Beberapa nasehat sebelum menghafal Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut:
-
Ikhlas dalam Berniat
Sebelum mengahafal Al-Qur’an maka jadikanlah niat dan tujuan menghafal hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, dan selalu ingat bahwasanya yang sedang anda baca meruapakan kitabullah dan kalamullah. Berhati-hatilah anda dengan faktor yang menjadi pendorong dalam menghafalnya,
- apakah anda menghafalnya karena ingin meraih kedudukan dan jabatan,
- atau karena mengharap wajah manusia,
- atau agar dapat memperoleh sebagian dari keuntungan dunia berupa upah dan hadiah?
Maka sungguh itu sangat menentukan hasilnya, dan yang perlu di perhatikan bahwa Allah tidak menerima sedikitpun dari suatu amalan melainkan hanya ikhlas karena-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
[البينة : 5]
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan menjalankan agama dengan lurus”.(QS. Al-Bayyinah ayat 5
Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam juga mengingatkan tentang hal ini dalam sabdanya dari Umar bin Al-Khattab radiyallahu ‘anhu beliau bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
” Sesungguhnya setiap perbutan itu tergantung dengan apa yang dia niatkan.”
(HR. Bukhori dan Muslim)
Dari kedua dalil diatas menunjukan betapa penting dan besarnya pengaruh niat terhadap amalan terlebih ketika hendak menghafal Al-Qur’an maka memperhatikan niat merupakan hal yang utama untuk terus diperhatikan.
-
Menjauhi Maksiat dan Dosa
Hati yang penuh dengan kemaksiatan dan sibuk dengan urusan dunia yang berbuah dosa, maka tidak ada baginya tempat cahaya Al-Qur’an. Maksiat merupakan salah satu penghalang utama dalam menghafal Al-Qur’an, mentadaburi dan mengulang Al-Qur’an. Sedangkan godaan-godaan setan dapat membuat seseorang lalai dari berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanau wata’ala berfirman :
[19:اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ [المجادلة :
”Setan telah mengusai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah.“
(QS. Al- Mujadalah ayat 19).
Abdullah bin al-Mubarak meriwayatkan adh-Dhahak bin Muzahim, bahwasanya dia berkata:”Tidak seorangpun mempelajari Al-Qur’an kemudian dia lupa meainkan karena dosa yang telah dikerjakannya. Karena Allah berfirman,
[30:وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ [الشورى
”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri.”(QS.as-Syura ayat 30)
Sungguh lupa terhadap Al-Qur’an adalah musibah yang sangat besar. Ketahuilah, Imam asy-Syaif’I yang terkenal dengan kecepatan hafalannya, suatu hari ia mengadu kepada gurunya Waqi’ bahwa hafalan Al-Qur’annya lambat maka gurunya tersebut memberikan nasiahat kepada beliau agar menjauhi maksiat dan mengosongkan hati dari segala hal yang dapat memalingkannya dari Rabb.
Barangsiapa yang menjauhkan diri dari maksiat niscaya Allah subhanahu wata’ala akan membukakan hati untuk selalu mengingat-Nya, mencurahkan hidayah kepadanya dalam memahami ayat-ayat-Nya, memudahkan baginya dalam menghafal dan memahami serta mengamalkan Al-Qur’an. Sebagaimana firman-Nya :
[69:وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ [العنكبوت
”Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhoan kami, maka benar-benar akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan benar-benar Allah bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.(QS. al-Ankabut ayat 69)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah telah membawakan perkataan Imam Ibnu Abi Hatim berkaitan dengan ayat ini :”Orang yang melaksanakan apa yang dia ketahui, niscya Allah ‘azawajala akan memberikan petunjuk kepadanya kepada apa yang tidak dia ketahui. (Tafsir Ibnu Katsir (3/432))
-
Kemauan dan Tekad yang Benar
Kemauan yang kuat lagi benar sangat mempengaruhi dalam menguatkan hafalan, memudahkan dan berkonsentrasi. Adapun orang yang menghafal karena permintaan orang tua, atau paksaan gurunnya atau karena iming-imingan dunia yang yang ingin dia dapatkan maka ia tidak akan bertahan lama. Suatu saat dia akan ditimpa penyakit futur (penurunan semangat).
Keinginan dan kemauan yang keras akan bertamabah dengan dengan motivasi, menjelaskan pahala dan kedudukan para penghafal Al-Qur’an, yang selalu bersama Al-Qur’an dan membersihkan jiwa yang berlomba dalam halaqah, dirumah atau sekolah. Tekad yang akan menghancurkan godaan -godaan setan, dan dapat menahan nafsu yang selalu memerintahkan kepada amal buruk.
