7 Kutipan Wasiat Nabi Kepada Sahabatnya Abu Dzarr رضي الله عنه

kutipan wasiat nabi kepada abu dzar

7 Kutipan Wasiat Nabi Kepada Sahabatnya Abu Dzarr رضي الله عنه – Beliau adalah Abu Dzarr Jundub bin Junadah bin Sakan al-Ghifari رضي الله عنه, Beliau termasuk seorang sahabat yang pertama kali masuk islam dan termasuk sahabat Nabi yang paling baik. Beliau adalah seorang pemuka dalam hal zuhud, kejujuran, ilmu dan amal, berani mengatakan kebenaran, tidak takut celaan para penceladalam berdakwah di jalan Allah Ta’ala.

Suatu hari ketika Abu Dzarr di kampungnya,beliau mendengar berita tentang seorang Nabi yang baru muncul di Makkah. Maka disuruhlah saudaranya, Unais, memeriksa kebenaran berita itu.

Abu Dzarr berkata, “pergilah engkau ke Makkah, selidiki sampai dimana kebenaran berita mengenai seseorang yang mengatakan bahwa dirinya seorang Nabi. Dan dia mengatakan mendapat wahyu dari langit. Simak segala ucapannya dengan teliti, kemudian laporkan kepadaku.”

Unais pun pergi ke Makkah dan bertemu dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dia mendengarkan ucapan-ucapan beliau, kemudian kembali ke desanyamenemui Abu Dzarr yang menunggu-nungguh dengan penuh harap. Abu Dzarr pun langsung menanyakan berita itu dengan rasa ingin tahu.

Unais berkata,”Demi Allah! Aku telah melihat orang itu. Dia mengajak orang supaya berakhlak mulia, dan kata-katanya jelas bukan sya’ir.”

Abu Dzarr bertanya,”Bagaimana pendapat orang-orang banyak mengenai pribadinya?”

“Mereka mengatakan tukang sihir, dukun, dan penyair,” jawab Unais.

Abu Dzarr berkata,” Demi Allah! Laporanmu tidak memuaskanku karena tidak memenuhi apa yang aku inginkan. Maukah engkau menjaga keluargaku, biar aku pergi kesana meneliti kegiatannya?”

Unais menjawab, ”Boleh! Tetapi berhati-hatilah engkau menjaga diri terhadap tindakan penduduk Makkah.”

Abu Dzarr pun menyiapkan pembekalan untuk di bawanya. Keesokan harinya dia berangkat ke Makkah hendak menemui Nabi dan mencari berita tentang pribadi beliau .

Setibanya di Makkah, Abu Dzarr menyamar sebagai musafir untuk menghindari tindakan penduduk Makkah. Dia pernah mendengar berita tentang kemarahan kaum Quraisy karena tuhan mereka di sepelekan. Mereka menyiksa setiap orang yang mengatakan menjadi pengikut Nabi Muhammad. Karena itu, Abu Dzarr enggan bertanya-tanya kepada siapa pun juga tentang Nabi yang baru diutus itu. Sebab, dia tidak tahu apakah orang yang ditanya itu pembela Muhammad atau musuhnya.

Setelah malam hari, Abu Dzarr tidur di dekat Ka’bah. Kebetulan ‘Ali bin Abi Thalib melintas di dekatnya. ‘Ali dapat mengetahui bahwa Abu Dzarr adalah seorang asing. ‘Ali pun berkata, “Wahai orang asing, ikutlah bersamaku!”

Abu Dzarr pun pergi bersama ‘Ali dan bermalam di rumahnya. P0agi-pagi sekali Abu Dzarr kembali ke Ka’bah sambil membawa kantong perbekalannya tanpa banyak bertanya kepada ‘Ali mengenai urusan masing-masing. Hari kedua pun dilalui Abu Dzarr seperti hari pertama. Dia belum juga mengenal yang mana Nabi yang di carinya itu. Ketika tiba petang hari dan dia bersiap tidur di Ka’bah ‘Ali di dekatnya. ‘Ali bertanya,” Apakah engkau belum juga mengetahui tempatmu menginap?”

