Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal-Hadits Martapura OKU

Cinta dunia : Induk Segala Kesalahan Serta Perusak Agama

cinta dunia

Cinta dunia : Induk Segala Kesalahan Serta Perusak Agama – Ibnu Qayyim al-Jauziyah Rahimahullah mengatakan:  ’’Cinta terhadap dunia adalah induk segala kesalahan serta perusak agama. Hal ini dipandang dari beberapa sisi.

Pertama, cinta dunia menurut sikap pengagungan atasnya, padahal dunia amat rendah di sisi Allah, dan termasuk dosa besar ialah mengagungkan sesuatu yang dihinakan oleh-Nya.

Kedua, Allah melaknat dan membenci dunia, kecuali yang di manfaatkan demi meraih keridhaan-Nya. siapa pun yang mencintai apa yang dilaknat dan di benci Allah, itu berarti dia sudah mencampakkan diri sendiri untuk bersiap tertimpa fitnah dan kemurkaan-Nya

Ketiga, apabila seseorang mencintai, dunia maka ia menjadikannya sebagai tujuan hidup . Berupaya meraih dunia itu dengan berbagai amal yang telah Allah jadikan sebagai sarana menunjuk kepada-Nya dan negeri akhirat. Sehingga urusan dan hikmah menjadi terbalik, lalu hati dan perjalanan hidupnya juga terbalik ke belakang.

Maka dari sini ada sua poin: (1) menjadikan wasilah (sarana) sebagai ghayah (tujuan) , Serta (2) menjadikan amalan akhirat sebagai sarana meraih dunia.

Ini yang merupakan keburukan dari segenap sisi. Serta akal yang sudah tertipu . keadaan mereka seperti yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, Artinya: “barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan (juga) perhiasannya, pasti Kami berikan ( balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia ( dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan di rugikan. itulah orang-orang yang tidak (akan ) memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali Neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka kerjakan.’’ (QS. Hud/11: 15-16)

Dan, firman Allah :

مَّن كَانَ يرِيدُ ٱلعَاجِلَةَ عَجَّلنَا لَهُۥ فِيهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلنَا لَهُۥ جَهَنَّمَ سيصلَاٰهَا مَذمُوما مَّدحُورا

Artinya: ‘’Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami akan segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (diakhirat) Neraka Jahannam, dia (pun) akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.’’ (QS.Al-Isra’ 17: 18)

Juga firman-Nya :

قَالَ فَعَلتُهَاۤ إِذا وَأَنَا۠ مِنَ ٱلضَّاۤلِّينَ

Artinya: ‘’Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya Sebagian darinya ( keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.’’ (QS. Asy-Syura/42: 20)

demikianlah tiga ayat al-Qur’an  yang sebagiannya menyerupai Sebagian yang lain , dan menunjukkan pada suatu makna ; yaitu siapa pun yang dengan amalnya ada kehendak atas dunia dan perhiasannya, alih-alih dari dia mengharap Ridha Allah serta kehidupan akhirat , maka dia akan memperoleh bagian yang dikehendakinya dan tidak memperoleh bagian selainnya.

Diantara hadist-hadist Rasulullah yang semakna serta menerangkan ayat-ayat tersebut adalah hadist Riwayat Abu Hurairah ‘’ihwal tiga golongan manusia yang pertama kali kelak disiksa dalam Neraka.

Yang dimaksud ialah orang yang berjihad, orang yang bersedekah , serta orang yang suka membaca al-Qur’an pasalnya, dengan amal ibadahnya ini tujuan mereka hanya mendapat dunia dan perhiasannya. Hadist itu terdapat dalam kitab Shahih Muslim

keempat, cinta dunia dapat menghalangi seseorang hamba untuk mengajarkan perbuatan-perbuatan yang bermanfaat baginya di akhirat . ini tidak lain disebabkan oleh kesibukan pribadi atas apa yang dicintainya itu.