Imam ibnu Rajab al-Hamabali berkata: Barangsiapa yang mempunyai tekad yang benar, setan pasti akan putus asa (dalam mengganggunya). kapan saja seorang hamba itu ragu-ragu, setan akan mengganggu dan menundanya untuk melaksanakan amalan, serta akan melemakahkanya. (Risalah Syarah Hadist Syaddad bin Aus, Karya Imam Ibnu Rajab, hlm, 37.)
-
Memanfaatkan Waktu Semangat dan Ketika Luang
Tidak sepantasnya bagi anda, wahai pembaca, menghafal saat jenuh, lelah, atau ketiak pikiran sedang sibuk dalam urusan tertentu. Karena ha itu dapat kosentrasi dalam menghafal. Tetapi pilihlah ketika semangat dan pikiran tenang. Alangkah bagus jika waktu menghafal dilakukan ketika waktu ba’da subuh. Saat itu merupakan waktu yang saat bagus karena pikiran masih segar, hati masih tenang, letihnya hati dan badan telah terobatkan dan kesibukan belum menyertai.
-
Memanfaatkan Masa Kanak-Kanak dan Masa Muda
Secara umum saat masih kecil, seseorang itu masih sangat bagus tigkat kosentrasinya. Belum sibuk dengan urusan-urusan lainnya, memori otak anak masik kosong dari virus-virus dunia yang merusak pikiran sehingga berkurangnya kosentrasi.
Dikisahkan dari al-Anaf bin Qais, bahwasanya ia mendengar seseorang berkata “ Belajar di waktu kecil itu bagai mengukir diatas batu”. Maka al-Anaf berkata” orang dewasa banyak akalnya, tetapi lebih sibuk hatinya”.
Namun bukan berarti waktu dewasa menutup kemungkinan seseorang untuk bisa menjadi seseorang yang hafizh Qur’an, karena semua kembali kepada niat dan tingkat kemauan orang tersebut apakah dia niatnya benar atau tidak, atau apakah dia semangat atau tiadak. Dan seharusnya siapapun yang telah berlalu masa mudanya supaya tidak menyia-nyiakan waktunya dan jangan berputus asa, hendakya jika memang dia berniat dan punya semangat yang tinggi dan tekad yang kuat dalam mengahafal maka hendaknya dia menyediakan waktu khusus untuk menghafal ditengah kesibukanya karena tidak ada kata waktu terambat kecuali ajal sudah berada di tenggorakan atau jasad sudah berada diliang lahat.
Berkosentrasi dalam menghafal dan berusaha membagi kesibukan untuk Al-Quran dengan niat yang benar dan tekad yang kuat niscaya Allah akan memberikan kemudahan dalam mengahafal Al-Qur’an. Karena Allah tidaklah menurunkan Al-Qur’an melainkan Al-Qur’an itu mudah untuk dipelajari, dihafal, dipahami dan diamalkan. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
[17:وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ [القمر
”Dan sesungguhnya telah Kami turunkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah yang mau mengambil pelajaran”.(QS. Al-Qamar ayat 17)
Demikian diantara keistimewaan Al-Qur’an, diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
-
Memilih Tempat yang Tenang
Ketika hendak menghafal maka hendaknya memilih tempat yang tenang, menjauhi tempat-tempat yang ramai dan bising. Sebab, hal itu akan mengganggu kosentrasi kita dan membuat pikiran kita bercabang-cabang.
Maka ketika kita sedang dirumah bersama keluarga, di kantor, ditempat kerja, di tengah teman-teman, jangan kita coba menghafal sedangkankan suara manusia bising dan ramai disekitar kita. Atau tengah jalan ketika mengemudi, ditempat dagangan ketika transaksi jual beli. Ingatlah Allah berfirman :
[4 :مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ [الأحزاب
”Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.“
(QS. Al-Ahzab ayat 4)
Sebaik-baik tempat untuk menghafal kitabullah adalah dirumah-rumah-Nya, agar mendapatkan pahala berlipat ganda, atau boleh juga di tempat lain yang tenang yang disana kita bisa fokus dan bisa berkosentrasi dalam menghafal Al-Qur’an.
-
Mengguanakan Panca Indra
Kemampuan dan kesanggupan seseorang dalam menghafal berbeda-beda. Begitu juga kekuatan hafalan seseorang dengan yang lainnya bertigkat-tingkat. Akan tetapi, memanfaatkan panca indra dapat meudahkan urusan dan menguatkan hafalan dalam ingatan.
