Konsep Hidup Sukses Dunia Akhirat

konsep hidup sukses dunia akhirat

Konsep Hidup Sukses Dunia Akhirat – Beragam tipe manusia, berbagai kesibukan mereka dalam mengarungi kehidupan ini, bermacam-macam obsesi dan cita-cita yang mereka impikan. Ada yang menggantungkan obsesinya pada jabatan dan kedudukan, sehingga rela mengorbankan segalanya, harta dan semua yang dimilikinya untuk mengejar jabatan dan kedudukan yang dia impikan. Beda lagi dengan sebagian lainnya, mereka tidak peduli dengan jabatan, bagi mereka yang harus dicari adalah harta kekayaan yang melimpah. Ada lagi yang menjadikan puncak hidupnya dalam makanan dan kesenangan hidup. Dia rela mengorbankan hartanya hanya untuk itu. Bahkan, kami pernah mendengar satu kisah ajaib. Ada seseorang yang tinggal di Jakarta, lalu dia berangkat ke Surabaya dengan mengorbankan waktu, tenaga dan biaya. Ajaibnya, itu dia lakukan hanya untuk bisa makan di rumah makan tertentu yang bagi dia sangat enak. Tidak ada tujuan lain kecuali itu, lalu dia kembali ke Jakarta!

Semua ragam hidup dan kehidupan manusia itu, apa yang sebenarnya mereka cari? Kalau kita jeli memandang, mereka hanya mencari satu yang sama, yaitu kesuksesan dalam hidup yang dia anggap bisa mengantarkannya pada kebahagiaan. Tapi, apakah kesuksesan hidup sejati bisa diraih hanya dengan itu semua? Yang pasti, belum tentu.

Orang yang mencarinya lewat harta melimpah. Karenanya, dia berupaya mencari sumber-sumbernya dengan berpeluh. Setelah dia peroleh harta tersebut, terkadang masih sering hatinya gundah dan gelisah. Ada saja yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang muncul dari anak-anak, kadang-kadang dari istrinya, tidak jarang juga datang dari usaha itu sendiri.

Sedangkan yang mencarinya lewat jabatan, Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertakhta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya. Pergi dijemput pulang diantar, ketika dia berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Tetapi setelah diselidiki hingga menembus dinding istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh. Berarti, kebahagiaan dan kesuksesan sejati itu perlu konsep lain dalam menggapainya.

Di sisi lain, sebagai seorang muslim kita semua menyadari, bahwa hidup kita sekarang ini di alam dunia, sebagaimana dia bukan yang pertama, dia juga bukan yang terakhir. Karena siapa pun, selain Nabi Adam dan Hawa pasti akan mengalami empat fase kehidupan, Pertama, saat masih berada di alam rahim, dan alam itu telah berlalu. Kedua, saat kita di alam dunia ini, inilah alam yang sekarang ini kita jalani. Ketiga, alam barzakh, alam transisi antara dunia dengan alam hakiki. Alam penantian sebelum nantinya menuju alam akhirat. Keempat, alam akhirat, yang merupakan inti kehidupan seorang hamba. (QS ar-Rum: 64).

Maka sebagai seorang mukmin, saat mengonsep kesuksesan hidup, dia harus melihat dari dua sisi ini, kebahagiaan saat kita masih berada di alam dunia, juga kebahagiaan saat kita menuju alam akhirat nanti Sungguh, sangat salah kalau ada yang memandang kesuksesan itu hanya dari kaca mata dunia saja, padahal bagaimana mungkin bisa itu terjadi? Bukankah paling lama dia hidup hanya sekitar 70-90 tahun? Bahkan rata-rata umur umat Nabi Muhammad hanya berkisar 60-70 tahun Padahal alam akhirat kekal lagi abadi Bandingan hari dunia dengan akhirat adalah satu berbanding seribu (QS. al Hajj 47)

Bahkan dari sini, seharusnya mencari kesuksesan akhirat lebih dikedepankan daripada kesuksesan dunia. Tapi karena kita sekarang kita hidup di dunia, maka tidak mungkin kita akan meninggalkan dunia. Allah sendiri berfirman:

وَابْتَغِ فِيمَا اتَنكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةُ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi”. (QS. al-Qashash: 77)

Dan mengonsep kesuksesan dari kaca mata dunia, terlebih akhirat, inilah yang membedakan antara mukmin dengan orang kafir yang hanya mengetahui konsep kesuksesan dunia saja

Konsep kesuksesan alam dunia

Allah Maha adil, Dia tidak menjadikan tolok ukur kesuksesan alam dunia ini dari satu kaca mata Kesuksesan alam dunia, tidak murni dipandang dari kekayaan juga bukan dari jabatan semata Betapa banyak orang yang sengsara saat dia bergelimang harta, bahkan ada yang bunuh diri saat berada dalam puncak karir yang diimpikannya Bagaikan seekor tikus yang mati di lumbung padi Dan betapa banyak kita melihat rona kesuksesan dan kebahagiaan memancar dari wajah yang secara keduniaan biasa-biasa saja.

