BURUK SANGKA
Su’udzhan dan syak (ragu) terhadap sesama muslim adalah penyakit yang berbahaya diantara penyakit-penyakit hati. Sebagian manusia merasakan dampak yang ditimbulkan oleh penyakit hati itu. Diantara tandanya adalah jika anda berkata kepadanya dengan suatu kalimat atau tanda melakukan suatu pekerjaan, maka di dalam hatinya terdapat was-was dan prasangka buruk atas apa yang anda katakan atau lakukan itu. Dan dengan was-wasnya itu dia menyimpulkan sendiri ucapan dan tindakan orang lain dengan kesimpulan yang negatif.
Padahal, kepada sesama manusia seharusnya kita memeriksa ulang dan memastikan dengan apa yang menjadi prasangka kita tersebut. Sehingga terang baginya apa yang memotivasi ucapan atau perbuatan tersebut. Hendaknya kita untuk berhusnudzhan terhadap sesama muslim, kecuali jika memang sudah jelas baginya bahwa orang tersebut berbuat buruk.
Kita ketahui juga, sebagian besar dari kita jika mendengar suatu kabar, maka langsung menelan mentah-mentah kabar tersebut dan langsung su’udzhan terhadap terhadap perkataan tersebut. Padahal Allah berfirman dalam Q.S. 49:6
يأيها الذين ءامنوا ْإن جاءكم فاسق بنبإ فتبينواْ أن تصيبواْ قوما بجهلة فتصبحواْ على ما فعلتم نادمين
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanyayang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Dan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam– telah bersabda :
“Jauhilah oleh kalian zhann, karena zhann adalah sedusta-dusta ucapan.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Zhann yang dimaksud adalah keraguan yang ditanamkan kepadamu oleh seseorang tentang suatu hal, lalu kamu menganggapnya sebagai kebenaran dan memutuskan berdasarkan zhann itu.
Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hujarat : 12
يأيّهاالّذينءامنواْاجتنبواْكثيرامّن الظّنّ إنّ بعض الظّنّ إثمصلى ولاتجسّسواْولايغتب بّعضكم بعضاج أحدكم أن يأكل لحم أخيه ميتافكرهتموهج واتّقواْاللهج إنّالله توّابرّحيم
Artinya : “wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu termasuk dosa. Dan jangan suka mencari-cari kesalahan.”
Di dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi prasangka karena sebagian prasangka itu adalah dosa. Serta larangan dalam mencari-cari kesalahan orang lain (tajassus). Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
“Jauhilah oleh kalian prasangka, karena prasangka adalah perkataan yang palig dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari berita. Janganlah kalian mencari-cari kesalahan. Janganlah kalian saling berlomba. Dan janganlah kalian saling dengki. Dan janganlah kalian saling membelakangi. Tetapi hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Bukhari 6064, Muslim 2563).
Macam-macam Su’udzhan
Su’udzhan ada dua, yaitu :
- Su’udzhan kepada Allah –subhanahu wata’ala–
Su’udzhan kepada Allah –subhanahu wata’ala– lebih parah jika dibandingkan dengan putus asa dan pupus harapan (padahal dua-duanya dosa besar). hal ini disebabkan su’udzhan kepada Allah –subhanahu wata’ala– memuat putus asa dan pupus harapan serta masih ada tambahan lagi, karena telah lancang terhadap Allah –subhanahu wata’ala– dengan sesuatu yang tidak layak dengan kemuliaan dan kemurahan-Nya.
- Su’udzhan terhadap Muslim
Inipun termasuk dosa besar, disebabkan karena seseorang yang menghukumi orang lain hanya dengan zhann, maka akan digiring oleh syaithon untuk merendahkan saudaranya itu, tidak memberikan hak-haknya serta enggan untuk memuliakan dan menghormatinya.
Bahkan sebaliknya, akan banyak membicarakan kehormatan dan aibnya, padahal ini adalah sebuah kehancuran dan kebinasaan. Dan setiap orang yang selalu berburuk sangka kepada orang lain, mencari-cari aibnya maka ketahuilah bahwa dia adalah orang yang buruk batinnya.
Zhann adalah tercela dalam seluruh perkara, sebagaimana firman Allah –subhanahu wata’ala–
ومايتّبع أكثرهم إلّاظنّاج إنّ الظّنّ لايغنى من الحقّ شيئاج إنّ الله عليممبمايفعلون
Artinya : “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran (Q.S. Yunus : 36)
Akibat Buruk Sangka
Buruk sangka terkadang akan mendatangkan berbagai akibat yang buruk, diantaranya yaitu permusuhan dan kebencian diantara sesama manusia. Terkadang juga akan menyeret kepada hal yang lebih buruk lagi yakni ghibah, namimah, dusta untuk tujuan menjatuhkan atau merugikan pihak lain.
Al-Imam ibnu Hajar rahimahullah memandang bahw su’udzhan terhadap sesama muslim termasuk kabair (dosa besar) yang tersembunyi. Beliau menyebutkan su’udzhan dalam urutan dosa besar yang ketiga puluh satu, beliau mengatakan “Dosa besar ini merupakan diantara hal yang wajib untuk diketahui oleh setiap mukallaf, supaya dapat mengobati ketergelincirannya. Karena siapa saja yang didalamnya terdapat penyakit ini dia tidak akan dapat bertemu Allah –subhanahu wata’ala– dengan hati yang salim (selamat). Dosa besar ini celaannya lebih besar daripada celaan terhadap dosa zina, mencuri, minum khamr, dan semisalnya dari dosa-dosa yang dilakukan oleh badan. Ini disebabkan karena besarnya kerusakan yang ditimbulkan, serta akan memberikan dampak buruk yang berkesinambungan.
