
Cara Meraih Dunia dan Akhirat Sekaligus
Ibnul Qayyim Rahimahullah menegaskan: Orang yang paling sempurna nikmatnya adalah orang yang bisa merasakan kenikmatan hati, jiwa dan raga.
Dia diharuskan memanfaatkan kenikmatannya itu yang halal dan dengan cara yang ia tidak akan mengurangi kebahagiaannya di akhirat.
Dia tidak akan terputus menikmati kelezatan mengenal dan mencintai Rabbnya.
Dialah orang yang diceritakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللّٰهِ الَّتِيْ اَخْرَجَ لِعِبَادِه وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
Artinya ‘’Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapakah yang mengharamkan perhiasan (dari) Allah yang telah Dia sediakan untuk hamba-hamba-Nya dan rezeki yang baik-baik? Katakanlah, ‘Semua itu adalah untuk orang-orang yang beriman (dan juga tidak beriman) dalam kehidupan dunia, (tetapi ia akan menjadi) khusus (untuk mereka yang beriman saja) pada hari Kiamat.’’ (QS.Al-A’raf; 32)
Dan orang yang paling merugi akibat kenikmatan adalah orang yang menggunakan kenikmatan yang dimilikinya untuk hal-hal yang akhirnya menghalangi pribadinya dari kenikmatan akhirat. Jika begitu, akan di katakana kepadanya nanti :
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا عَلَى النَّارِۗ اَذْهَبْتُمْ طَيِّبٰتِكُمْ فِيْ حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَاۚ فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُوْنَ ࣖ
Artinya; Pada hari (ketika) orang-orang yang kufur dihadapkan pada neraka, (dikatakan kepada mereka,) “Kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik dalam kehidupan duniamu dan bersenang-senang dengannya. Pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu takabur di bumi, padahal tidak berhak (untuk sombong), dan (juga) karena kamu selalu durhaka.” (QS.Al-Ahqaf 20)
Baik golongan pertama ataupun golongan kedua sebenarnya sama-sama bersenang-senang menikmati kelezatan dunia. Akan tetapi , cara mereka melakukannya benar-benar berbeda.
Golongan pertama bersenang-senang dengan cara yang dibenarkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala , sehingga mereka dapat meraih kenikmatan dunia dan akhirat sekaligus.
Adapun golongan kedua bersenang-senang dengan cara menurut keinginan hawa nafsu saja, terlepas apakah hal tersebut diizinkan atau tidak. Ini berakibat terputusnya kenikmatan mereka di dunia, sedang kenikmatan akhirat mereka tidak bisa mereka raih.
Oleh karena itulah, siapa yang ingin mendapatkan kenikmatan yang kekal dan kehidupan yang baik harus menjadikan kenikmatan dunia sebagai perantara guna meraih kenikmatan akhirat. Ini dilakukan dengan cara memanfaatkan secara Ikhlas karena Allah Subhanahu wa ta’ala selaras dengan kehendak-Nya , dan dalam ranah ibadah kepada Allah. Dia harus berupaya meraih kenikmatan yang kekal itu dengan cara mengerhkan usaha sendiri bukan dengan mengedepankan hawa nafsu.
Adapun orang- orang yang ingin menghindar dari kenikmatan duniawi, maka sejatihnya dia senantiasa berharap sanggup menjadikan segala kekurangan yang pernah dialami sebagai factor penambah kenihmatan di akhirat kelak.
Untuk itu , semestinya dia menenangkan jiwanya di dunia dengan cara meninggalkan kehidupan duniawi demi memperoleh kesempurnaan ukhrawi atau hidup di akhirat.
Segala Kebaikan dan kenikmatan dunia merupakan sebaik-baik penolong bagi siapapun yang benar-benar mencarinya dengan Ikhlas , demi mendapa Ridha Allah Subhanahu wa ta’ala dan kenikmatan hari akhirat . jadim orang itu sebenarnya hanyalah ingin meraih kenikmatan yang dijanjikan di akhirat, semata-mata ukhrawi tujuannya.
Adapun orang-orang yang tujuan dan cita-citanya hanya berkisar pada kenikmatan dunia dan orientasi duniawi sebagai tempat mendengkur, maka dia termasuk orang yang paling celaka.
Tatkala kita membaca sirah kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , kita akan mendapati bahwa beliau sosok pemimpin orang-orang zuhud dan selalu qana’ah atas dunia. Padahal kalau mau, beliau bisa saja memperoleh kenikmatan yang didapat oleh para raja. Dunia pernah ditawarkan kepada beliau, namun beliau menolaknya.