Dalam hal ini, ada beberapa tingkatan manusia :

  • Di antara mereka disibukkan oleh dunia yang amat dicintainya hingga berpaling dari keimanan kepada Allah dan syariat-syariat-Nya
  • Di antara mereka disibukkan oleh dunia yang amat dicintainya hingga terluput dari menunaikan segala kewajiban yang mesti dilaksanakan, baik  berkaitan dengan hak-hak Allah maupun hak-hak makhluk . sehingga , dia tidak sanggup melaksanakannya baik secara lahir ataupun batin.
  • Di antara mereka disibukkan oleh dunia yang amat dicintainya, sehingga terluput dari sebagian besar kewajiban yang mestinya dia laksanakan.
  • Di antara mereka disibukkan oleh dunia yang amat dicintainya hingga meninggalkan amal wajib, yang tidak gugur kewajibannya meski dia melaksanakan kewajiban selainnya.
  • Di antara mereka disibukkan oleh dunia yang amat dicintai hingga terluput dari kewajiban yang harus ditunaikan pada waktu tertentu. Dan akibatnya , dia melalaikan waktu serta hak-haknya.
  • Di antara mereka disibukkan oleh dunia yang amat dicintai sehingga terluput dari mengajarkan ibadah dengan segenap jiwa dalam amal-amal yang wajib , dan pengosongan hati hanya untuk Allah pada saat menjalankannya. Maka dia menjalankan kewajiban tersebut hanya secara lahir, tanpa ikatan batin.
  • Derajat cinta dunia yang paling rendah adalah saat rasa tersebut menyibukkan hamba dari kebahagiaan hakiki, yaitu mengosongkan hati untuk mencintai Allah, mendiamkan lisan agar rutin berzikir kepada-Nya , menyatukan hati dengan lisannya dan menyatukan lisan dan hatinya untuk beribadah kepada Dia semata. Hingga rasa rindu dan cintanya terhadap dunia ini akan membahayakan akhiratnya sebagaimana mencintai akhirat itu membahayakan urusan dunianya.

Kelima, cinta dunia menjadikan sesuatu yang paling dicita-citakan oleh seorang hamba. Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda:

من كانتِ الآخرةُ هَمَّهُ جعلَ اللَّهُ غناهُ في قلبِهِ وجمعَ لَه شملَهُ وأتتهُ الدُّنيا وَهيَ راغمةٌ، ومن كانتِ الدُّنيا همَّهُ جعلَ اللَّهُ فقرَهُ بينَ عينيهِ وفرَّقَ عليهِ شملَهُ، ولم يأتِهِ منَ الدُّنيا إلَّا ما قُدِّرَ لَهُ

Artinya: ‘’Barang siapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, Allah akan mengumpulkan kekuatannya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan tunduk dan hina. Dan barang siapa menjadikan dunia sebagai tujuannya, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinan terpampang di hadapan matanya, dan Allah akan mencerai-beraikan kekuatannya, dan dia pun tidak akan memperoleh dunia kecuali apa-apa yang telah di tetapkan baginya.’’ (HR. Ahmad, dll)

Keenam, orang yang mencintai dunia serta akan perhiasannya adalah yang paling tersiksa dengannya. Ya, dia tersiksa pada tiga alam kehidupan.

Dia tersiksa di dunia sebab harus bersaing dengan sesama pencinta dunia dalam mencari perhiasannya.

Di alam barzakh dia tersiksa lantaran hilangnya dunia dan penyesalan atasnya. Sementara harapan dia untuk berkumpul dengan yang dicintainya ini terputus selama-lamanya. Di ala mini dia tidak mendapat ganti dari apa yang dicintainya. Inilah manusia yang paling keras siksanya di kubur . Rasa gelisah , gundah gulana, sedih, juga penyesalan senantiasa menyiksa rohnya, seiring dengan cacing dan rayap tanah menyiksa jasadnya, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

فَلَا تُعجِبكَ أَموَالُهُم وَلَاۤ أَولَـٰدُهُمۚ إِنَّمَا يرِيدُ ٱللَّهُ لِيعَذِّبَهُم بِهَا فِی ٱلحَيوٰةِ ٱلدُّنيا وَتَزهَقَ أَنفُسُهُم وَهُم كَـٰفِرُونَ

Artinya: ‘’maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum, sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir.’’ (QS.At-Taubah/9: 55)

Sebagian dari ulama’ salaf berkata;’’ Allah menyiksa mereka (para pencinta dunia) berkaitan dengan upaya mengumpulkan dunia. Nyawa-nyawa mereka terbang melayang dengan mencintainya, sementara mereka ini dalam keadaan kafir karena menahan hak Allah atas hamba karenanya.’’

Ketujuh, seorang hamba yang mendamba dan mencintai dunia, serta lebih mementingkannya daripada akhirat, adalah makhluk terbodoh lagi terpendek akalnya.

Sebab pencinta dunia itu mengutamakan sesuatu yang bersifat khayalan daripada suatu yang hakiki m mementingkan tidur daripada terjaga, mementingkan bayangan yang hilang daripada kenikmatan yang kekal , kehidupan yang fana daripada kehidupan yang abadi. Hingga dia menjual kehidupan yang berupa khayalan ataupun mimpi.

