Nabi Sulaiman bin Dawud

NABI SULAIMAN BIN DAWUD

NABI SULAIMAN BIN DAWUD

Allah mewariskan kepada Nabi Sulaiman kerajaan ayah beliau, Nabi Dawud, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ وَقَالَ يَتَأَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضُل الْمُبِينُ

Artinya: “Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia berkata, “Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.” (QS an-Naml (27): 16]

Sulaiman mewarisi Dawud dalam ilmu dan kitab Zabur. Dan Allah memberikan kerajaan besar ke- padanya yang tidak diberikan kepada selain beliau  sebelum dan sesudahnya,  Allah memberikan seluruh kerajaan kepada Sulaiman dan menundukkan angin kepada beliau; angin berembus dengan perintah Sulaiman dengan mudah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكا لا ينبغى  لأ حد مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّاب فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ، رُخَاءٌ حَيْثُ أَصَاب .

Artinya: “Dia berkata, “Hai Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi.” Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin  yang berem bus dengan  baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya. (QS. Shad (38): 35-36)

Kendaraan Sulaiman adalah angin; di mana (dengan kendaraan tersebut) jarak perjalanan yang ditempuh kendaraan lain satu bulan, beliau hanya menempuhnya setengah hari. Sulaiman merajai ma nusia, jin, dan hewan; mereka melakukan amalan berat sesuai dengan kehendak Sulaiman.

Manusia, jin dan burung sebagai bala tentara Sulaiman diatur berkelompok dan tertata rapi, sangat menakjubkan. Allah mengajari Sulaiman bahasa burung dan semua hewan. Karenanya, beliau bisa berdialog dengan hud-hud serta beliau mendengar semut tatkala memanggil dengan seruannya:

حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَتَأَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لايَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْملن وجنوده وهولاَ يَشْعُرُن

Artinya: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS an-Naml (27): 18)

Semut tersebut mengingatkan dan memerintahkan dengan sesuatu yang dapat melindungi umatnya dari bahaya dan memberi udzur Sulaiman dan bala tentaranya. Karenanya, Sulaiman tertawa ketika mendengar pembicaraannya.

Di antara bagusnya siasat Sulaiman adalah beliau sendiri memeriksa tentaranya, padahal beliau telah menjadikan masing-masing pemimpin yang mengatur hingga tatkala memeriksa barisan dan pasukan burung -apakah tetap melazimi tempatnya atau tidak- maka beliau tidak menemukan burung hud-hud. Beliau menanyakan ke mana perginya hud-hud dan mengancamnya tatkala dia menyelisihi perintah, kecuali jika hud-hud mendatangkan alasan yang benar. Hal itu sebabnya ialah kerajaan Sulaiman dibangun di atas keadilan yang sempurna bukan di atas kezaliman; maka bagi yang memiliki udzur dimaklumi.

 KERAJAAN TANDINGAN

Kerajaan Sulaiman yang sangat kuat, luas, dan besar berada di Palestina. Ternyata ada kerajaan kafir tandingan, yaitu di Yaman, yang tidak diketahui oleh sang nabi dan raja agung, Sulaiman.

Burung Hud-hud memiliki berita yang sangat menakjubkan bahkan sangat dibutuhkan dan tidak diketahui oleh Sulaiman Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ، وَجِئْتُكَ مِن سَبَا بِنَبَإٍ يَقِينٍ إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشُ عَظِيمٌ وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَلَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لايَهْتَدُون

Artinya: “Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, “Saya telah mengetahui sesuatu yang Tuan belum mengetahuinya;  dan saya  bawa kepada Tuan dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya saya menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Saya mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah, dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.” (QS an-Naml (27): 22-24)

Dalam waktu singkat ini Hud-hud datang membawa berita besar kepada Sulaiman bahwa Hud-hud memahami kekuatan kerajaan Bilqis. Di samping itu, ia juga memahami agama dan ibadah mereka kepada selain Allah dan Hud-hud sangat mengingkari syirik yang mereka lakukan. Ini menunjukkan bahwa hewan mengetahui aqidah yang benar; mengetahui Rabbnya serta menyucikan-Nya dan mentauhidkan-Nya, mencintai kaum mukminin dan beragama kepada Allah dengannya, serta membenci dan memusuhi kaum kafir para pendusta.

Sulaiman mengutus Hud-hud membawa surat dakwah kepada Ratu Saba’. Tatkala Bilqis membacanya, dia mengagungkannya dan sangat gentar. Surat dari Sulaiman tersebut  ringkas tapi menghimpun segala tujuan. Maka Bilqis mengumpulkan para pemuka/pembesar kerajaannya untuk bermusyawarah. Bilqis berkata kepada para pembesar kerajaan, “Hai para pemuka, berikan pendapat kalian kepadaku. Aku tidak akan memutuskan perkara sebelum kalian bersaksi dan setuju.”

