Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Menyambut Tahun Baru Islam

Oleh : Ust. Azhar Robani

Perputaran waktu terus bejalan seiring dengan pergantian siang dan malam. Dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, tanpa terasa kita sampai pada satu putaran bulan Muharom yang merupakan permulaan dari putaran bulan dalam kalender hijriyah. Banyak dari kaum muslimin yang menjadikan bulan Muharom ini sebagai momentum, sehingga memperingatinya merupakan suatu hal yang menjadi keharusan bahkan terkadang sampai keluar dari syari’at Islam. Padahal Rosululloh dan para sahabatnya serta ulama pendahulu umat ini tidak pernah melakukan hal tersebut.

Semestinya kita banyak bertafakur untuk bermuhasabah (berintrospeksi) atas bertambahnya umur yang merupakan perjalanan hidup kita menuju Alloh. Karena berjalannya waktu pada hakekatnya bukanlah perpanjangan umur tetapi justru pengurangan umur. Maka setiap waktu bertambah, berarti semakin berkurang umur kita. Sudah berapa tahunkah kita menjalani hidup dan masih berapa tahunkah umur yang tersisa untuk menyempurnakan hidup? Ketahuilah bahwa umur umat Nabi Muhammad adalah lebih pendek dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya. Rasululloh bersabda:

أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ

Umur umatku antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun. ( HR. Ibnu Majah dan Baihaqi. Syaikh Albani berkata: Hasan shohih )

Umur yang pendek ini dikurangi dengan umur yang telah dijalani itulah perkiraan umur kita. Masih banyak atau tinggal sedikitkah umur kita? Sudah banyakkah bekal akhirat yang kita bawa atau justru tumpukan-tumpukan dosa yang dikumpulkan?

  • Muhasabah

            Dengan berakhirnya bulan Dzul Hijah dan datangnya bulan Muharom, berarti kita berpisah dengan tahun yang telah lalu dan menyambut tahun yang akan datang. Tahun lalu menjadi saksi bagi amal perbuatan kita dan tahun baru merupakan lembaran putih yang masih kosong. Apakah yang sudah kita titipkan pada tahun kemaren? Dan dengan apa kita akan menyambut tahun baru ini?

Marilah kita bermuhasabah dan melihat urusan masing-masing. Apabila kita telah meninggalkan suatu kewajiban, maka bersegeralah bertaubat dan bersegeralah memperbaiki apa yang telah ditinggalkan. Apabila kita telah mendzolimi diri kita dengan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan hal-hal yang haram, hendaklah bergegas meninggalkannya sebelum datang kematian. Dan apabila kita termasuk orang yang diberi keistiqomahan oleh Alloh, maka hendaklah bersyukur dan memohon kepada Alloh agar tetap istiqomah sampai akhir hayat.

Rosululloh bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Orang yang berakal adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan untuk mendapatkan ampunan Alloh (HR. Tirmidzi dan dia mengatakan: Hadits hasan)

Dan Umar bin Khotob berkata:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا

Bermuhasabalah terhadap diri kalian sebelum kalian dihisab dan bersiap-siaplah untuk menghadapi hari pertanggungjawaban yang besar. Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan ringan bagi orang yang bermuhasabah terhadap dirinya pada waktu di dunia (Sunan Tirmidzi: 4/638)

Muhasabah ini janganlah dilakukan hanya pada awal tahun baru saja. Tetapi hendaknya dilakukan setiap waktu. Barangsiapa selalu melakukan muhasabah, maka ia akan menjadi baik keadaan dan amal perbuatannya. Sebaliknya, barangsiapa yang lalai, maka akan menjadi buruk keadaan dan amal perbuatannya.

Sangat disayangkan banyak di antara kita yang apabila datang tahun baru, berjanji kepada dirinya akan bersungguh-sungguh untuk memperbaiki keadaan dirinya tetapi ketika waktu berjalan sehari demi sehari lalu sebulan demi sebulan sehingga berakhir pada penghujung tahun ternyata tidak ada perubahan apapun. Kebaikannya tidak bertambah dan tidak bertaubat dari keburukan. Ini adalah pertanda kerugian.