Aisyah Radhiallahu Anha, meriwayatkan bahwa keluarga Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah merasa kenyang selama dua hari berturut-turut sampai beliau wafat . hal itu karena yang mereka makan hanya roti gandum.
Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu Anhu meriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah tertidur beralaskan tikar kecil. Saat bangun , terlihat bekas tikar tersebut di pinggul beliau. Parah Sahabat pun pertanya ;’’ wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , maukah engkau jika kami buatkan alas tidur untukmu? ,’’beliau menjawab’’ Apa urusanku dengan dunia? Aku tinggal di dunia tak ubahnya bak pengembara yang sedang mencari tempat berteduh di bawah sebatang pohon, kemudian dia pergi dan meninggalkan pohon itu.’’
Aisyah Radhiallahu Anha , menceritakan bahwa pada suatu hari seorang Wanita Anshar menemuinya dirumahnya. Wanita itu kemudian melihat Kasur Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam keadaan terlipat memanjang . dan dia lantas pulang kerumahnya, tak lama kemudian, dia Kembali datang membawa sebuah Kasur yang terbuat dari bulu domba dan memberikannya kepada Aisyah.
Beberapa saat dari situ, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang. Beliau bertanya,’’apa ini? Aisyah menjawab, ‘’ tadi ada seorang Wanita Anshar kemari. Dia melihat Kasur kita, Dia pun pulang, dan Kembali lagi membawa Kasur ini.’’
Maka beliau bersabda;’’ kembalikan lah Kasur itu.’’
Aisyah tidak mau mengembalikannya, karena dia merasa suka atau senang memiliki Kasur itu.
Rasulullah terus memerintahkan Aisyah agar mengembalikan Kasur itu, perintah tersebut di ulangi hingga tiga kali, beliau lalu bersabda;
Yang artinya’’ Wahai Aisyah, kembalikanlah Kasur itu , Demi Allah, kalau aku mau , niscaya Allah akan memberiku gunung dari emas dan perak.’’
Bahkan manakala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masih hidup beliau senantiasa berdoa:
Artinya’’Ya Allah, berikanlah rezeki bagi keluarga Muhammad cukup dengan sepotong roti’’
Beliau juga sering berdoa, yakni pada kesempatan yang lainnya;
Artinya’’ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, cabutlah nyawaku dalam keadaan miskin , serta kumpulkanlah aku kelak bersama orang -orang miskin di hari kiamat’’.
Demikian pula, Ketika membaca Riwayat hidup para salaf seperti Sa’in bin Al-Musayyib, Sufyan ats-Tsauri, Ahmad bin Hanbal, Khalil bin Ahmad, dan para ulama’ besar yang lain, kita benar-benar akan takjub dengan sikap zuhud dan qana’ah mereka terhadap dunia .
Makanan pokok mereka ialah sepotong roti kering, dengan segelas air dan kadang dicampur minyak samin. Terkadang mereka lapar selama berhari-hari dan tidak bisa mendapatkan makanan. Terkadang memperoleh sepotong roti yang terbuat dari gandum. Padahal, mereka ini selalu dikejar-kejar dunia, hadiah para penguasa terus menanti, hanya saja mereka selalu menolak dan menghindar darinya.
Barangkali hal ini merupakan buah dari ilmu yang bermanfaat yang mempengaruhi kehidupan dan akhlak mereka. Karena itu, mereka akan selalu dan selamanya terus diingat serta disanjung. Kebaikan mereka untuk seluruh makhluk , ilmu mereka bermanfaat . keutamaan mereka begitu tersohor . pujian atas mereka datang dari semua orang.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa ta’ala merahmati mereka dan mudah-mudahan dia mengumpulkan kita bersama mereka Aamiin.
