Bersihkan Hati Dari Hasad

bersihkan hati dari hasad

Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Jadi, sekedar tidak suka tatkala melihat seseorang mendapatkan nikmatnya sudah terhitung hasad, meskipun perasaan ini tidak disertai harapan hilangnya nikmat dari orang tersebut, apalagi kalau harapan buruk tadi menyertainya.

Hasad dikenal juga dengan dengki. Ia adalah penyakit hati yang menyakiti hampir semua manusia, terkecuali mereka yang Allah rahmati. Bahkan ia dosa yang pertama di perbuat makhluk, yang ketika iblis hasad kepada nabi Adam karena kedudukan yang dia anugerahkan kepadanya. Maka iblis menolak perintahnya supaya bersujud kepada Adam. Hasad inilah yang menjerumuskan iblis ke lembah maksiat berikut kesombongan.

Jiwa orang yang hasad akan terusik setiap kali melihat saudaranya mendapat anugerah dan nikmat Allah. Kemudian hatinya di sesaki oleh perasaan iri, dengki, dan permusuhan. Orang seperti ini baru merasa gembira apabila menyaksikan keburukan menimpa saudaranya tersebut. Hasad adalah penyakit hati yang sangat parah dan racun dan amat mematikan. Tidak seorang pun yang selamat dari penyakit ini. Baik yang tua maupun yang muda, yang berilmu maupun yang jahil, serta yang miskin maupun yang kaya, semua dapat terjangkiti penyakit hati ini, kecuali hamba yang di selamatkan olehnya.

Al-Hasan al-Bashri Rahimahullah berkata:” Dalam diri setiap manusia tertanam sifat hasad. Akan tetapi, orang yang tidak tergiring kepada perbuatan zalim atas sesama berarti ia selamat dari keburukan sifat tersebut. “[1]

Maksudnya, seseorang yang merasa benih hasad mulai tumbuh dalam hati hendaklah tidak mengumbar diri hingga berujung pada kezaliman terhadap orang lain, baik dengan ucapan apalagi perbuatan. Larangan demikian di sampaikan sebab mengumbar hasad merupakan tabiat orang-orang Yahudi, sesuai dengan yang dia sebutkan dalam ayat berikut:

اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِه فَقَدْ اٰتَيْنَآ اٰلَ اِبْرٰهِيْمَ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَاٰتَيْنٰهُمْ مُّلْكًا عَظِيْمًا

Artinya: “ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar.”(QS. An-Nisa’: 54).

Sebagian besar penyakit hasad terjadi antara orang-orang yang sederajat atau setingkat. Hingga mungkin saja seseorang terselamatkan dari hasad terhadap orang lain yang lebih tinggi ataupun yang lebih rendah derajatnya dalam pandangan kita. Namun amat jarang dia bisa selamat dari hasad terhadap orang yang selevel menurut pandangannya. Oleh karena itu, dengan memohon pertolongan Allah kita harus berjuang melawan penyakit hati ini.

Ada 3 faktor yang mendorong munculnya hasaad:

1. Kebencian karena alasan personal

Apabila seseorang menaruh rasa benci terhadap sosok saudaranya, niscaya hatinya sangat terusik manakala melihat keutamaan atau kelebihan yang ada pada diri saudaranya itu, padahal orang lain senang dan bersyukur melihat nikmat ini. Apabila sudah demikian, api haasad pun kian bergelora seiring kebencian terpendam yang kian meningkat. Inilah tingkatan hasad yang paling parah atau terburuk.

2. Keutamaan yang dimiliki orang lain

Seseorang dapat terjerumus dalam hasad karena melihat keutamaan yang di miliki orang lain, sementara itu dia sendiri tidak sanggup menyainginya. Akhirnya, lahirlah kebencian karena orang tersebut lebih istimewa dibandingkan dirinya. Apabila sudah demikian, niscaya hatinya dikuasai oleh hasad inilah tingkatan hasad yang pertengahan.

3. Keistimewaan pada diri sendiri

Apabila seseorang di karuniai kelebihan dan keistimewaan tertentu, sementara dia tidak menginginkan orang lain dapat menyainginya, niscaya rentan baginya terjangkiti oleh hasad. Ini adalah tipe orang yang bahil terhadap nikmatnya yang dianugerahkan khusus baginya, sehingga dia berusaha keras supaya nikmat tersebut tidak dimiliki oleh orang lain. Apabila melihat orang lain mendapat nikmat yang sama, maka dia pun langsung hasadd dan menggerutu terhadap ketentuan ilahi.

Bencana dibalik hasad

Seperti penyakit hati pada umumnya, hasad mempunyai banyak keburukan serta kemudaratan bagi pemilik sifat ini. Berikut kami sebutkan beberapa di antaranya.