  • Pelajaran dari perputaran zaman

Kalau tidak ingin merugi untuk selamanya, kita harus pandai-pandai mengambil pelajaran dari perputaran zaman. Tadabburilah firman-firman Alloh:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآياتٍ لأولِي الأَلْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.(QS. Ali Imran:190)

إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ والأرض لآياتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ

Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Yunus:6)

يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لأولِي الأبْصَارِ

Allah mempergantikan malam dan siang.Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.(QS. An-Nur:44)

Di dalam ayat-ayat ini, Alloh mengabarkan adanya bukti-bukti di alam yang menunjukkan kesempurnaan ilmu, kekuasaan, hikmah dan rahmat-Nya. Di antaranya, pergantian malam dan siang, yaitu dengan silih bergantinya siang dan malam, berganti-gantinya panjang dan pendek keduanya serta bergilirnya panas, dingin dan sedang. Juga apa yang terdapat di dalamnya berupa kemaslahatan-kemaslahatan yang besar untuk semua yang ada di muka bumi. Semuanya adalah nikmat dan rahmat Alloh kepada makhluknya, yang hanya diketahui oleh orang-orang yang memiliki akal yang sehat dan pikiran yang cemerlang. Yaitu orang-orang mengetahui hikmah Alloh pada pepnciptaan malam, siang, matahari dan bulan, serta mengetahui apa yang terdapat pada perputaran malam, siang, bulan dan tahun.

Alloh menjadikan siang dan malam tempat amal perbuatan dan tahapan ajal. Apabila berakhir waktu siang, maka muncul waktu malam dan apabila berakhir waktu malam, maka muncul waktu siang. Hal itu dijadikan untuk membangkitkan kemauan orang-orang yang beramal kebaikan dan memberi semangat orang-orang yang ingin menjalankan ketaatan. Barangsiapa yang amalanya terlewatkan di malam hari, maka ia bisa menggantikannya di siang harinya; dan barangsiapa yang amalannya terlewatkan di siang hari maka ia bisa menggantikannya di malam harinya. Alloh berfirman:

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوراً

Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (QS. Al-Furqon:62)

Maka sudah sepantasnya kita mengambil pelajaran dari perputaran malam dan siang. Karena malam dan siang mengusangkan setiap sesuatu yang baru, mendekatkan setiap sesuatu yang jauh, memendekan umur, menuakan anak kecil dan merentakan orang yang lanjut usia. Dan setiap ada hari yang berlalu, maka berarti kita semakin jauh dari dunia dan semakin dekat dengan akhirat.

Ketahuilah bahwa orang yang bahagia adalah orang yang melakukan muhasabah terhadap dirinya dan memikirkan keadaan akhir dari umurnya. Lalu dia menggunakan waktu hidupnya untuk sesuatu yang bermanfaat bagi agama dan dunianya. Dan barang siapa yang lalai terhadap dirinya, maka akan berlalulah waktunya dan banyak kebaikan yang terlewatkannya. Hingga akhirnya, ia merasakan penyesalan yang panjang dan kesedihan yang mendalam.

Maka berbahagialah orang yang mengisi waktunya sesuatu yang bisa mendekatkan dirinya kepada Alloh. Berbahagialah orang yang menyibukkan dirinya dengan ketaatan dan menghindari kemaksiatan. Berbahagialah orang yang bisa mengambil pelajaran dari perubahan berbagai masalah dan keadaan. Dan berbahagialah orang yang meyakini adanya hikmah-hikmah yang agung dengan melihat perubahan berbagai hal dan kondisi. Alloh berfirman:

Allah mempergantikan malam dan siang.Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.(QS. An-Nur:44)

Ya Alloh, jadikanlah sebaik-baik amal kami pada pungkasannya, sebaik-baik umur kami masa akhirnya dan sebaik-baik hari kami hari perjumpaan dengan-Mu. Ya Alloh, muliakanlah kaum muslimin dengan ketaatan kepada-Mu dan janganlah hinakan mereka dengan kemaksiatan kepada-Mu. Jadikanlah tahun ini dan tahun sesudahnya tahun keamannan, kemuliaan dan pertolongan kepada Islam dan kaum muslimin. Curahkanlah kepada kami nikmat-nikmat-Mu, berikanah rizki syukur atas nikmat-nikmat tersebut kepada-Mu. Amin.

Sumber:

  • Tuhfatul Ahwadzi, al-Mubarokfuri
  • Adh-Dhiyaul Lami’ minal Khuthobil Jawami’, Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin
  • Risalah fi Ahaditsi Syahrillahil Muharrom, Syaikh Abdulloh bin Sholih al Fauzan
  • Keagungan Bulan Muharram, Tim Redaksi As-Sunnah
  • Khutbah Jum’at Pilihan Setahun, Darul Haq Jakarta


Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 05 Tahun 02

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.