Maka konsep kesuksesan di alam dunia ini sebenarnya sangat sederhana. Kalau boleh diringkas, adalah.

Pertama, bersyukur dan qana’ah dengan pemberian Allah. Syukur dan qana’ah adalah modal hidup yang paling agung. Dengan nya seseorang akan sukses dalam menjalani kehidupan. Karena manusia adalah makhluk yang lemah, apa pun cita-cita dan harapannya pasti berada di bawah kekuasaan Allah. Di bawah bayangan takdir Allah. Saat Allah memberikan kepada kita limpahan rezeki-Nya, berapa pun dan bagaimanapun, maka syukurilah dan terimalah dengan lapang dada. Dengan demikian hidup kita akan tenteram dan bahagia, karena merasa telah berkecukupan dengan apa yang kita miliki. Karenanya, syukur ini yang menakjubkan dalam kehidupan seorang mukmin. Rasulullah bersabda, “Alangkah mengherankannya seorang mukmin, semua urusannya baik. Jika dia mendapatkan kebaikan maka dia bersyukur dan jika mendapatkan musibah dia bersabar, dan itu hanya terjadi pada seorang mukmin.” (HR. Muslim) Juga, dengan merasa cukup terhadap rezeki yang Allah berikan niscaya dia akan merasa kaya. Karenanya Rasulullah bersabda kepada Abu Hurairah “Dan ridhalah dengan yang Allah berikan kepadamu, niscaya engkau menjadi orang yang paling kaya” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi, ash Shahihah: 930)

Kedua, dalam urusan dunia pandanglah kepada yang lebih rendah. Sunnatullah dalam hidup menjadikan manusia bertingkat tingkat dalam berbagai masalah Dalam masalah kekayaan, jabatan, kepandaian, status sosial dan lainnya Karena dengan itulah kehidupan bisa berjalan, untuk saling membutuhkan antara satu dan lainnya Bayangkan, kalau manusia itu satu derajat, alangkah susahnya hidup Maka jika kita ingin merasa sukses dan bahagia dalam urusan dunia, lihatlah kepada yang lebih rendah dari kita Rasulullah sendiri pernah mengi- syaratkan. Lihatlah kepada yang lebih rendah dari kalian dan janganlah melihat kepada yang lebih tinggi, karena itu lebih bisa menjadikan kalian tidak meremehkan nikmat Allah pada kalian (HR Muslim).

Benarlah Rasulullah, dengan cara itulah kita tidak akan meremeh kan nikmat Allah kepada kita. Karena bila cara pandang kita berbalik, dengan senantiasa memandang ke atas, yang ada hanyalah kegundahan hati, untuk mengejar dan mengejar, padahal jatah dunia seseorang sudah Allah tetapkan.

Ketiga, jadikan obsesi puncak hidup adalah kesuksesan alam abadi. Jadikan puncak obsesi seorang muslim dalam hidup ini untuk menggapai kehidupan sukses di akhirat nanti Karena kehidupan dunia ini sama sekali tidak ada nilainya bila dibandingkan dengan alam akhirat. Bagaimana bisa dibandingkan, padahal kenikmatan terendah di surga adalah sebagaimana yang Rasulullah ceritakan dalam hadits ini, “Aku benar-benar mengetahui seorang penduduk neraka yang paling akhir keluar darinya dan seorang penduduk surga yang paling akhir masuk ke dalam surga Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan keadaan merangkak, lalu Allah berkata kepadanya. ‘Pergilah, masuklah ke dalam surga! Nabi bersabda,

“Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, ‘Wa hai Rabbku, aku mendapati surga telah penuh Allah berkata kepadanya, Pergilah, masuklah ke dalam surga Nabi bersabda. “Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh Maka dia kembali lalu berkata, ‘Wahai Rabbku, aku mendapati surga telah penuh Allah berkata lagi kepadanya, Pergilah, masuklah ke dalam surga! Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia” Nabi melanjutkan, “Laki-laki itu berkata. Apakah Engkau memperolok-olokku (atau Engkau menertawakan aku), padahal Engkau adalah Raja? Abdullah bin Mas’ud (rawı hadits) berkata, “Aku melihat Rasulullah tertawa sampai nampak gigi gerahamnya. Dan dikatakan, bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah derajatnya” (HR. Muslim 308/186).