‘Ali pun kembali mengajak Abu Dzarr untuk bermalam di rumahnya. Di malam kedua itu mereka masih tetap diam, masing-masing tidak bertanya satu sama lain. Di malam ketiga, barukah ‘Ali berkata kepada tamunya,”Mudah-mudahan engkau tidak keberatan mengabarkan kepadaku maksud (tujuan) kedatanganmu ke Makkah.”

Maka Abu Dzarr menjawab,”jika engkau berjanji membantuku, akan aku jelaskan kepadamu tujuanku datang ke sini.” ‘Ali pun menyatakan kesediaanya dan berjanji akan membantunya.

Abu Dzarr berkata, “Aku datang kesini dari jauh, sengaja hendak bertemu dengan Nabi yang baru diutus dan ingin mendengar apa yang di katakannya.”

Wajah ‘Ali pun terpancar tanda kegembiraan. Ia berkata, Demi Allah! Memang sesungguhnya beliau adalah Rasulullah!” selanjutnya ‘Ali menceritakan kepada Abu Dzarr bukti-bukti kerasulan Muhammad dan dakwah yang di bawah oleh beliau.

Kata ‘Ali selanjutnya, “Besok pagi kita pergi dengan diam-diam. Jika aku melihat sesuatu yang membahayakanmu, aku akan berhenti ke tembok dan berpura-pura memperbaiki sandalku. Ikutilah aku hingga tiba di suatu tempat. Apabilah aku memasukinya, masuk jugalah engkau.”

Abu Dzarr tidak dapat memejamkan mata selama semalaman, karena sangat rindu hendak bertemu dengan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam dan mendengar apa yang diwahyukan kepadanya. Pagi harinya, ‘Ali pergi bersama tamunya ke kediaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang mulia. Abu Dzarr mengikuti ‘Ali dari belakang tanpa menoleh sedikitpun.

Setibanya di kediaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, Abu Dzarr pun mengucapkan salam, “Assalamu ‘alaikum, yaa Rasuulallah!”

Dan Rasulullah pun menjawab, “Wa’alaika salaamullahi wa rahmatuhu wa barakaatuh.”

Dalam sejahtera Islam tercatat bahwa Abu Dzarr adalah orang pertama kali mengucapkan salam kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan salam penghormatan secara Islam. Sesudah itu, salam tersebut tersebar luas dan merata di kalangan umat Islam.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun mengajak Abu Dzarr masuk Islam. Beliau juga membacakan ayat-ayat Al-Qur-an kepadanya. Dan Abu Dzarr mengucapkan kalimat syahadat di hadapan beliau. Dia masuk Islam sebelum agama yang baru dianutnya itu sampai ke negerinya. Dia orang keempat atau kelima yang masuk Islam.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun bertanya, “Sejak kapan engkau di sini? Abu Dzarr menjawab, “Sudah 30 hari.” “Siapa yang memberi makan kepadamu?” tanya beliau lagi. “Aku tidak makan dan minum kecuali air Zamzam,” jawabnya. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda,

إنّها مباركة, وإنّها طعام طُعْمٍ (وشفاء سُقْمٍ).

Artinya: “Sesungguhnya air Zamzam itu membawa berkah dan makanan bagi orang-orang yang lapar,(serta obat bagi penyakit).” (shahih, HR. Al-Hakim, dll)

FIQIH HADITS, Wasiat Pertama

Mencintai Orang-orang Miskin dan Dekat dengan Mereka

Wasiat yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tunjukan untuk Abu Dzarr ini pada hakikatnya adalah wasiat untuk ummat Islam secara umum. Dalam hadits ini Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada Abu Dzarr agar mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka. Kita sebagai ummat Islam hendaknya menyadari bahwa nasihat beliau ini tertuju juga kepada kita semua.

