdul Ka’bah. Lalu Rasulullah menggantinya dengan Abdurrahman.
Beliau lahir sepuluh tahun setelah tahun Gajah. Ayahnya ‘Auf dan ibunya bernama asy-Syifa. Beliau adalah seorang Muhajirin yang tergolong awal, menggabung dua hijrah, mengikuti perang Badr dan peperangan setelahnya bersama Rasulullah.
Sinopsis Perjalanan Hidup
Beliau Masuk Islam sebelum Rasulullah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam memasuki Darul Aqrom, setelah islamnya Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma dua hari sebelumnya.
Beliau mengalami siksaan sebagaiman kaum muslimin generasi awal. Bersabar sebagaimana mereka bersabar. Tegar sebagaimana ketegaran mereka. Menepati janjinya. Dan berhijrah ke Habasyah bersama mereka. Ketika Rasulullah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam dan sahabatnya diizinkan untuk berhijrah ke Madinah. Beliau termasuk orang Muhajir terdepan yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam mempersaudarakan beliau dengan Sa’ad bin ar-Rabi’ al-Anshori, seorang bangsawan Madinah. Maka Abdurrahman ditawari harta dan wanita oleh saudaranya ini radhiyallahu ‘anhuma. Namun beliau hanya meminta ditunjukkan pasar untuk berniaga dan mencari uang. Dan tidak lama setelah itu. Beliau dapat mengumpulkan harta dan menikah.
Ketika beliau bertemu Rasulullah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam yang mencium wewangian. Beliau mengkabarkan kepada Rasululah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam tentang pernikahannya.
Rasulullah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam pun bersabda,
«بَارَكَ اللَّهُ لَكَ أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ»
” Semoga Allah memberkahi hartamu Adakanlah walimah walaupun dengan seekor kambing!”. (HR. Al-Bukhori)
Pada perang Badr, beliau pun tidak ketinggalan dengan mengalahkan Musuh Allah ‘Umair bin Usman bin Ka’ab at-Taimi. Begitupun di perang Uhud, Beliau tetap bertahan di kala pasukan kaum Muslimin goyah. Beliau tetap berperang dengan dua puluh luka lebih di tubuhnya.
Jihad beliau yang paling besar adalah dengan harta. Beliau diantara orang yang pertama-tama menginfakkan hartanya ketika Rasulullah memerintahkan untuk bersedekah demi persipan perang. Sehingga Rasulullah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam berdoa untukknya,”Semoga Allah memberkahi apa yang engkau infakkan dan memberkahi apa yang engkau simpan.”
Dari Ummi Bakr mengkisahkan bahwa Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu menjual tanahnya ke Usman seharga empat puluh ribu dinar kemudian beliau membagikannya kepada fakir miskin dari Bani Zuhroh, orang yang membutuhkan dan Ummahatl Mukminin. (HR. Ahmad, Shohih)
Ibnu Mubarak berkata Ma’mar menerangkan kepadaku bahwa az-Zuhri berkata,”Ibnu ‘Auf radhiyallahu ‘anhu menyedekahkan setengah hartanya sebanyak empat ribu pada masa Rasulullah, lalu bersedekah sebanyak empat puluh dinar. Dan membekali lima ratus kuda di jalan Allah. Lalu membekali lima ratus tunggangan di jalan Allah. Dan seluruh hartanya berasal dari perniagaan.
Keutamaan Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu
Sebelumnya telah disebutkan beberapa Keutamaan Sahabat Nabi ini, dan diantara sebagai berikut.
-
Termasuk Sepuluh sahabat yang dijamin masuk Surga oleh Rasulullah. Berdasarkan hadis yang masyur dari beliau.
-
Salah satu dari enam Ashhabusy Syuro yang Umar radhiyallahu ‘anhu memberitakan bahwa Rasulullah Shallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam wafat dalam keadaan Ridha kepada mereka. Umar radhiyallahu ‘anhu berkata ketika para sahabatnya memintanya untuk berwasiat menjelang wafatnya agar menunjuk penggantinya,”Aku tidak mendapatkan orang yang berhak atas perkara ini kecuali beberapa orang yang Rasulullah wafat dalam keadaan ridha kepada mereka-lalu Umar menyebut mereka-‘Ali, ‘Usman, az-Zubair, Thalhah, Sa’ad, dan Adburrahman.”(HR. Bukhari) radhiyallahu ‘anhum
-
Rasulullah membelanya. Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu berkata,”terjadi sesuatu antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin ‘Auf. Lalu Khalid mencelanya(Abdurrahman). Ketika hal itu sampai kepada Nabi, beliau bersabda,’Janganlah kalian mencela seseorang dari Sahabatku. Sungguh jika Salah seorang dari kalian berinfak segunung Uhud emas tidaklah itu menyamai satu mud mereka bahkan setengahnya.’”(HR.Muslim)
-
Kabar dari Rasulullah bahwa Dia termasuk Syahid. Sa’id bin Zaid radhiyallahu ‘anhu berkata,”Aku bersaksi atas Rasulullah bahwasanya aku mendengar beliau bersabda,’Wahai Hira’ tenanglah!Tidaklah berada di atasmu kecuali Nabi, Siddiq dan Syahid.’-dan Sa’id menyebutkan mereka –Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Usman, ‘Ali, Thalhah, az-Zubair, Sa’ad, Ibn ‘Auf dan beliau sendiri.”(HR. Ibnu Hibban, at-Tirmidzy, Ibnu Majah, ash-Shahihah no.875)
-
Rasulullah bermakmum kepada beliau. Al-Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu ditanya,”Apakah Rasulullah pernah bermakmum kepada seseorang dari umat ini selain Abu Bakar?”Maka beliau bekata,”Ya, -kemudian menyebutkan – Rasulullah berwudhu dan mengusap kedua khaufnya dan ‘imamahnya. Dan beliau Shalat dibelakang (bermakmum kepada) Abdurrahman bin ‘Auf dan aku bersama beliau. Kami shalat satu rakaat shalat Subuh bersamanya lalu mengqadho rakaat yang terlewat.”(HR. Ahmad, an-Nasa’i, Muslim, al-Bukhari secara ringkas dan Ibnu Majah)
-
Beliau termasuk Ahli Badr yang mana dikatakan kepada mereka,”Berbuatlah sesuka kalian!”