Orang yang berakal tidak mungkin tertipu dengan hal semu seperti itu. Sebagaimana kisah seorang Badui yang singgah pada suatu kaum berikut.

Kaum itu menghidangkan makanan untuk dirinya,  lalu dia makan kemudian dia berdiri menuju naungan sebuah tenda sampai tertidur . tidak lama kemudian , mereka melepas tenda tersebut hingga orang Badui itu terkena sinar matahari, dia pun terbangun seraya merayu:’’ kalau  seseorang menjadikan dunia sebagai puncak harapannya , sungguh dia sedang berpegang teguh dengan tali yang menipu.’’

Sebagian ulama’ salaf ada yang melantunkan bait syair berikut:

Duhai para pendamba kelezatan-kelezatan

Sadarlah bahwa dunia tidaklah kekal

Sungguh tertipu dengan naungan yang akan hilang

Tak syak lagi ini merupakan kedungan

Cinta Dunia : Sumber Dosa dan Maksiat

penyakit cinta dunia ini adalah induk segala dosa, yang darinyalah lahir berbagai dosa dan maksiat . sudah tentu hal ini amat berbahaya bagi individu, umat, maupun masyarakat. Bahayanya seperti halnya racun, serta akibat-akibat buruk yang di timbulkan oleh kedua keburukan itu begitu dahsyat.

Tidaklah ada seburuk-buruk penyakit dan bencana di dunia dan di akhirat melainkan faktor penyebabnya adalah perbuatan dosa dan maksiat.

Dosa dan maksiat senantiasa akan menghancurkan bangunan umat di sepanjang zaman , sehingga berlaku padanya ketetapan Allah( yakni azab Ilahi)

Allah berfirman:

وَكَم أَهۡلَكنَا مِنَ ٱلقُرُونِ مِنۢ بَعدِ نُوحۗ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرَۢا بَصِيرا

Yang artinya: ‘’ dan berapa banyak kaum setelah Nuh, yang telah Kami binasakan. Dan cukuplah Rabbmu yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa-dosa hamba-Nya.’’ (QS.Al-Isra’17; 17)

Allah juga berfirman:

كَذَلِكَ أَخذُ رَبِّكَ إِذَاۤ أَخَذَ ٱلقُرَىٰ وَهِیَ ظَـٰلِمَةٌۚ إِنَّ أَخذَهُۥۤ أَلِيم شَدِيدٌ

Artinya: ‘’dan begitulah siksa Rabbmu apabila Dia ( mau) menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh ,siksa-Nya sangat pedih, sangat berat.’’ (QS. Hud/11: 102)

Perhatikanlah umat-umat terdahulu, sejak zaman Nabi Nuh, hingga zaman kita sekarang , tiap kali suatu kaum berbuat kemaksiatan ,Allah memberikan tenggang waktu beberapa saat agar mereka bertaubat dan Kembali ke jalan yang benar. Bahkan meski mereka berbuat maksiat , kadang bisa saja Allah melimpahkan nikmat-Nya kepada mereka. Akan tetapi, itu hanyalah istidraj (penguluran waktu secara berangsur-angsur kea rah kebinasaan.

Itulah istidraj, sebagaimana firman Allah:

فَذَرنِی وَمَن يكَذِّبُ بِهَـٰذَا ٱلحَدِيثِۖ سَنَستَدرِجُهُم مِّن حَيثُ لَا يعلَمُونَ

Artinya: ‘’nanti kami akan menarik mereka dengan (cara) berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.’’ (QS. Al-Qalam/68: 44)

Allah juga berfirman :

فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحنَا عَلَيهِم أَبوَابَ كُلِّ شَیءٍ حَتَّىٰۤ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَاۤ أُوتُوۤا۟ أَخَذنَـٰهُم بَغتَة فَإِذَا هُم مُّبلِسُونَ

Artinya: ‘’maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah di berikan kepada mereka , Kami pun membukakan pintu ( kesenangan ) untuk mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.’’ (QS. Al-An’am/6: 44)

Mungkin cukup sekian artikel kali ini dan insya Allah akan kita lanjutkan pada artikel berikutnya insya Allah dan semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua

 

REFERENSI:

Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari Dan Ummu Ihsan Al-Atsari/ Cinta Dunia: Induk Segala Kesalahan Dan Perusak Agama / Di Ringkas Dari Buku Terapi Penyakit Wahn (Cinta Dunia) /Anas Arlaya

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.