Adapun bahaya dari su’udzhan adalah 1) dapat mendatangkan murka Allah –subhanahu wata’ala-; 2) merupakan indikasi rusaknya niat dan buruknya kondisi batin; 3) merupakan salah satu perangai orang munafiq; 4) akan melahirkan permusuhan dan kebencian diantara manusia; 5) merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji; 6) mewariskan kehinaan dan kerendahan dihadapan Allah –subhanahu wata’ala– dan di hadapan manusia; 7) salah satu petunjuk akan lemahnya iman; 8) indikasi atas ketidakpercayaan terhadap diri sendiri; 9)
Sedangkan keraguan (syak) akan menimbulkan : 1) lemahnya iman kepada Allah –subhanahu wata’ala-, malaikat, kitab, para nabi, hari akhir, dan terhadap takdir baik dan buruk; 2) masuk rasa was-was dalam hati sehingga tidak pernah merasakan ketetapan, kemantapan, dan keyakinan; 3) ragu-ragu, bimbang, dan was-was merupakan penyakit psikologis yang dapat menceraiberaikan kepercayaan atas elemen masyarakat; 4) orang yang ragu-ragu tidak mampu untuk bersikap tegar di dalam segala kondisi; 5) ragu-ragu terhadap Allah –subhanahu wata’ala– adalah syirik akbar; 6) Ragu-ragu adalah lambang kelemahan iman dan kekuatan syaithon; 7) keraguan pemimpin terhadap yang dipimpin dapat menjadikan rusaknya mereka; 8) mendiamkan keraguan dapat melahirkan tuduhan; 9) ragu-ragu menyebabkan su’udzhan terhadap orang-orang terdekat.
Ramah dan Lemah Lembut
Allah menyatakan sifat Nabi-Nya Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam– sebagai seorang yang berperangai mulia, maka firman-Nya :
“Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) berada diatas perangai yang agung.”
Dan disifatkan sebagai orang yang ramah dan lemah lembut, maka firman-Nya :
“maka dengan rahmat dari Allah engkau bersikap lemah lembut kepada mereka. Dna kalau engkau bersikap kasar dan berhati keras sungguh mereka akan menyingkir dari sekitarmu.”
Dalam Q.S. At-Taubah ayat 128, Allah berfirman :
لقدجآءكم رسول مّن أنفسكم عزيزعليه ماعنتّم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رّحيم
Artinya : “Sungguh telah datang kepada kalian seorang rasul dari kalangan kalian yang merasa berat baginya atas beban yang ada pada kalian dan sangat menginginkan kebaikan kalian, dan terhadap orang-orang beriman bersikap ramah dan pengasih.”
Seorang mukmin hendaknya menjauhkan diri dari hal yang dapat menimbulkan tuduhan dan prasangka. Rasulullah –shallallhu ‘alaihi wasallam– bersabda :
“Tinggalkan hal-hal yang membuatmu perlu meminta udzur setelahnya.” (H.R. Dhiya Al Maqdisi)
Rasulullah –shallallhu ‘alaihi wasallam– juga bersabda :
“siapa yang menjauhkan diri dari syubhat, sungguh ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Siapa yang terjerumus dalam syubhat, ia akan terjerumus dalam keharaman. Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewannya di dekat perbatasan sampai ia hampir saja melewati batasnya. Ketahuilah batas-batas Allah dalam hal-hal yang diharamkan-Nya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Prasangka Buruk yang Dibolehkan
Namun ketahuilah, ada prasangka buruk yang dibolehkan. Syaikh As-Sa’di menjelaskan Q.S. Al-Hujarat ayat 12 “Allah ta’ala melarang sebagian besar prasangka terhadap sesama mukmin, karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa.” Yaitu prasangka yang tidak sesuai dengan fakta dan bukti-bukti. Maknanya, jika suatu prasangka didasari bukti atau fakta, maka tidka termasuk “sebagian prasangka” yang dilarang.
Maka prasangka yang didasari oleh bukti-bukti, atau pertanda, atau sebab-sebab yang menguatkan tuduhanitu dibolehkan. Semisal jika kita melihat seorang yang datang ke parkiran motor lalu membuka paksa kunci slah satu motor dengan terburu-buru, kita boleh berprasangka bahwa ia ingin mencuri. Atau kita melihat orang-orang berkumpul di pinggir jalan disertai botol-botol khamr dengan wajah kuyu dan mata sayu, kita boleh berprasangka bahwa mereka sedang mabuk-mabukan.
Su’udzhan kepada orang yang memang dikenal penuh keraguan, sering melakukan maksiat, amak ini juga su’udzhan yang diperbolehkan. Termasuk juga su’udzhan kepada orang kafir, karena memang mereka ahli keburukan. Walau demikian, tidak selayaknya seorang muslim itu mencari-cari dan menyelidiki keburukan orang lain.kadang sikap demikian termasuk tajassus.
Ada juga su’udzhan yang dianjurkan, yaitu su’udzhan kepada musuh dalam suatu pertarungan atau pertempuran baik dalam hal agama maupun dunia yang dimana hal tersebut mengancam keselamatan mereka.
REFERENSI:
Diringkas dari Majalah Elfata Vol. 05 No. 12/2005
Hammam Donni Windra
Baca Juga Artikel:
Leave a Reply