Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

KIAT-KIAT ISLAM MENGATASI KEMISKINAN

KIAT-KIAT ISLAM MENGATASI KEMISKINAN

 

 

Islam berusaha mengatasi kemiskinan dan berusaha keras untuk mencari jalan keluarnya serta mengawasi kemungkinan dampak yang timbul karenanya, guna menyelamatkan ‘aqidah, akhlak , dan amal perbuatan, memelihara kehidupan rumah tangga, dan melindungi kestabilan dan ketentraman masyarakat, di samping untuk mewujudkan jiwa persaudaraan antara sesama kaum muslimin.

 

Karena itu, Islam menganjurkan agar setiap invidu mencapai taraf hidup yang layak di dalam masyarakat.

 

Secara umum, setiap individu wajib mempersiapkan dirinya untuk hidup wajar, sesuai dengan keadaannya. Dengan hidup tenteram, ia pun dapat melaksanakan perintah-perintah Allah Ta’ala, sanggup menghadapi tantangan hidup, mampu melindungi dirinya dari bahaya kefakiran yang sangat, kekufuran, kesyirikan, kristenisasi, dan lainnya.

 

Tidak bisa dibenarkan menurut pandangan Islam, seseorang yang hidup di tengah masyarakat Islam, menderita lapar, telanjang, pakaian compang-camping, meminta-minta sepanjang hidupnya, menggelandang, dan membujang selama-lamanya . . .! Apakah tega seorang Muslim melihat saudaranya telanjang, tidak mempunyai pakaian?! Apakah tidak tersentuh hati orang yang beriman melihat saudaranya sesama Muslim yang kelaparan . . .?!

 

Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah, orang kaya, dan sesama Muslim untuk mencapai taraf hidup layak dan menolong sesama kaum Muslimin lainnya?? Dan bagaimana jalan-jalan yang disumbangkan Islam untuk menuju taraf hidup yang mulia itu?

 

Jawabannya: Dalam mengantarkan dan memberikan jaminan terhadap umat Islam untuk menuju taraf hidup yang layak itu, Islam menjelaskan berbagai cara dan jalan sebagai berikut:

 

KIAT PERTAMA:

  • Bekerja dan Berusaha

 

Setiap orang yang hidup dalam masyarakat Islam diwajibkan bekerja atau mencari nafkah dan diperintahkan keluar rumah untuk mencari nafkah, dan diperintahkan juga untuk berkelana di muka bumi ini serta diperintahkan makan dari rezeki Allah. Allah Ta’ala berfirman,

هو الذى جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا فى مناكبهم و كلوا من رزقه, و إليه النشور

 

“Dia-lah yang menjadikan bumi untuk kamu mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.”

 

Bekerja mencari nafkah merupakan kewajiban utama untuk mengatasi kemiskinan, modal pokok dalam mencapai kelayakan hidup, dan faktor dominan dalam menciptakan kemakmuran dunia. Dalam tugas ini, Allah Ta’ala telah memilih manusia untuk mengelola bumi, sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah Ta’ala,

 

 و إذ قال ربك للملئكة إنى جاعل فى الأرض خليفة, قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها و يسفك الدمآء و نحن نسبح بحمدك و نقدسك لك, قال إنى أعلم ما لا تعلمون

 

“Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi’. Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)

 

Allah Ta’ala berfirman tentang perkataan Nabi Shalih عليه السلام  kepada kaumnya,

 يقوم اعبدوا الله ما لكم من إله غيره, هو أنشأكم من الأرض واستعمركم فيها

 

“Wahai kaumku! Beribadahlah kepada Allah, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya.” (QS. Huud: 61)

 

  1. Islam telah membuka berbagai lapangan kerja bagi kaum Muslimin

 

Islam telah membuka berbagai lapangan kerja bagi kaum Muslimin agar mereka dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya, kemampuannya, pengalamannya, dan kesenangannya.

 

Manusia tidak dipaksakan memilih pekerjaan tertentu, kecuali apabila ternyata pekerjaan itu akan mendatangkan kemashlahatan umum. Sebaliknya, sekalipun Islam memberi kebebasan memilih lapangan kerja, akan tetapi bila ternyata akan membawa bahaya, baik terhadap individu maupun umum, moral maupun material, maka lapangan kerja yang semacam ini diharamkan oleh Islam. Seperti jual beli patung, khamr (minuman keras), narkoba, rokok, alat musik, mu’amalah riba, usaha perdukunan, sihir, perzinaan, mengelola tempat wanita tuna susila, dn lainnya.

 

Rasulullah صلى الله عليه و سلم  bersabda,

كل جسد نبت من سحت فالنار أولى به

“Setiap badan yang dagingnya tumbuh dari yang haram, maka Neraka lebih layak bagi dirinya.”

 

  1. Giat dan Bersungguh-Sungguh dalam Bekerja dan Berusaha

 

Giat bekerja akan dapat menutupi keperluan-keperluan hidup yang pokok, juga dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari bagi diri dan keluarganya.

 

Di dalam syari’at Islam, seorang buruh tidak boleh dihalang-halangi untuk menerima upah kerja dari hasil jerih payahnya. Bahkan ia harus menerima upah sebelum keringatnya kering. Sebagaimana Rasulullah صلى الله عليه و سلم  bersabda,

أعطوا الأجير أجره قبل أن يجف عرقه

“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya mengering”.

 

Ia harus menerima upah sesuai dengan jerih payahnya, disamping harus diperhatikan kebutuhan sehari-hari secara wajar, tidak boleh dikurangi dan dirugikan. Karena apabila ia menerima upah yang kurang dari haknya, berarti ia telah dizhalimi. Padahal kedzhaliman itu termasuk perbuatan yang sangat terlarang dalam Islam.