Kondisi Nabi Ketika Wafat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah penghulu orang-orang yang zuhud . sifat inilah yang melekat pada diri beliau sebagai utusan Allah yang mulia, hingga wafat bertemu dengan-Nya
Amru bin Harist, Saudara Juwairiyah binti Harist, istri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , meriwayatkan bahwa Ketika wafat beliau tidak meninggalkan uang satu dinar pun, tidak juga seorang budak, baik budak laki-laki maupun Perempuan. Beliau hanya meninggalkan seekor kuda betina kecil berwarna putih yang biasa dikendarainya, senjata, dan sepetak tanah yang telah diwakafkan untuk ibnu sabil.’’(HR.Bukhori/4461)
Hal tersebut tentunya tidak mengherankan, sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri pernah bersabda;
Yang artinya’’seandainya aku memiliki emas sebesar Gunung Uhud niscaya aku akan senang apabila hart aitu tidak tersisa sedikitpun sebelum berlalu tiga malam, kecuali sedikit saja yang aku simpan untuk membayar utang.’’ (muttafaq alaih)
Di dalam hadist lain, Aisyah Radhiallahu Anha meriwayatkan bahwa Ketika Rasulullah wafat , baju besi beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masih tergadai di tangan salah seorang yahudi , sebagai jaminan atas 30 sha gandum.’’ (muttafaq alaih)
Aisyah Radhiallahu Anha berkata;’’Rasulullah wafat , sedangkan di rumahku tidak ada sedikit pun makanan, hanya ada sedikit gandum yang tersisa di rak dapurku. Aku lantas memakannya hingga kenyang. Setelah itu, aku ingin menakarnya, ternyata sudah habis.’’ (muttafaq alaih)
Kisah Teladan Orang-Orang Zuhud
Umar bin al-Khatab Radhiallahu Anhu
Dia adalah salah satu sosok sahabat yang tawdhu (rendah hati ) di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala . kehidupannay keras dan makanannya kasar. Dia tegas dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan hak Allah Subhanahu wa ta’ala bajunya compang-camping , banyak tambalan. Punya kedudukan terhormat, tetapi tetap memikul air sendiri. Dia biasanya mengendarai keledai tanpa tutup kepala. Dia sedikit tertawa dan jarang bergurau. Dia mengukir cincinnya dengan kata-kata ;’’ cukuplah kematian itu sebagai peringatan, wahai umar’’
Ketika diangkat sebagai khalifah kaum muslimin Umar Radhiallahu Anhu berkata; ‘’tidak ada harta Allahyang halal bagiku kecuali dua baju; baju untuk musim dingin dan satu baju lagi untuk di musim panas. Makanan pokok keluargaku sama seperti makanan orang Quraisy yang tidak kaya. Aku sendiri bagian dari kaum muslim.
Ibnu Jauzi menceritakan keutamaan umar Radhiallahu Anhu dengan mengutip ucapan Abdul Aziz bin Abu Jamilah;’’ suatu Ketika, Umar bin Al-Khatab pernah terlambat datang ke masjid guna menunaikan shalat jum’at. Saat tiba , dia langsung naik mimbar dan menyampaikan permintaan maaf kepada para jamaah seraya berkata;’’baju inilah yang membuatku terlambat.’’konon, bajunya tersebut berwarna putih, banyak tambalannya, serta ukurannya kecil dan tidak melebihi pergelangan tangan.;; (Ath-Thabaqt III/215)
Humaid bin Hilal meriwayatkan bahwa Hafsh bin Abu al-Ash dipersilakan menikmati makanannya. Umar lalu bertanya kepadanya;’’mengapa kamu tidak mau memakan hidangan kami?
Hafsh menjawab ;’’Makananmu ini keras dan kasar , sedangkan aku lebih suka makanan halus yang memang khusus dibuat untukku. Hanya itu yang mau kumakan.’’
Umar lantas berkata;’’ Apakah kamu mengira aku tidak bisa meminta tolong seseorang untuk menyembelih kambing dan mengulitinya, mengayak tepung dengan saringan lantas menjadikannya roti yang empuk, serta membeli satu sha kismis lantas mencampurinya dengan lemak, lalu menuangkan air ke adonan tersebut sehingga menjadi seperti jarring laba-laba?’’
Hafsh pun menjawab;’’ Sungguh, kini aku mengerti bahwa pada dasarnya engkau tahu bagaimana membuat makanan enak.’’
Umar berkata:’’ tentu saja! Demi Allah, andaikata aku tidak khawatir kebaikanku berkurang , niscaya aku telah mengikuti kalian membuat makanan yang empuk dan halus.’’
Mungkin hanya ini yang bisa kami sampaikan dalam artikel kali ini dan in syaa Allah kita akan melanjutkan kisah Umar Radhiallahu Anhu dan juga kisah-kisah orang teladan dan semoga artikel singkat ini bermanfaat untuk kita semua Aamiin.
REFERENSI:
USTADZ ABU IHSAN AL-ATSARI DAN UMMU IHSAN AL-ATSARI/ CINTA DUNIA : CARA MERAIH DUNIA DAN AKHIRAT SEKALIGUS / DI RINGKAS DARI BUKU TERAPI PENYAKIT WAHN(CINTA DUNIA) /Anas Arlaya
Baca juga artikel:
Ajukan Pertanyaan atau Komentar