-
Beliau juga termasuk Ahli Bai’atur Ridwan yang Allah Subhanahu wa Ta’a berfirman,”Sungguh Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon.”(QS. Al-Fath:18)
Hadis Beliau masuk Surga dengan ngesot?
Imam adz-Dzahabi rahimahullah membawakan kisah Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu ketika tiba dari safarnya membawa perniagaan yang sangat banyak lalu Ummil mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,”Aku mendengar Rasulullah bersabda,’Abdurrahman tidaklah memasuki surga kecuali dengan ngesot-menyeret kakinya-‘ maka beliau berkata,”Wahai Ibunda, saksikanlah sesungguhnya semua barang ini berikut apa yang dibawanya ku infakkan di jalan Allah.”( Azd-Dzahabi berkata HR. Ahmad, beliau berkata hadis mungkar)
Dalam riwayat yang lain dari Imam Ahmad juga, Abdurrahman radhiyallahu ‘anhu berkata,”Sungguh Jika aku dapat memasuki surga dengan berdiri!” Kemudian beliau menginfakkan semuanya.
Imam adz-Dzahabi berkomentar,” Wa bikulli hal, walau Abdurrahman bin ‘Auf terlambat dikarenakan lamanya hisab beliau. Dan masuk surga menyeret kaki beliau- adalah sebuah permisalan- namun kedudukan beliau tidaklah lebih rendah dari Ali dan az-Zubair radhiyallahu ‘anhum.
Mutiara Nasihat Beliau
Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu dengan banyaknya harta yang beliau miliki dan infakkan di jalan Allah selalu mengintropeksi dirinya. Beliau berkata,”Kami dahulu bersama Rasulullah diuji dengan kesusahan maka Kami pun bersabar. Ketika kami diujin dengan kelapangan maka kami pun tidak sabar.” (HR.at-Tirmidzi no. 2464, Syaikh al-Albani berkata,”Shohihul Isnad.”)
Suatu hari beliau dihadapan makanannya-sebelumnya beliau berpuasa-kemudian berkata,”Mus’ab bin ‘Umair telah wafat sedangkan dia lebih baik dariku. Tidaklah didapatkan kain untuk mengkafaninya kecuali Burdah (selimut). Dan Hamzah telah wafat sedangkan dia lebih baik dariku. Tidaklah didapatkan kain untuk mengkafaninya kecuali Burdah. Sungguh aku takut bahwa kebaikanku disegerahkan di dunia.” Kemudian beliau menangis dan meninggalkan makanannya (tidak jadi makan).
Wafat Beliau
Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu sahabat yang sedang kita telusuri sirahnya ini wafat pada tahun 31 H. ada yang mengatakan 32 H. Jenazah beliau dimakamkan di Baqi’-pemakaman di Madinah, banyak sahabat Nabi yang dikebumikan di sini- setelah disholati oleh Usman atas wasiat dari beliau. Umur beliau ketika itu adalah tujuh puluh lima tahun.
Radhiyallahu ‘an Abdurrahman sungguh beliau diantara contoh bangsawan dan hartawan yang memenuhi janji. Memenuhi hak kaum fakir, miskin dan kerabat. Tidak lupa bahwa semua harta yang dimiliki bukanlah semata yang ada digenggaman namun harta yang hakiki adalah yang diinfakkan di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan itulah harta yang diberkahi.
Rujukan :
- Siyar A’lam an-Nubala karya Imam adz-Dzahabi.
- Al-Isti’ab fi ma’rifatl Ashhab karya Imam Ibnu Barr.
- Al-Ishobah fi Tamyiz ash-Shohabah. Karya Imam Ibnu Hajar al-Asqolani
- Ash-Shohabah karya Abu Islam Soleh bin Thoha Abdul Wahid.
- Shuwaru min Hayati ash-Shohabah karya Dr. Abdurrahman Ra’fat Basaa.
Disusun oleh : Muhammad Syarifudin.
Leave a Reply