Sifat Orang Munafik Dalam Urusan Akidah

SIFAT ORANG MUNAFIK DALAM URUSAN AQIDAH

SIFAT ORANG MUNAFIK DALAM URUSAN AKIDAH

  1. Menentang Allah dan Rasul-Nya

     Di antara karakter kaum munafik yang paling menonjol adalah penentangan terhadap Allah.  Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّه مَنْ يُّحَادِدِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَه فَاَنَّ لَه نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدًا فِيْهَاۗ ذٰلِكَ الْخِزْيُ الْعَظِيْمُ

Artinya: “Tidaklah mereka (orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya barang siapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya neraka jahannamlah baginya, kekal mereka di dalamnya. Itu adalah kehinaan besar. (QS. At-taubah/9: 23)

Pangkal makna penentangan (muhaddah) adalah menyelisihi, memerangi, membangkang, memusuhi dan melawan. Dan semua makna ini terhimpun dalam diri orang munafik.

fenomena penentangan terhadap Allah yang paling signifikan, tampak pada berbagai hal berikut.

  • Keluar dari iman setelah memasukinya. Dosa ini lebih parah dari kekufuran yang asli. Manusia yang lurus bila telah merasakan manisnya iman, tak mungkin keluar darinya. Sedangkan munafik berbalik lagi ke dalam kekufuran. Mengenai hal ini Allah berfirman dalam rangkaian ayat 1-3 dari surat Al-munafiqun. Di antaranya Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ

Atinya: “Yang demikian itu (yaitu perbuatan buruk kaum munafik tersebut) adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka di kunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti. (QS. Al-munafiqun: 3)

  • Melakukan penipuan dengan menampakkan iman dan menyembunyikan kekufuran. Bagaimana mungkin manusia yang merupakan makhluk lemah mengira dirimya bisa menipu Allah penguasa langit dan bumi.
  • Tidak mengenal Allah sehingga berprasangka buruk terhadap-Nya, dengan menyakini bahwa Allah tidak menolong kaum mukminin. Ini seperti ucapan dalah seorang munafik kaum muslimin kala mereka hendak keluar menuju Tabuk, “Apakah kalian memyamgka bahwa memerangi orang-orang Romawi sama memerangi kaum lainnya? Demi Allah! sungguh, seakan-akan aku melihat kalian esok sedang digiring dalam keadaan terikat” Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Dan supaya dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. (QS. Al-fath/48: 6)
  • Mereka samgat meminta keridhaan sosok yang tidak berkuasa memberikan bahaya atau manfaat lalai dari keridhaan Allah subhanahuwata’ala.
  • Mereka menentang Rasulullah dengan mendustakan dan mengharapkan Beliau dan pengikutnya hancur. Syaikhul islam Ibnu taimiyyah berkata, “sifat nifak seringkali terjadi terkait dengan hak Rasul. Dan inilah yang sering disebut Allah dalam al-Qur’an mengenai kemunafikkan mereka selama kehidupan beliau.
  • Mereka memberikan wala’ kepada musuh Allah, kaum musyrikin dan ahlul kitab. allah berfirman :

فَتَرَى الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ يُّسَارِعُوْنَ فِيْهِمْ يَقُوْلُوْنَ نَخْشٰٓى اَنْ تُصِيْبَنَا دَاۤىِٕرَةٌ  ۗفَعَسَى اللّٰهُ اَنْ يَّأْتِيَ بِالْفَتْحِ اَوْ اَمْرٍ مِّنْ عِنْدِه فَيُصْبِحُوْا عَلٰى مَآ اَسَرُّوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ نٰدِمِيْنَۗ

Artinya: “Maka kamu akan melihat penyakit-penyakit uang ada di dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan nasrani), supaya berkata, “kami takut akan mendapar bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasulnya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (QS. Al-ma’idah/5: 52)

Mereka khawatir kalau umat islam kalah sehingga mereka memberi wala’ kepada unat islam.

  • Mereka menyelisihi syariat Allah dan membangkang perintah-Nya. Bila disuruhb berinfak di jalan Allah mereka enggan, bila di suruh jihad tidak mau berangkat. Mereka tidak mengerjakan sholat kecuali dalam kemalasan, dan berbagai bentuk penentangan lainnya.
  1. Riya’ dan mencari ridha manusia

Amalan kaum munafik hanyalah tumpukkan riya’ . Iman sama sekali tidak mengisi relung hati mereka. Mereka tidak takut akan kebesaran Allah. Penyakit hatilah yang memicu mereka menampakkan amalan baik di depan manusia, demi kepentingan dunia mereka.

Riya’ masuk dalam kategori nifak kecil, bila dasar amalannya untuk Allah ta’ala, namun dipertengahan amal, riya’ merasukinya. Namun bisa juga masuk dari kategori nifak besar, yaitu bila dasar amalannya memang bukan mencari wajah Allah. Jenis nifak ini hampir tidak terjadi kecuali pada kaum munafik yang merahasiakan kekufuran. Mungkin mereka menunaikan sebagian syariat islam, namun hakikatnya mereka mencemoohkannya.

Mereka menginfakkan harta atas dasar riya’ dan nifak, untuk mencapai ridha manusia, sehingga Allah tidak akan menerimanya. Selama Allah tidak ridha kepada kaum fasik, maka seorang mukmin juga tidak boleh ridha kepada orang yang tidak diridhai Allah subhanallah wata’ala. Namun bila mereka meninggalkan kefasikan, maka Allah ta’ala akan meridhai mereka, dan kaum mukmin pun akan ridha kepada mereka.

Dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa mencari ridha manusia dengan kemurkaan Allah ta’ala , Allah pun murka kepadanya, dan Allah membuat manusia marah kepadanya. (HR. At-tirmidzi dalam sunannya)

  1. Lupa kepada Allah subhanahuwata’ala

Asal kata makna nisyan (lupa) adalah meninggalkan, yaitu tidak mengingat apa yang diminta untuk diingat.

  1. syirik kepada Allah
  2. Meninggalkan perintah-Nya secara total.

Ini seperti unum dari bentuk di atas. Seperti dikatakan oleh al-fakhturrazzi ,“mereka meninggalkan perimtah-Nya hingga posisinya seperti halnya perkara yang dilupakan.

  1. Mereka lupa mengingat Allah.
  2. Mereka lupa akan kekuasaan Allah dan sunnah kauniyya, yaitu azab yang di timpakan kepada orang-orang batil dan munafik yang menentang Allah dan Rasul-Nya.

Ketika mereka lupa kepada Allah, Allahpun akan memberikan hukuman yang setimpal, yaitu Allah akan melupakan dan membiarkan mereka dalam adzab, dan kesesatan, karena hati mereka tidak pantas menggenggam hidayah-Nya. Orang yang lupa kepada Allah sejatinya berada di jahannam dunia sebelum ia dibenamkan dineraka akhirat.

  1. Tidak ridha dengan putusan Rasulullah

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّلْمِزُكَ فِى الصَّدَقٰتِۚ فَاِنْ اُعْطُوْا مِنْهَا رَضُوْا وَاِنْ لَّمْ يُعْطَوْا مِنْهَآ اِذَا هُمْ يَسْخَطُوْنَ

Artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat, jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak di beri sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah. (QS. At-taubah: 58)

Ini seperti yang dikatakan Dzul Khuwaishirah kepada Rasulullah saat beliau membagi harta ghanimah. “Berlaku adillah! Wahai Rasulullah!” Rasul menjawab, “celaka engkau! Lalu siapa yang berbuat adil bila aku tidak adil?!”

Kaum munafik tidak ridha dengan putusan Rasulullah. Mereka mengangbap pembagian harta tersebut atas dasar hawa nafsu. Sejatinya ini bentuk kerakusan terhadap dunia.

Keridhaan terhadap putusan Rasul adalah konsekuensi syahadar Muhammad Rasulullah, dan juga konsekuensi syahadat La ilaha ilallah. Seseirang tidak di katakan mengakui syahadat ini kecuali bila ia taat kepada keputusannya. Barang siapa dalam masalah uang diperselisihkan berhukum pada selai Rasul, maka sungguh ia telah berdusta.

  1. Mengejek Rasulullah shalallahualaihi wasallam dan kaum mukminin

Kaum mukminin, terutama Rasulullah telah merasakan berbagai bentuk cemoohan dari kaum munafik. Allah berfirman dalam artinya “Di antara mereka (orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan, “Nabi mempeecayai semua apa yang didengarnya.” Katakanlah, ” Ia mempercayai semua yang baik bagimu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang beriman di antara kamu.” Dan orang-orang menyakiti Rasulullah itu, bagi adzahb yang pedih. (QS. At-taubah/9: 61)

Ibnu hatim meriwayatkan dari as-suddi ia berkata bahwa sekelompok mumafik hendak mencerca Nabi shalallahualaihi wasallam. Sebagian dari mereka melarang hal tersebut dan berkata ,”kami takiut celaan itu sampai kepada Muhammad, ia pun akan membalas kalian.” Sebagian lagi berkata “Muhammad itu tidak lain adalah otang yang percaya semua yang ia dengar. Kita bersumpah kepadanya, iapun akan mempercayai kita”. Maka turunlah firman Allah di atas, Ini adalah bentuk kelancangan terhadap risalah dan pengembannya, yakni tuduhan beliau mempercayai semua ucaoab tanpa diperiksa dulu.

Adab luhur dari Nabi yang mendengar ucapan dengan penuh perhatian, dan memperlakukan manusia sesuai lahiriyyah yang selarang dengan prinsip syariat, mereka namakan dan gambarkan tidak sebagaimana semestinya.

Demikianlah kaum munafik di setiap zaman dan tempat. Mereka tidak canggung unruk mengejek apapun, walaupun juga dalam hal sakralkan hanyalah dunia yang mereka jalani.

Tabiat kaum munafik adalah mereka khawatir kalau kedok dan penyelewengan mereka tersingkap. Mereka tidak tahu, betatapapun mereka sembunyikan, namun itu akan terbaca dari mimik wajah keceplosan juga dari lidahnya.

Dan barang siapa yang mencemoohkan sesuatupun dari kitabullah atau sunnah Rasul-Nya yang shahih, atau mengejek dan mencelanya, maka ia telah kafir kepada Allah.

REFERENSI:

Darus sholihin.. Mengenal pintu surga. Penulis: ustadz Muhammad abduh tuasikal. Di ringkas kembali oleh Diana Rosella (pengajar ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits, OKU Timur)

Baca juga artikel:

Yang Wajib Dipakai Wanita

Jangan Lupakan Hal ini

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.