1. Membenci takdir Allah

Seseorang yang hatinya diliputi hasad akan mudah tidak suka terhadap nikmat yang di takdirkan Allah untuk orang lain. Ingatlah bahwa ketidaksukaan terhadap pemberian nikmat tersebut pada hakikatnya adalah tidak suka dan menentang takdirnya.

2. Melahap kebaikan

Hasad akan melahap kebaikan pemiliknya sebagaimana kobaran api melahap kayu yang kering. Karena biasanya orang yang hasaad melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai seperti menyebutkan keburukan-keburukannya, menghasut orang lain agar membencinya, atau merendahkan martabatnya. Semua ini termasuk dosa besar, yang bisa melumat habis berbagai kebaikan yang ada.

3. Menyengsarakan hati

Setiap kali orang yang hasad menyaksikan tambahan nikmat yang di dapatkan orang lain, maka hatinya semangkin sesak dan sengsara. Matanya akan selalu mengawasi keadaan orang tersebut. Dan setiap kali Allah memberikannya melimpah nikmatnya kepada orang lain, setiap kalo itu pula dia berduka dan hatinya semakin merana.

4. Menyerupai orang Yahudi

Sifat hasad adalah salah satu tabiat bawaan orang Yahudi. Dan menurut kaidah, siapa saja yang di dalam dirinya terdapat ciri khas orang kafir maka dia termasuk bagian mereka terkait ciri khas tersebut.

5. Hasad tidak akan mengubah takdir

Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, itu tidak akan menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil, mengapa masih ada hasad di dalam hati?

6. Menafikan kesempurnaan iman

Sifat hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Hal itu dapat di sebutkan dalam sanda Nabi :

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه

Artinya: “Salah seorang kalian tidak akan mencapai kesempatan iman hingga menginginkan untuk saudaranya kebaikannya dan keinginannya untuk diri sendiri”[2]

Berdasarkan hadist diatas, seorang mukmin seharusnya merasa sedih apabila melihat ada nikmat Allah yang di cabut dari saudaranya sesama mukmin. Seseorang yang tidak merasa sedih atas nikmat Allah dari saudaranya belum bisa di katakan “menginginkan untuk saudaranya kebaikan yang diinginkan olehnya untuk diri sendiri” dan bisa bertolak belakang dengan konsep iman yang sempurna.

7. Melalaikan dari doa

Hasad menyebabkan pemiliknya lupa berdoa untuk memohon karunia Allah atas dirinya. Akibat selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain, dia pun tidak pernah berdoa untuk meminta karunia Allah bagi dirinya sendiri. Padahal Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِه بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِه ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 32).

8. Meremehkan nikmat yang ada

Sifat hasad menyebabkan pemiliknya menganggap remeh nikmat Allah pada dirinya. Dia selalu beranggapan bahwa dirinya tidak diberi nikmat, tetapi orang yang di dengki lah yang memperolehnya. Atau dia merasa bahwa orang tersebut memperoleh nikmat yang lebih besar dari pada yang di peroleh dirinya. Akibatnya, dia meremehkan nikmat yang ada dan dia tidak mau menyukurinya.

9. Menyuburkan akhlak tercela

Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad terhadap seseorang akan selalu disibukkan untuk mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang yang di sekelilingnya. Dan dengan berbagai cara, seperti merendahkan martabatnya dan meremehkan kebaikannya, dia akan berusaha menjauhkan orang lain dari dirinya.

10. Kerugian di akhirat

Orang yang hatinya sudah di butakan hasad umumnya akan menzalimi orang yang dihasadi. Jika sudah demikian, di akhirat, orang yang menjadi korban kehasadannya punya hak untuk mengambil kebaikan orang yang hasad sebagai balasan atas kezhalimannya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa si korban akan di kurangi lantas di pikulkan kepadanya, lalu dia dicampakkan di dalam neraka.

Sekali lagi, hasad merupakan akhlak tercela yang dapat menjangkiti semua orang, bahkan ulama dan dai sekali pun. Hasad sering kali timbul antar orang yang memiliki profesi yang sama (disebabkan konsep persaingan yang keliru antar mereka). Namun sangat disayangkan apabila penyakit hati ini sampai menimpa ulama, dai ataupun para penuntut ilmu syariat. Betapa tidak demikian?  Padahal sepantasnya, bahkan sudah seharusnya, mereka menjadi teladan dalam menjauhi sifat hasad dan mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.

 

REFERENSI:

Diringkas dari buku: Ensiklopedi Akhlak Salaf.

Karya: Ummu Ihsan dan Abu Ihsan al-Atsari.

Diringkas oleh: LIA MAULANA (pengajar ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits Oku Timur).

[1] Al-Istidzkar karya Ibnu Abdul Bar.

[2] HR. Al-Bukhari dan Muslim.

 

BACA JUGA:

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.