One Heart (Rumah Tangga Satu Hati Satu Langkah)

one heart rumah tangga satu hati satu langkah

One Heart (Rumah Tangga Satu Hati Satu Langkah) – Manusia yang bisa menggapai kebahagiaan adalah mereka yang mampu mengenali jati dirinya, menjaga lisannya, bersikap qana’ah dalam menerima karunia Allah تمان pola pikirnya bersih dari syubhat, tingkah lakunya terbebas dari belenggu syahwat, mata batinnya tidak silau dengan fatamorgana dunia, nafsunya tidak diperbudak oleh kepentingan sesaat dan jiwanya tidak dikuasai dendam dan amarah, Rasulullah bersabda :

إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا.

Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling bagus akhlaknya. (Shahih : Diriwayatkan oleh imam Bukhori dalam shahih nya, no. 3559; Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 5987,danimam at-tirmidzi dalam sunnahnya, no. 1975).

Mata air kebahagiaan hanya mengalir dari keimanan yang sempurna, kesungguhan menjalankan ketaatan, ketegasan meninggalkan larangan, cinta terhadap kebenaran dan benci kepada kebatilan, membasahi hati dan lisan dengan dzikir, menumbuhkan rasa cinta, harap dan takut disetiap saat dalam rangka mengejar surga dan ampunan-Nya Allah  تعال berfirman  :

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءٌ غَيْرَ مَجْذُورٍ

Artinya: “Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Hud: 108).

Usirlah rasa pesimis dari diri kalian, kemudian optimis lah dalam menjalani hidup, niscaya lentera rahmat, cakrawala hidup, dan limpahan barokah terbuka lebar di hadapan kalian. Dan orang yang jauh dari Allah berada dalam kegelisahan, kegundahan dan kesedihan. Sungguh indah ungkap an yang disampaikan oleh Imam Ibnu Taimiyah ketika beliau berkata, “Sesungguhnya ada surga dunia, siapa yang belum memasukinya, tidak akan masuk surga akhirat. Apa yang bisa diperbuat oleh musuh-musuhku jika tamanku dan kebunku ada di dalam dadaku, sungguh penjara tempat munajatku, terbunuhku mati syahid, diasingkanku sebagai bentuk tamasyaku.

Manhaj ibni Taimiyah fit dakwah, 2/39.

Jika kalian ingin mengusir rasa gelisah, maka kuasailah diri kalian, perbaikilah pola pikir, luruskan niat kalian, beramallah untuk kepentingan akhirat, dekatkanlah diri kalian kepada Allah, ingatlah Allah saat lapang niscaya Dia mengingat kalian saat sempit, mohonlah pertolongan dan bertakwalah kepada nya.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ القَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِي كُلِّ خَيْرٌ إِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ. وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرَ اللَّهُ. وَمَا شَاءَ فَعَلَ. فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.

Artinya: “Sesungguhnya seorang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang Mukmin yang lemah dan masing-masing di atas kebaikan. Berusahalah meraih suatu yang bermanfaat buat dirimu, mintalah bantuan kepada Allah dan jangan melemah. Dan bila kamu tertimpa suatu musibah, maka jangan berkata, “Andaikata aku berbuat ini, maka akan terjadi demikian.” Tetapi katakan, “Semuanya atas takdir Allah dan apa yang dikehendaki pasti terjadi.” Karena mengandaikan sesuatu membuka tipu daya syetan. (Shahih: diriwayatkan oleh imam Muslim dalam Shahihnya, no. 2664 dan imam Ibnu Majah dalam sunnahnya, no. 79).

Jangan anda panggul sendiri semua beban hidup di atas kepalamu, tempuhlah segala upaya secara maksimal lalu serahkan hasilnya kepada Nya, janganlah kesedihan esok hari yang belum terjadi menjadi beban pikiran anda, dan hadapilah semua masalah dengan penuh optimis. Apakah anda me ngira bahwa Allah menghinakan anda? Demi Allah, tidak mungkin. Karena Allah berfirman,

اللَّهُ لَطِيفُ بِعِبَادِهِ

Artinya: “Allah Maha lembut terhadap hamba-hambanya.”  (QS. Asy-Syura: 19).

Sesungguhnya Allah sangat menyayangi hamba-Nya yang bersabar dan bertakwa sebagaimana yang Dia tegaskan dalam Firman-Nya,

إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf: 90).

Allah tidak akan memberikan ketetapan untukmu kecuali kebaikan, meskipun nampak buruk secara dhahir dipandanganmu, kamu akan memahami hakikat Firman Allah :

وَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak me ngetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).

Jadi, jiwa seseorang merupakan titik awal sumber kebahagiaan. Jika seseorang bisa menguasai jiwanya, mengendalikan suasana batinnya dan mampu mengarahkannya untuk meniti jalan hidayah, niscaya dia mampu melahirkan maha karya dalam hidupnya, mampu menguasai dan menyikapi segala kondisi nya dan dia akan terbang di alam kebahagiaan dan sanggup menerjang setiap badai permasalahan yang menghadangnya, sehingga dia akn mendapatkan ketenangan batin yang slama ini dia cari insyaallah.