Bersungguh-sungguhlah wahai para pembaca!, gunakanlah indra penglihatan, pendegaran dan ucapan dalam menghafal dengan sebaik-baiknya. Karena masing-masing indra tersebut mempunyai sistem tersendiri yang dapat menghantarkan ke otak. Apabila metode yang digunakan itu banyak, maka hafalan menjadi kuat dan kokoh.
Adapun caranya, yaitu anda mulai terlebih dahulu dengan suara yang keras, apa yang hendak dihafalakan, sedangkan anda melihat kehalaman yang sedang anda baca. Dengan terus melihat dan mengulanginya sampai halaman tersebut terekam dalam memori anda. Sertakan pendengaran anda dalam mendengarkan bacaan, lalu merasa senang. Apalagi anda membaca dengan senandung nada yang disukai jiwa.
Perlu diketahui dalam menghafal manusia terbagi dua :
- Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara mendengar dari pada menghafal dengan cara melihat mushaf, ingatannya ini disebut dengan Samm’iyah (pendengarn)
- Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara melihat. Apabila dia membaca satu penggal ayat Al-Qur’an akan lebih bisa menghafal dari pada hanya dengan mendegarkannya. Ingatan ini disebut Bashariyah (penglihatan).
Apabila anda termasuk diantara mereka, maka sebelum menghafal perbanyaklah membaca ayat dengan melihat mushaf dalam waktu yang lebih lama. Kemudian tutuplah mushaf dan tulislah ayat-ayat yang baru saja anda hafal dengan tangan.
Setelah itu cocokan yang anda tulis dengan musaf, agar anda mengetahui mana yang salah dan tempat-tempat hafalan yang lemah sehingga anda dapat memantapkan dan memperbaiki kesalahan tadi.
Jika anda memperhatikan anda selalu salah dalam satu kalimat tertentu atau lupa setiap kali mengulanginya, maka tanamkan kalimat tersebut dalam memori anda dengan membuat kalimat serupa yang anda ketahui. Dengan demikian anda akan mengingat dengan kalimat yang anda buat.
-
Membatasi Satu Mushaf
Bagi para penghafal utamakan memilih cetakan mushaf, yang diawali tiap-tiap halamanya permulaan ayat dan diakhiri dengan ayat. Ini memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menanamkan bentuk halaman dalam memori (ingatan), dan mengembalikan kosentrasi terhadap haaman tersebut ketika mengulang. Jika cetakan mushaf berbeda-beda akan menimbulkan ingatan dalam otak yang berbeda-beda, dan akan membuyarkan hafalanya, serta tidak bisa berkosentrasi.
Artinya dalam menghafal hendaknya seseorang menentukan mushaf cetakan mana yang hendak ia pakai, damn hendaknya dia tidak gonta-ganti mushaf cukup dengan satu mushaf yang biasa dai pakai agar bisa membantu kosentrasi dalam menghafal.
-
Memahami Makna Ayat
Diantara yang dapat membantu menggabungkan ayat ke ayat dengan mudah dalam menghafal, yaitu terus meruju’ kepada kitab-kitab tafsir yang ringkas, sehingga anda memahami makna ayat meskipun secara global.
Atau paling tidak anda menggunakan kitab yang “Kalimatul Qur’ani Tafsiirun wa Bayaanun” Karya Syeikh Hasanain Muhammad Makhluf. Atau juga minimal kita mengetahui terjemahannya bagi kita yang belum bisa bahasa Arab, sehingga kita mengetahui urutan-urutan ayat dengan benar, mengetahui urutan kisah ataupun tema dari ayat ke ayat agar memudahkan kita untuk mengingat dan memuraj’ahnya (mengulanginya).
Terus-meneruslah dalam membaca, memahami, mentadaburi dan menghafal Al-Qur’an karena dibalik itu semua akan terdabat ganjaran dan pahala di sisi-Nya yang besar, bagi siapa yang benar-benar bersungguh-sungguh dalam melaksanakan hal tersebut yang benar dalam berniat serta mempunyai tekad yang kuat.
Sesungguhnya diantara yang dapat menentukan hasil dalam meraih kesuksesan adalah meluruskan niat dan mempumnyai tekad yang kuat…
Barakallahufikum….
Diringkas oleh Amiruddin dari Majalah as-Sunnah Edisi Ramadhan 06-07/TahunXI/2007M.
Yang ditulis oleh Dr. Anis Ahmad Kurzun, diangkat dari risalah beliau Waratilil Qur’ana Tartila, dan diterjemahkan oleh al-Akh Zakariyya al-Anshari.
Leave a Reply