Orang-orang miskin yang di maksud adalah mereka yang hidupnya tidak berkecukupan, tidak punya kepandaian untuk mencukupi kebutuhannya, dan yang paling baik di antara mereka adalah orang yang tidak mau meminta-minta kepada manusia. Pengertian ini sesuai dengan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

ليس المسكين بهاذا الطّوَّاف الّذي يطوف على الناسِ, فترُدُّه اللّقمةُ واللُّقْمتانِ والتّمرةُ والتَّمرتان. قالوا: فما المسكين, يا رسول الله؟ قال: الّذي لا يجد غنىً يُغنيه ولا يُفطنُ له فَيُتصدَّق عليه , ولايسأل الناس شيئا.

Artinya: “Orang miskin (yang sebenarnya) itu bukanlah orang yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain agar diberikan sesuap dan dua suap makanan dan satu-dua butir kurma.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, (kalau begitu)siapa yang dimaksud orang miskin itu?” Beliau menjawab, “Dia adalah orang yang hidupnya tidak berkecukupan, dan dia tidak punya kepandaian untuk itu, lalu dia diberi sedekah (zakat), dan dia tidak mau minta-minta sesuatupun kepada orang lain.”

Hadits ini tidak menafikan bahwa ada orang fakir dan miskin yang berkeliling untuk minta-minta, sebab ada juga diantara mereka yang melakukannya. Wallaahu a’lam.

Selaku ummat Islam kita diperintahkan untuk dekat dengan orang-orang miskin dan dilarang menyombongkan diri terhadap mereka karena perbuatan sombong adalah haram. Allah Ta’ala berfirman:

وَلاَ تُصَعِّر خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِى الأَرْضِ مَرَحًَا إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

perbuatan sombong adalah haram dan orang-orang yang sombong di amcam oleh Allah Ta’alah dengan beberapa ancaman, di antaranya:

1. Dipalingkan dari petunjuk dan begitu sulit untuk mendapatkannya

Allah Ta’ala berfirman: “Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku), mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustrakan ayat-ayat kami dan mereka selalu lengah terhadapnya.” (QS. Al-a’raaf: 149)

2. Akan ditutup hatinya oleh Allah Ta’ala

Allah Ta’ala berfirman: “…Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.” (QS. Al-Mu’min: 35)

3. Tidak masuk Surga

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لايدخل الجنّة من كان في قلبه مثقال ذرّة من كِبر.

Artinya: “Tidak akan masuk Surga orang yang terdapat kesombongan di dalam hatinyawalaupun sekecil biji sawi.” (HR. Muslim)

4. Akan mendapatkan adzab

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman,

“Kemuliaan itu adalah pakaian-Ku dean kesombongan itu adalah selendang-Ku. Barangsiapa yang mengenakan sesuatu darinya, maka Aku akan menyiksanya.”

5. Akan mendapatkan kehinaan dan kerendahan

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Pada hari Kiamat orang-orang yang sombong akan dikumpulkan laksana semut-semut kecil dalam bentuk laki-laki. Kehinaan mengelilingi mereka dari setiap tempat, lalu mereka digiring menuju sebuah penjara di dalam Neraka Jahanam yang bernama Bulas, api yang sangat panas mengepung mereka, mereka diberi minum dari cairan (keringat, nanah)penghuni Neraka, yaitu Thinatul Khabal.”

Islam menganjurkan ummatnya berlaku tawadhu’ terhadap orang-orang miskin, duduk bersama mereka, serta bersabar bersama mereka.

Bersambung… Wallahu A’lam Bishowab…

Referensi:

Diringkas oleh: Siti Nur Halizah

Sumber ’’7 KUTIPAN WASIAT NABI KEPADA SAHABATNYA (Abu Dzar), penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Cetakan ke tujuh  Jumadil Akhir 1439 H / Maret 2018. Penerbit pustaka At-Taqwa.

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.