 

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda bahwa Allah Ta’ala berfirman,

يا عبادي ! إني حرمت الظلم على نفسي, و جعلته بينكم محرما, فلا تظالموا . . .

“Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi…’

 

Ia tidak boleh dihalangi-halangi untuk memiliki sesuatu yang telah dibeli dengan uangnya sendiri, baik barang yang nonproduktif maupun barang yang produktif, yang diharapkan dapat menambah penghasilan guna meningkatkan dirinya pada tarif hidup yang layak, atau persediaan di hari tua.

 

Di samping itu Islam juga memberikan motivasi dan pemikiran-pemikiran praktis untuk mendorong gairah kerja dan berusaha, serta menggugah kesadaran berjalan di atas permukaan bumi ini.

 

Ada sekelompok orang, mereka enggan dan malas bekerja dengan dalih akan bertawakkal kepada Allah, sambil menunggu datangnya rezeki dari langit. Orang-orang yang berpendirian seperti ini tidak dibenarkan oleh Islam. Bertawakkal kepada Allah itu bukan berarti diam, tidak bekerja, dan tidak usaha. Tawakkal adalah berusaha, ber-ikthtiar sambil berdo’a dan menggantungkan harapan hanya kepada Allah Ta’ala saja. Sebagai muslim, hendaklah kita berpedoman dengan apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم di mana suatu ketika ada seseorang yang bertanya, ‘Apakah dia mengikat untanya terlebih dahulu baru bertawakkal kepada Allah, ataukah dia membiarkan untanya terlepas, tanpa diikat, dengan dalih bertawakkal kepada Allah. Lalu Nabi صلى الله عليه و سلم menegur orang itu,

إعقلها و توكل

“Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakkal.”

 

Tawakkal yaitu dengan keluar rumah berusaha mencari rezeki.

 

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda,

لو أنكم تتوكلون على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير, تغدو خماصا و وتروح بطانا.

 

“Seandainya kalian bertawkkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, sungguh kalian akan diberikan rezeki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Pagi hari burung itu keluar dalam keadaan kosong perutnya, lalu pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.

 

Demikian pula keadaannya para Sahabat Nabi صلى الله عليه و سلم , mereka hidup dengan berdagang, baik di laut maupun di darat. Mereka bekerja sesuai dengan keahliannya. Sesungguhnya Allah telah menciptakan bumi dan memberkahi di dalamnya, melengkapi dengan bahan-bahan makanan, perbekalan-perbekalan, dan sumber-sumber kekayaan di dalam bumi maupun di permukaannya, untuk kebutuhan hidup hamba-hambaNya. Bahkan di langit pun Allah sudah persiapkan rezeki untuk makhluknya.

 

Allah Ta’ala berfirman,

   و فى السمآء رزقكم وما توعدون

“Dan langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 22)

 

ولقد مكنكم فى الأرض و جعلنا لكم فيها معيش, قليلا ما تشكرون

“Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.” (QS. Al-A’raaf: 10)

 

   و لقد كرمنا بنى ءادم و جعلنهم فى البر و البحر و رزقنهم من الطيبت و فضلنهم على كثير ممن خلقنا تفضيلا

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Israa’: 70)

 

Namun, Sunnatullaah telah menetapkan terhadap semua makhluk, bahwa segala rezeki yang terkandung di dalam bumi, bahan-bahan makanan yang telah di siapkan, serta sumber-sumber kekayaan yang menyenangkan, kesemuanya itu tidak akan dapat dicapai, melainkan harus dengan kerja keras dan usaha sungguh-sungguh. Karena itu, Allah Ta’ala akan memberikan rezeki kepada hamba-Nya yang mau berusaha di atas permukaan bumi ini.

 

 فامشوا فى منكبهم و كلوا من رزقه

“Maka jelajahilah di seluruh penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya”. (QS. Al-Mulk: 15)

 

Barangsiapa mau berusaha di atas permukaan bumi ini, niscaya ia akan mendapat rezeki. Allah Ta’ala berfirman,

  فإذا قضيت الصلوة فانتشروا فى الأرض وابتغوا من فضل الله

“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah” (QS. Al-Juma’ah: 10)

 

Barangsiapa yang berjalan di muka bumi ini sambil mengharap karunia dan rezeki Allah, niscaya ia termasuk orang-orang yang berhak menerimanya. Sebaliknya, barangsiapa berpangku tangan dan bermalas-malasan, maka ia termasuk orang-orang yang tidak berhak menerima karunia Allah.

 

Yang wajib diingat adalah bahwa setiap muslim laki-laki tidak boleh malas untuk mencari nafkah. Setiap muslim laki-laki wajib untuk membiayai hidupnya, untuk makan, minum, kebutuhan sehari-hari, apalagi bila ia sudah berumah tangga, maka dia wajib bekerja dengan sungguh-sungguh mencari nafkah untuk dirinya, isterinya, dan anak-anaknya. Tidak boleh seorang bermalas-malasan dalam usaha maupun kerja. Setiap muslim wajib mencari nafkah, apa saja bentuk kerjaan, dagang, atau jadi buruh apa saja yang penting halal. Jangan gengsi, jangan sombong, jangan banyak milih. Tidak boleh juga ia bersandar atau meminta-minta kepada orang tuanya, saudaranya, apalagi orang lain. Tidak boleh hidupnya bergantung kepada orang lain. Dia wajib mempunyai rasa malu dan harga diri sebagai seorang muslim.

 

 

SUMBER: buku ber judul KIAT-KIAT ISLAM MENGATASI KEMISKINAN, karya ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Di Susun oleh : Claudia (Pengajar Ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.