Sedangkan jika gagal di akhirat, maka adzab neraka yang paling rendah adalah sebagaimana yang Rasu- lullah sabdakan. Sesungguhnya penduduk neraka yang paling ringan siksaannya adalah orang yang memiliki dua terompah dari neraka. Dua terompah ini dipanaskan, begitu dimasuk kan kedua kakinya, maka akan mendidih otak kepalanya seakan-akan dibuat mendidihnya mirjan. Dia menyangka bahwa tidak ada lagi orang yang lebih berat siksaannya daripada dirinya, padahal inilah siksaan yang paling ringan (HR al-Bukhari, Muslim).

Konsep kesuksesan alam akhirat

Sukses yang sebenarnya adalah saat orang masuk ke dalam surga dan jauh dari api neraka. (QS. Ali Imran 185) Berbagai kenikmatan telah Allah persiapkan di sana. Dalam hadis qudsi. Allah juga berfirman:

أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنَ رَأَتْ ، وَلَا أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةٍ أَعْيُنٍ

Artinya: “Aku telah persiapkan untuk para hamba-Ku yang shalih kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik di hati manusia.” Kemudian Rasulullah berkata, “Kalau mau, silakan kalian baca firman Allah, Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka (QS. as-Sajdah 17)” (HR. al-Bukhari: 3244)

Sungguh sangat fatal bila seorang mukmin tidak menjadikan puncak harapan kesuksesan hidupnya demi meraih surga, dan masih berkutat dengan ke suksesan dunia belaka. Renungkanlah hadits berikut ini yang menggambarkan bandingan nikmat dunia dengan akhirat Rasulullah bersabda, “Saat penciptaan langit dan bumi, Allah ciptakan seratus rahmat, setiap rahmat itu memenuhi antara langit dan bumi Allah menjadikan satu di antaranya di bumi, dengannya ibu mengasihi anaknya, juga binatang buas dan burung-burung Dan Allah menunda yang sembilan puluh sembilan, dan nantinya akan disempurnakan pada hari kiamat.” [Dalam sebagian riwayat lainnya, “Allah akan menyempurnakan yang sembilan puluh sembilan untuk para wali-Nya pada hari kiamat”] (HR. Ahmad, ash-Shahihah: 1634)

Lalu bagaimana kita bisa meraih kesuksesan akhirat kelak? Tentu jawabannya adalah menjadi hamba yang taat dan tidak maksiat. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْتِي قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبِي

Artinya: “Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa gerangan yang enggan?” Beliau menjawab, “Barangsiapa yang menaatiku maka dia pasti masuk surga, sedangkan barangsiapa yang mendurhakaiku maka sungguh dia telah enggan (masuk surga).” (HR. al-Bukhari).

Dan untuk menggapai asa tertinggi itu, cukup dengan konsep yang lebih sederhana; ilmu dan amal.

Pertama, ilmuilah mana yang merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya untuk dikerjakan, mana yang merupakan larangan untuk ditinggalkan. Karena terkadang banyak orang yang saat meninggalkan kewajiban bukan karena ingin maksiat, namun dia tidak mengetahui kalau itu sebuah kewajiban. Juga betapa banyak orang yang saat menerjang larangan dia tidak mengetahui bahwa itu larangan. Benarlah ucapan Imam al-Bukhari, “Ilmu sebelum berucap dan berbuat.”

Kedua, amal. Setelah mengetahui perintah dan larangan maka berusahalah untuk menaatinya. Mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan. Dan ini berlaku dalam seluruh sisi kehidupan, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, hukum, akhlak, dan lainnya. Ini semua adalah konsekuensi peribadatan kita yang mutlak kepada Allah 4. Firman Allah 56:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

Artinya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi wanita yang mukminah, apa- bila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang men- durhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah tersesat secara nyata”. (QS. al-Ahzab: 36)

Juga firman-Nya:

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَبِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّنَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَبِكَ رَفِيقًا

Artinya: “Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, Shiddiqin, orang-orang yang syahid dan orang- orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik- baiknya”. (QS, an-Nisa’: 69)

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang bisa meraih kesuksesan sejati, sukses dunia dan akhirat. Amin.

REFERENSI:

Judul: Konsep Hidup Sukses Dunia Akhirat

Sumber: Majalah al-Mawaddah

Pengarang: ustadz Ahmad Sabiq bin Lathif, Lc.

Tanggal: Rabiul Akhir 1437 H

Nama peringkas: Sumira (pengabdian alumni ponpes Darul-Qur’an wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA :

Be the first to comment

Ajukan Pertanyaan atau Komentar

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.