Dengan kesombongan mereka, para pemuka berkata, “Kita ini umat yang memiliki kekuatan hebat, maka terserah kepada Paduka.  Apa yang Paduka perintahkan, kami siap melaksanakan perintah,  apakah berperang atau berdamai. “Ratu yang bijak sana, cerdas,  teguh, dan berakal ini setelah mempe- lajari masalah. Dia enggan berperang dan memilih untuk berdamai dengan Sulaiman. Akan tetapi, dengan kewaspadaan dia berkata, “Aku akan mengirimkan kepadanya hadiah agar kita mengetahui, jika dia seperti para raja yang tidak menghendaki kecuali kemegahan dunia maka bisa jadi hadiah akan me- matahkan semangat dan kemarahannya dan mencegah timbulnya peperangan sehingga kita berdamai dengannya dari jarak jauh dan jika tidak menerima hadiah maka jelas bagi kita langkah yang akan kita ambil selanjutnya.” Tatkala hadiah tersebut sampai kepada Sulaiman, ternyata jawaban Sulaiman bagai- kan petir menyambar mereka:

فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَنَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا ءَاتَانِ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا اتَنكُم بَلْ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمْ نَفْرَحُونَ

Artinya: “Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata, “Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?  Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.” (QS an-Naml (27): 36)

Sulaiman menjelaskan kepada mereka bahwa beliau tidak menghendaki hadiah yang sangat hina bila dibandingkan dengan kerajaannya karena sesungguhnya tujuan beliau hanyalah menegakkan agama Allah dan agar manusia masuk ke dalam agamaNya. Lalu beliau cukup berpesan kepada para utusan tersebut tanpa mengirim surat.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَتَأْتِيَنَّهُم بِجُنُودٍ لا قَبْلَ لَهُم بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُم مِّنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَغِرُونَ

Artinya: “Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina-dina.” (QS an-Naml (27): 37)

Sulaiman mengetahui bahwa mereka akan datang kepadanya dalam keadaan Islam. Maka berkatalah Sulaiman kepada ahli majelis (teman-teman duduk) nya, “Siapakah di antara kalian yang mendatangkan arasy (singgasana) Bilqis sebelum mereka datang dalam keadaan muslim.” Jin Ifrit berkata, “Saya yang akan mendatangkannya sebelum Tuan berdiri dari tempat Tuan. Saya sangat kuat dan amanah.”

Ternyata di sana ada yang lebih cepat (daripada jin Ifrit), yaitu orang yang memiliki ilmu kitab; orang itu berkata, “Saya akan mendatangkannya kepada Tuan (dalam) sekejap mata.” Padahal, antara Syam/ Palestina dan Yaman jaraknya ribuan kilometer yang membutuhkan perjalanan empat bulan pulang pergi. Banyak ahli tafsir mengatakan bahwa orang ini adalah sangat shalih sehingga dengan do’anya yang sangat mustajab apabila berdo’a dengan nama Allah yang agung dikabulkan oleh Allah.

Allahu Akbar! Luar biasa kerajaan Sulaiman. Dalam sekejap mata, singgasana kerajaan Bilqis berada di hadapan Sulaiman. Karenanya, beliau memuji Allah. Beliau menyadari bahwa ia sebagai ujian. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا ءاتيك بِهِ ، قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ، قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي وَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ، وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ .

Artinya: “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab, “Saya akan membawa singgasana itu kepada Tuan sebelum mata Tuan berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Rabbku dia pumencoba aku, apakah aku bersyukur atau ingkar (akan nikmat-Nya) Barang siapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar maka sesungguhnya Rabbku Mahakaya lagi Mahamulia.” (QS. an-Naml (27): 40)

PARA SETAN MENYESATKAN

Tatkala setan-setan pada zaman Sulaiman tunduk dalam kekuasaannya, sedangkan mereka mengajari manusia ilmu sihir (kekafiran) maka Sulaiman menghukum dengan mengubur kitab-kitab sihir mereka. Tatkala Sulaiman wafat, para setan datang membisikkan kepada manusia bahwa kerajaan Sulaiman kuat besar karena beliau menggunakan ilmu sihir dan mereka mengeluarkan kitab sihir lalu menyebarkannya kepada  manusia dan dinisbahkan kepada Sulaiman bahwa dia penyihir. Akan tetapi, Allah menjelaskan kedustaan setan dan jauhnya Sulaiman dari sihir dalam Surat al-Baqarah (2):102.

Allah menguji Sulaiman karena suatu dosa yang dilakukan hingga beliau kembali kepada Allah dalam keadaan sempurna dan bertaubat kepada- Nya dan Allah memenuhi seluruh do’a dan permin- taannya.

ILMU SULAIMAN

Allah memuji Dawud dan Sulaiman dengan ilmu dan hukum. Dan Allah mengkhususkan Sulaiman dengan pemahaman yang lebih. Sebagai contoh, tatkala Sulaiman memutuskan perkara dua wanita yang bersengketa tentang bayi tanpa saksi dan bukti maka Dawud memutuskan bahwa anak milik wanita tua dengan alasan wanita muda ada harapan untuk mendapat anak yang lain, tetapi Sulaiman harus mengetahui siapa pemilik anak yang sebenarnya. Putusan lain (yang menunjukkan kelebihan Sulaiman dalam pemahaman): kambing memakan kebun orang lain maka putusan Dawud kambing diambil oleh pemilik kebun, adapun Sulaiman putusannya kambing diambil manfaatnya saja oleh pemilik kebun dan pemilik kambing memperbaiki kebun hingga baik lalu mengambil kembali kambingnya.

REFERENSI:

Sumber: Majalah Al-Furqon

Nama pengarang: Ustadz Abdurrahman al-Buthoni

Edisi 184 tahun ke-18

Ditulis ulang: Novtaliandri rahmadini

Pada tanggal 24 september 2024

Baca juga artikel:

Biografi Muhammad bin Idris Asy Syafii

Wasiat Salaf dalam Menjaga Lisan

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.