Realistis, Jangan Sok Idealis

Saudaraku, suatu yang bagus menjadi tidak bagus bila yang diinginkan lebih bagus. Adakah salah seorang di antara kalian pernah berbisik kepada dirinya sendiri, “Aku lebih bahagia saat aku masih membujang daripada keadaanku sekarang!”

Kebanyakan para suami maupun istri, ketika memulai kehidupan berumah tangga, mereka semua mengharapkan kehidupan yang ideal, romantis dan harmonis bak kisah roman picisan Romeo dan Juliet. Sang suami menginginkan istrinya selalu tampil cantik, ceria setiap saat, menyambutnya dengan hangat setiap kali suaminya datang, tampil dan bertingkah laku sesuai keinginannya, rumah tertata bersih dan rapi, makanan senantiasa tersaji di meja makan, anak-anak tenang, apabila sakit atau tertimpa musibah dia menginginkan istrinya seperti ibunya yang merawat dan melayaninya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Bukan suatu hal yang berlebihan memang bila dikatakan kebanyakan suami mengharapkan istri mereka bisa seperti ibunya dalam memberikan perhatian, pelayanan, dan bersabar atas segala perbuatan yang dia lakukan. Memang benar, di antara kriteria wanita shalihah adalah sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam,

أَفْضَلُهُ لِسَانٌ ذَاكِرٌ وَقَلْبٌ شَاكِرٌ وَزَوْجَةٌ صَالِحَةٌ تُعِينُ الْمُؤْمِنَ عَلَى إِيْمَانِه.

Artinya: “Harta yang paling baik adalah lisan yang selalu berzikir, hati yang selalu bersyukur, dan istri shalihah yang membantu seorang Mukmin atas keimanannya. (Shahih: Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya, no. 3094 dan Ibnu Majah dalam Sunannya, no. 1856 dan dishahihkan oleh Imam al-Albani).

Sementara seorang istri sebaik apapun tidak akan bisa tampil seperti ibu yang sayang kepada anaknya. Anda ingin tahu apa yang menjadi penyebabnya? Istri bukanlah seorang ibu, seorang ibu ketika memberikan curahan perhatian, dia berikan tanpa imbalan, murni karena dorongan fitrah kasih sayang sebagai seorang ibu. Adapun seorang istri, mereka menginginkan apa yang dinginkan oleh suaminya. Saat seorang istri memberikan perhatian kepada suaminya, pada hakikatnya dia mengungkapkan sebuah permintaan dari suami dan mengharapkan balasan sepadan darinya.

Wahai para suami yang menginginkan istrinya “seperti yang dia idamkan”, sadarilah bahwa anda tidak akan pernah mendapatkan istri seperti itu, karena istri anda pun menuntut hal yang sama seperti yang anda inginkan, dan anda pun tidak mampu mewujudkan impian istri anda. Oleh sebab itu hendaklah para suami bisa menerima istrinya apa adanya, seorang istri memiliki hak-hak yang harus dipenuhi sebagaimana kewajiban yang harus dia lakukan, istri memiliki kelebihan yang kalian kagumi dan memiliki kekurangan yang kalian benci. Sehingga sikap terbaik bagi semua pihak adalah memandang secara realistis, mengajukan tuntutan sederhana dan menimbang dengan bijak kekurangan dan kelebihan pasangannya sebagaimana anjuran Rasulullah ketika menasihati para suami melalui sabdanya,

لَا يَفْرِكُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةٌ إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا خُلُقًا أَخَرَ.

Artinya: “Janganlah seorang (suami) Mukmin membenci (istrinya) Mukminah, jika dia membenci salah satu perangai istrinya, pasti dia suka terhadap perangai yang lain. (Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, no. 8345; Imam Muslim dalam Shahilmya, no. 1469; Imam al-Baihaqi dalam Sunannya, 7/295 dan Imam Abu Ya’la dalam Musnadnya, no. 6387-6388).

Di lain pihak, para istri mengharapkan suaminya “seperti yang dia idamkan.” Suami Ideal yang memiliki sifat mulia sebagaimana sifat yang dimiliki bapaknya, dan bila mendapat kan kekurangan yang ada pada diri suaminya dia akan mengatakan bahwa dia telah salah memilih suami.

Wahai para suami dan begitu pula wahai para istri terimalah pasangan anda yang sekarang ada di hadapan anda, tunaikan hak dan kewajiban anda untuk mencari keridhaan Allah berfikirlah realistis jangan sok idealis, dan masing-masing saling memahami dan mencintai niscaya kebahagiaan akan kalian peroleh. Jadilah suami yang saleh niscaya akan mendapatkan istri shalihah yang merupakan harta paling berharga yang kalian miliki.

Harus Saling Pengertian

Pernikahan adalah sebuah ikatan yang sangat kuat dan merupakan bentuk kerja sama yang sangat unik, karena masing-masing harus bisa menerima dan memberi, menyayangi, mencintai dan menghargai, menopang dan melindungi, serta membela dan berkorban. Bila pernikahan hanya bertujuan untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya, sudah dipastikan bahwa dia tidak akan mendapatkannya, bahkan terkadang dia akan merasa jenuh dan resah menjalani kehidupan berumah tangga. Misalnya, seseorang yang menikah ingin keluar dari jeratan hutang, atau berharap hidup serba ada dari jerih payah istri, atau ingin menunjukkan kejantanan, karena mungkin ketika sebelum menikah, dia kurang percaya diri,sehingga dia menonjolkan gaya kepemimpinan otoriter kepada istrinya yang lemah dan patut dikasihani. Maka, tidak mengherankan jika dia menjadi suami mudah marah dan emosi ha nya karena masalah sepele, dia ingin memegang segala wewenang rumah tangga meskipun hanya dalam urusan sepele, sementara Rasulullah Shallallau Alaihi Wasallam  bersabda,

إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعِ لَنْ تَسْتَقِيمَ لَكَ عَلَى طَرِيقَةٍ فَإِنْ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَبِهَا عِوَجٌ وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طلاقها.

Artinya: “Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk yang tidak akan bisa lurus bersamamu di atas satu jalan, jika kamu menikmatinya, maka kamu menikmatinya dalam kondisi bengkok namun bila anda ingin meluruskannya, maka boleh jadi patah dan patahnya adalah thalak. (Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shalihnya, no. 3631)

Pernikahan adalah terhimpunnya dua pasang manusia laki-laki dan perempuan yang ada kecocokan, dan telah matang dalam berpikir, bukan pasangan cengeng yang bersifat kekanak-kanakan, pernikahan sebuah aktivitas untuk membina keluarga dan sebuah tanggung jawab yang tidak ringan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْأَمِيرُ رَاعٍ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya dan imam adalan pemimpin dan orang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan wanita adalah penanggung jawab atas rumah suami dan anaknya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, no. 5869; Imam Bukhari dalam Shahihnya, no. 844, 2232, 2368, 4801; Imam Muslim dalam Shahiknya, no. 1829; Imam Abu Dawud dalam Sunannya, no. 2928; Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya, no. 1705; Imam Baihaqi dalam Sunannya, 7/291; Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya, no. 4472 dan Imam Abu Ya’la dalam Musnadnya, no. 5805).

Betapa banyak pernikahan berakhir dengan kegagalan karena suami istri kurang dewasa dalam menghadapi problem rumah tangga, sang suami otoriter sementara sang istri bersifat kekanak-kanakan dan cenderung mengikuti hawa nafsu bahkan tidak jarang wanita mudah melupakan kebaikan-kebaikan suami ketika suami melakukan suatu kesalahan. Rasulullah telah memperingatkan para istri dalam sabdanya,

رَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ، قَالُوا: لِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ، قِيلَ: يَكْفُرْنَ بِاللَّهِ، قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَط .

Artnya: “Saya melihat Neraka yang tidak pernah aku lihat seperti hari ini, dan saya melihat penghuni terbanyak dari kalangan wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Karena pengingkaran mereka.” Beliau ditanya, “Apakah karena ingkar kepada Allah?” Beliau bersabda, “Mereka membangkang dan mengingkari kebaikan suami. Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang tahun, lalu ia melihat darimu sesuatu (yang tidak disukai), maka ia berkata, “Saya belum pernah melihat darimu kebaikan sama sekali. (Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, no. 1052 dan Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 907).

Sungguh merupakan nikmat Allah paling agung yang dikaruniakan kepada hamba-Nya pada saat hidayah telah me nyapa rumahnya. Sehingga rumah tangganya menjadi berkah, anak-anaknya terdidik di atas aqidah dan akhlak yang mulia, yang kelak meraih kemuliaan surga yang penuh dengan ke nikmatan biidzinillah. Semua pihak yang terlibat dalam mendayung perahu sampan rumah tangga yang mendambakan kebahagiaan harus membina diri di atas hidayah Islam. Karena dengan langkah itu, harapan untuk membentuk rumah tangga sakinah, mawaddah, wa rahmah tercapai, insya Allah. Bersambung…..

REFERENSI:

Diringkas oleh : Anggi Abu Rayyan pegawai Ponpes DQH

REFERENSI : ONE HEART RUMAH TANGGA SATU HATI SATU LANGKAH merajut ada meraih mimpi dalam bimbingan syari’ah karya ustadz : ZAINAL ABIDIN BIN SYAMSUDIN Pustaka imam bonjol

BACA JUGA :

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.